Monday 27 August 2012

Kupas Kemanusian Bersama Andreas Harsono


Kupas Kemanusian Bersama Andreas Harsono



Mantan penerima  Nieman Fellow on Journalism di Universitas Harvard (Cambridge). USA, Andreas Harsono saat memberikan wejangan tentang kemanusian dan hak asasi bersama lebih dua puluh pemuda di Kota Pontianak yang digelar di Pondok Pesantren Al-Mujtahid, Jalan Parwasal, Pontianak, Sabtu (25/8) lalu.


Oleh UBAY KPI

Belasan pemuda yang berasal dari berbagai latar belakang dan pendidikan yang berbeda, Sabtu (25/8) pagi lalu duduk kursi di pendopo pondok pesantren Al-Mujtahid di Jalan Parwasal, Pontianak Utara. Sebagai dari mereka adalah pemuda yang baru menyelesaikan pendidikan sekolah menengah atas, dan sebentar lagi akan mengenyam pendidikan di bangku kuliah.
Mereka berkumpul di pendopo berukuran sekitar delapan meter kali lima meter tersebut sejak pukul 09.00 pagi. Kedatangan mereka di ruang sederhana tersebut ialah untuk sharing komunikasi soal kemanusian bersama Andreas Harsono.
Andreas Harsono adalah pekerja di Human Rights Watch (New York) untuk Indonesia. sebuah lembaga yang memperhatikan tentang kemanusian.
Bersama lebih dari dua puluh pemuda, khususnya yang ada di Kota Pontianak tersebut. Andreas Harsono memberikan pemaparan tentang bagaimana kemanusian itu harus dilindungi. Termasuk dalam hal persoalan konflik yang berujung pada penindasan hak asasi manusia.
Diskusi kecil dan santai tersebut hingga akhirnya menyikap persoalan konflik yang pernah terjadi di Kalimantan Barat, seperti halnya di Sambas dan daerah lainnya. Andreas Harsono juga memberikan gambaran bagaimana hak kemanusian yang dikebiri oleh sebagian orang seperti di Papua, Aceh, Madura, dan lainnya.
“Saya bukan orang yang rasis, tak memandang agama dan etnis. Tapi bila menyangkut kemanusian, saya akan berusaha membantu. Siapa pun dia, agama pun dia, dan etnis apapun dia,” ungkapnya.
Dihadapan muda-mudi tersebut sosok yang kadang disapa AHA, singkatan dari Andreas Harsono ini mengingatkan untuk tidak memandang kulit, warna, ras, dan golongan. Sebab hal itu akan menjadi taming hubungan antarsesama.
Dari salahsatu peserta yang merupakan korban konflik Sambas tahun 1999 muncul sebuah pertanyaan akan haknya yang  tertindas. Seperti tanah yang sampai dengan saat ini tak dapat kembali lagi.
Banyak persoalan lain yang muncul dalam forum diskusi sederhana tersebut. Termasuk juga soal jurnalistik. Diketahui, Andreas Harsono merupakan wartawan senior yang pernah mendapat  Nieman Fellow on Journalism di Universitas Harvard (Cambridge). Amerika Serikat.
Andreas Harsono dalam hal jurnalisme di Kalimantan Barat menegaskan tak akan mampu berbuat banyak bila SDM yang ada masih tak diberikan pendidikan yang baik.
Pasalnya, Andreas Harsono telah melihat lebih dekat bagaimana media di Kalimantan Barat mengisi kepentingan dan memberikan informasi kepada public. “Cukup lemah sekali, dan jurnalisme di Kalbar belum terasah dengan baik,” ungkapnya.

No comments:

Post a Comment