Saturday 28 April 2012

“Cahaya Khatulistiwa di Taman Kata”


Dewan Kesenian Membingkai Khasanah
“Cahaya Khatulistiwa di Taman Kata”
Oleh Ubay KPI

Banyak mengatakan, air sungai Kapuas begitu kuat riaknya, hingga seakan  tiada riak itu oleh hembusan arus sungai yang tenang. Itulah perumpaan yang diberikan kepada penulis kebudayaan Kota Pontianak yang tiada henti menyalurkan kreasi ke dalam sebuah tulisan yang akan menjadi sejarah di kemudian hari.
Begitu juga Dewan Kesenian Kota Pontianak yang seakan senyap, namun inspirasinya selalu jalan. Buktinya, komunitas yang berisi para budayawan tersebut menghenyakkan pandangan. Dengan sebuah buku berjudul Cahaya Khatulistiwa di Taman Kata, Dewan Kesenian tak sekedar bicara dan melakoni budaya. Nanun mengikat budaya tersebut dengan sebuah catatan yang akan abadi.
Sebuah buku berisi 23 syair yang menandakan hari jadinya sejak 23 September bertepatan dengan peringatan titik kulminasi matahari di Pontianak. Mewakili makna dibukanya buku tersebut di bulan ketiga masehi dengan tiga sisi, yakni tulisan tentang kebudayaan, sastra, dan seni. Sedangkan tahun dilambangkan dengan 12 pelaku penerbitan buku tersebut, yakni 11 penulis dan 1 orang desain grafis.
Launching buku dibarengi dengan bedah buku yang menghadirkan Halim Ramli alias “Mat Belatong”, Khairul Fuad. Serta disaksikan langsung oleh Ketua Taman Budaya Kalbar, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Pontianak, Wakil Walikota Pontianak, serta seniman, budayawan, dan sastrawan lainnya.
“Mat Belatong” dalam tanggapannya terhadap buku tersebut memberikan dorongan bahwa berkarya bukanlah mengenal tempat. Namun bagaimana perasaan dan hati menginginkan suatu karya nyata yang akan memberikan manfaat kepada orang lain tentang suatu pengetahuan.
Begitu juga Paryadi, memberikan dorongan positif lahirnya buku pertama dari Dewan Kesenian Kota Pontianak. “Pada mulanya kita tidak pernah peduli pada orang-orang yang tetap hidup dengan berbagai ragam kemampuan seperti mereka, dengan konsep Dewan Kesenian, ke depan kita harus giat lagi bagaimana lebih menghidupkan khasanah Kota Pontianak,” ujarnya.
Menanggapi belum adanya suatu wadah penghimpun karya-karya anak Kalbar, Paryadi mengharapkan keberadaan Dewan Kesenian bisa menghimpun hal tersebut.

No comments:

Post a Comment