Monday 5 March 2012

My Hipotesis


My Hipotesis
By : Gie
Memulai pagi ini dengan melakukan rutinitas seperti biasa ketika fajar mulai menampakkan cahayanya, yaitu  menggerakkan tubuhku dengan tenaga yang hanya tersisa sekitar 50% saja, karena aku baru terbangun dari tidur setelah samalaman otakku telah dicuri oleh laki-laki bertubuh besar, tegap, berkulit putih bersih, tampan, dan menurutku memiliki pribadi yang menarik untuk ditelusuri. Seorang laki-laki dewasa yang umurnya jauh di atasku yang sekitar 1 bulan belakangan ini  membuat benakku selalu dipenuhi dangan pernyataan-pernyataan konyol, maki, kagum, terharu, iba, terlontar disana. Kenapa aku bisa berujar demikian, karena sosok yang satu ini terkadang membuatku terpaksa mengatakan “orang gila…” dalam tanda kutip. Sosok fantastisnya yang membuatku berkata demikian. Aku ingin katakan dia sosok inspirasiku kali ini.
 Semalam aku baru saja meyakini bahwa NO BODY IS PERFECT. Ini aku dapati dari seorang laki-laki yang menurutku mendekati kata sempurna jika dilihat dari fisik, punya pribadi yang sederhana dan bijaksana, apalagi ia memiliki talenta yang sangat mengesankan dalam bidang seni. Itu semua bagiku mengagumkan untuk seorang laki-laki. Tapi siapa disangka ia juga memiliki kelemahan dan kekurangan didirinya  yang membuat ia rapuh akan hidup ini. Semalam saat aku duduk seorang diri dipojok ruangan seraya memegang cermin, ia datang dan menanyakanku pelan “kamu kenapa?” tanyanya sembari duduk disebelahku.
Aku menggelengkan kepala seraya tersenyum tipis. Semalam ia tampak tampan dengan stile yang ia kenai. Lalu ia mengambil cermin ditanganku dan bercermin.
“Ganteng gak abangmu ini?” ia kembali bertanya padaku. Pertanyaan yang aneh yang ia lontarkan padaku.
“ Ya, abang memang ganteng,” jawabku polos seraya tersenyum.
“Kira-kira kalau nembak cewek diterima gak ya?,” ujarnya lagi membuatku sedikit mengkerutkan keningku heran.
“Siapa sih yang bisa nolak abang,” jawabku kini dengan tertawa kecil.
“Tapi kenapa wanita malah menjauh dari abang,?” tanyanya mulai serius. Aku terdiam sampai akhirnya datang satu persatu anak komunitas yang sama denganku mengerumuninya.
“Kenapa wanita selalu meninggalkan abang dengan laki-laki lain?”.
“Mereka hanya melihat abang dari sisi penampilan saja. Tapi kalau mereka tau abang yang supple, yang hanya memakai kaos oblong, celana pendek, mereka jijik sama abang,” serunya dengan nada cukup tinggi. Aku tetap diam, namun mulai bermain dengan pendapat dan hipotesisku tentang masalah ini. Dengan seksama aku memperhatikan mimik wajah yang sedang asik berbicara itu, wajah yang penuh dengan kekecewaan, kemudian rasa harap yang besar atas perubahan nasibnya dan amarah yang sedang memuncaknya di sana, terlihat dari nada bicaranya. ya… aku rasakan itu. Di sampingnya aku tetap bungkam, namun tetap menjadi pendengar yang baik. Detik itu aku memiliki kesimpulan dari dirinya, bahwa ia memang memiliki sesuatu yang menarik untuk dipandang. Tapi ia juga memiliki satu titik dimana ia bisa menjadi rapuh dan lelah. Di situ pula aku mendapat pelajaran hidup, walaupun hanya berupa hipotesisku saja.
            Berawal dari terimanya aku disebuah kampus ternama di sebuah kota, yang mengharuskan aku mengikuti program mahasiswa baru atau biasa disebut dengan pengenalan program studi. Di sana, pertemuan perdana antara aku dan laki-laki itu, karena ia salah satu dari sekian banyak panitia penyelenggara program tersebut. Pertemuan perdana saja aku sudah punya pendapat tersendiri tentangnya. “Laki-laki menyeramkan bertubuh besar, berwajah sangar seperti seorang penjahat. “Benci”. Itu kalimatnya, yang aku deskripsikan untuk laki-laki itu. Dan dengan suara besar dan lagat yang tampak mencerminkan seorang yang keras dan tegas,itu tambahan dari kalimatku barusan. Selama tiga hari itu tak ada kata-kata yang wajar setiap melihat sosoknya, dan artinya setiap hari juga aku telah mencetak lebih banyak angka jika dosa bisa dipresentasekan jumlahnya. Dan ada satu kejadian yang aku sangat amat ingat pada saat itu, kakiku terasa keram akibat terlalu lama duduk hingga aku tak mampu untuk berdiri. Tentu aku mengeluh kesakitan. Tiba-tiba dari arah sampingku terdengar suara
“Kamu kenapa duduk terus?” begitu ucapnya. Aku menoleh dan kukatakan alasannya. Kemudian dengan tangan yang berada di dalam saku ia menatapku.
“Jinjitkan kakimu,” ucapnya dengan nada datar dan wajah  menyeramkan, kemudian berlalu pergi. Mendengar itu rasanya ingin melemparnya dengan kerikil yang berserakan di sekelilingku. Tepat di wajahnya agar wajah menyeramkan itu takkan ada lagi. Paling tidak men-doer kepalanya dengan sekuat tenaga, supaya tak ada lagi gaya kaku dan menyebalkan seperti tadi. Rasa benciku semakin meluas saja rasanya. Benar-benar benci.




Setelah momen itu aku tak sering lagi melihat sosoknya,dan tak ada lagi maki bahkan rasa kesal yang berkadar tinggi. Semuanya berjalan seperti biasa,ya..seperti mahasiswa biasa.
            Sekitar sebulan setelah aku resmi menjadi mahasiswa,sebuah acara program studi kembali exis. Lagi-lagi disana aku menemui laki-laki yang aku masih tak tau siapa namanya. Tak penting dan tak ingin tau,Itu fikirku. Ia disana bertugas memberikan gambaran tentang komunitas yang ia geluti. Dan untuk kesekian kalinya pendapatku  tetap sama,
“huh…laki-laki dewasa yang mengerikan “ ujarku dalam hati. Dan memang nyatanya yang aku temui disitu ialah lagat yang mengerikan. Berbicara saja ia harus punya emosi yang menurutku berlebihan saat itu,tak mengerti apa maunya. Tapi,tak dipungkiri ada sedikit tambahan atau bisa dibilang ada kemajuan dalam pendapatku saat itu. Saat dilihat dan diteliti secara detail laki-laki itu,yang keluar dari benakku kalimat “manis juga”. Dan mulai ada sedikit rasa berkurang dihati ini melihat senyum manisnya mengembang. Aku juga tidak munafik kalau aku cukup tertarik dengan tampang yang menarik. Karena aku gadis biasa yang punya  penilaian tersendiri tentang laki-laki. Setelah selesai semuanya,hari-hariku pun kembali seperti biasa. Rumah,kampus,rumah,seperti itu setiap hari.
Sampai akhirnya aku benar-benar bertatap muka dengan laki-laki itu pada saat niat awalku hanya mengantarkan teman,untuk mendaftar dalam komunitas yang telah di utarakan oleh  sosok yang ku anggap mengerikan. Itu niat awalku sebelum akhirnya aku memutuskan juga untuk mengambil formulir perndaftaran,walau jujur aku masih dalam keragu-raguan saat itu. Namun,laki-laki itu membuatku mulai menepiskan rasa keragu-raguanku,dengan argument nya tentang komunitas  tersebut. kemudian Dari cara bicaranya sampai ia menyanggah pertanyaanku,membuatku memiliki pendapat baru tentangnya.
“sosok yang sangat formal,tegas,keras” seperti itu hipotesisku. Dan lagi-lagi, kali ini ia mengurangi kadar ketidaksenanganku padanya.
            Aku pun memulai aktivitasku dikomunitas ini. Jika boleh jujur,saat memutuskan masuk kelingkungan komunitas ini dihatiku cukup merespon tentang keberadaan laki-laki itu tapi sekarang tentu tidak,karena aku juga punya keinginan untuk maju dibidangku. Tapi, Entah kenapa aku memiliki rasa ingin tau tentangnya,tapi bukan berusaha untuk mengetahui semua isi jasad dan jiwanya. Disini,difikiran ini terlintas kata-kata
“ siapa dia?”
“bagaimana dia?”
Kata-kata itu pula yang membuatku terkadang berfikir,apa urusanku untuk itu? Rasa tidak berhak dan tidak seharusnya membuatku terkadang menerawang kearah kepribadiannya. Mungkin…lucu,goblok,cari perhatian,malu-maluin,bahkan tidak penting bagi orang lain jika mengatahui ini. Yang pastinya juga membuat seisi tubuhku ini menjadi melemah jika memikirkan pendapat orang lain. Dan kini walaupun tidak dekat namun mengenal aku mulai menghapus  kata-kata menyeramkan,mengerikan,kaku,berwajah sangar, semuanya berubah menjadi..
“ia laki-laki dewasa yang baik” itu saja. Karena aku melihat dan mengeluarkan pendapat itu berdasarkan cara berkelakuannya saat momen-momen yang tidak terllalu membutuhkan keformalan. Sampai disitu rasa tertarikku tentang kepribadiannya semakin aku nikmati. Aku mulai menikmati bila berhadapan dengannya,berdialog dengannya. Itu semata-mata demi mengumpulkan kembali hipotesis-hipotesis baruku tentangnya. Dan aku ingin mengatakan bahwa aku mulai mengagumi laki-laki itu sebagai pribadi yang menurutku berbeda dari laki-laki yang lain,khususnya mereka yang ada disekeliling komunitas. Lagi-lagi itu hipotesisku.
Melihat…terlukis  Wajah yang sejuk dan teduh
Menyimak…terlihat gerak yang santai dan lentur
Menatap…terpancar pesona yang selalu menggema_
Tajam!!! Tetap tenang namun berkobar
Tapi apa itu nyata?
mungkin tidak…..
dihatinya masih ada goresan
disana tersimpan rasa kekakuan
simpan saja semua itu jika kau bisa!!
Sembunyikan saja dilemma itu jika kau mampu!!
Ditempat ini aku tersenyum bahkan tertawa
Bukan karena aku meninggikan derajatku didepanmu
Namun sikap kecilmu yang mempersilahkanku berseru
                                                                                                            02 des 09
Itu juga adalah bentuk dari dunia hipotesisku setelah menganal laki-laki itu. Sebuah hipotesis berbentuk puisi yang terangkai 1 minggu yang lalu saat aku tak bisa tertidur lelap dalam kesunyian malam,tetap….fikiranku tetap pada makhluk tuhan yang satu itu. Sampai akhirnya aku terbangun dari tempat tidurku dan menggapai sebuah pena dan buku. Mulai berimajinasi.

                                                   ******
Sekarang aku akan gambarkan sedikit tentang dia dan bermaksud meralat ucapanku yang dulu pernah aku lontarkan sebelum aku mengenalnya. Dulu aku menganggapnya sebagai laki-laki berlagat kaku sekarang TIDAK,yang aku temui adalah keramahan dan keperduliannya.
Dulu menurutku ia keras,ya…ia keras namun keras tegas untuk kebaikan orang lain atau dirinya sendiri.
Dulu menurutku ia sosok mengerikan tapi sekarang yang aku temui adalah sosok yang wise,nice, dan humble.
Itu yang aku dapati dalam beberapa pengamatan.
Jadi paling tidak sekarang aku bisa menjawab pertanyaan yang sempat terlintas dibenakku beberapa waktu lalu. 
“siapa dia?”
“ bagaimana dia?”
Kini,di otakku ini tersusun sudah semua tentang laki-laki itu,dari awal melihat,awal kenal,mengenal,sampai akhirnya aku terbawa dalam dunia penerawanganku.
Dunia yang berhasil membuat aku bingung dengan fikiran yang mengatakan bahwa aku seseorang yang konyol,telah menjadikan sosok LAKI-LAKI ITU sebagai bagian dari hipotesisku. But end now,he is my inspiration. Laki-laki berbadan besar tegap dan gaya berjalannya yang sedikit seperti rentenir yang sibuk menagih hutang pada rakyat jelata,tentu dengan tampang seriusnya,itu dia. Sampai aku bisa merangkai sebuah cerita pendek yang aku tulis berdasarkan dugaan sementara (HIPOTESIS) Karena aku bukan orang yang hebat untuk sebuah kepastian tentang isi hati seseorang,Ataupun puisi sederhana yang kurangkai 1 minggu lalu. Benar-benar laki-laki yang bisa membuat aku masuk dengan mudah dalam dunia ini,dunia imajinasi. Dan tak hanya itu,mengenalnya adalah sesuatu untukku karena bukan hanya sebuah pelajaran hidup yang kudapat,tapi life is struggle.

No comments:

Post a Comment