Thursday 28 June 2012

Untung Ada ATM BCA

Untung Ada ATM BCA

“Mau transfer uang dari mana?” pertanyaan itu muncul dari laki-laki separoh baya yang kerjanya memelihara ayam. Satu sisi, ia harus segera mentransfer uang ke agen penjual bibit ayam ras. Di sisi lain, ia tak bisa bertransaksi langung karena pengiriman uang harus via bank. Ia mencoba keluar dari kebuntuan. Agar bisa secepatnya bibit ayam dikirim.

Oleh Ubay KPI

Akhir bulan lalu, di sebuah warung kopi kecil tak jauh dari jembatan Landak, Kota Pontianak, Asmuki (42 tahun) warga Wajok, Kabupaten Pontianak yang telah empat tahun memelihara ayam ras bingung karena harus segera mentransfer uang ke agen penyedia bibit ayam ras. Kebingungan itu bukan karena tidak memiliki uang, namun Asmuki bingung harus dikirim menggunakan rekening siapa. Sebab, ia sendiri tidak pernah menjadi nasabah bank manapun.
Sebelumnya, Asmuki selalu bertransaksi dalam setiap pembelian bibit ayam menggunakan uang tunai. Sebab biasanya ia membeli bibit ayam di agen Pontianak. Namun kali ini, agen langganannya yang di Pontianak sedang kehabisan stok bibit. Akhirnya, Asmuki memutuskan membeli bibit di Kota Singkawang.
Kota Singkawang adalah salah satu kota di Kalimantan Barat yang maju perekonomiannya. Kota berjuluk  Seribu Kelenteng ini memang banyak dihuni etnis Tionghoa. Jarak tempuh dari Pontianak ke Singkawang kurang lebih 2 jam menggunakan jalur darat.
Agen penyedia bibit ayam tak mau mengirim bibit sebelum pembayaran dilunasi. Bagi Asmuki, tak mungkin berangkat ke Singkawang hanya untuk melakukan pembayaran itu. Pihak agen akhirnya meminta Asmuki mengirim via Bank BCA pada nomor rekening dan nasabah yang telah diberitahukan melalui SMS.
Saya sendiri yang yang berada dengan Asmuki sejak pagi di warung kopi itu juga tak bisa berbuat. Sebab saya tak pernah menjadi nasabah bank manapun. Kami berdua yang sekitar pukul tujuh pagi telah ada di warung itu hanya menikmati segelas kopi dan sambung-menyambung rokok. Serta menikmati bubur ayam untuk sarapan pagi. Sesekali kami membahasa dan mencari solusi yang tengah dihadapi Asmuki. Namun berkali-kali buntu. Sekitar tiga jam di bangku warung kopi itu, kami banyak bicara soal politik dan isu pemerintahan di Kota Pontianak.   
Kebingungan itu akhirnya lebur dan secerah cuaca hari itu yang matahari masih belum bergeser ke ufuk barat. Saat rekan yang juga peternak ayam datang menghampiri kami. Usman (32 tahun). Ia peternak ayam ras juga yang lokasi kandangnya di Desa Mega Timur, Kecamatan Sungai Ambawang, Kabupaten Kubu Raya. Sebuah desa kecil yang hanya berjarak sekitar 7 kilo meter dari Kota Pontianak.
“Sudah dari tadi,” sapa Usman kepada kami berdua.
“Ia. Sekitar empat jamlah kami di sini,” jawab saya.
Usman dan saya telah kenal lama. Bahkan sejak saya duduk di bangku madrasah ibtidaiyah. Kami tinggal satu daerah. Usman dan Asmuki kenal karena sama-sama peternak ayam. Hubungan keduanya lebih banyak tentang soal ayam. Baik tentang perawatan, harga pakan dan bibit yang kerap naik. Serta soal harga penjualan ayam, dan sejenisnya.
Asmuki yang masih bingung soal pembayaran itu tak banyak bersuara saat Usman datang. Bahkan, Usman bertanya kepada saya soal Asmuki yang tak biasanya murung.
“Dia bingung mau transfer uang ke agen. Dia pesan bibit ke Singkawang, tapi harus bayar via  Bank BCA,” saya memulai percakapan soal transfer itu kepada Usman.
Dengan tanpa basa-basi, Usman langsung menawarkan untuk menggunakan ATM-nya untuk membayar uang bibit tersebut. Asmuki yang murung itu langsung segar bak habis mandi. “Kamu punya BCA?” tanya Asmuki pada Usman.
“Ada, emang mau transfer berapa?” Usman balik tanya ke Asmuki.
Dengan semangat Asmuki menjawab jumlah nominal yang akan dikirim seraya menyodorkan nomor rekening tujuan. Usman yang langsung paham dengan keinginan itu dan paham mengirim dan menarik uang melalui ATM atau teller langsung mengiakan.
Usman menjadi nasabah di Bank BCA sudah sekitar empat tahun. Rekening tersebut selain digunakan untuk bertransaksi untuk keperluan usahanya, juga kerap menjadi perantara pengiriman uang warga di sekitar rumahnya  yang bekerja di luar negeri untuk keluarganya di kampung.
Waktu hampir pukul 12 siang. Usman tak sempat memesan minuman di warung kopi itu, langsung pergi lagi untuk segera mentransfer uang milik Asmuki. Hanya sekitar 15 menit, Usman datang lagi ke warung kopi itu dan bersama kami.
“Sudah,” tanya Asmuki kepada Usman yang masih belum membuka helmnya.
“Beres, tenang aja. Coba kamu telepon bosmu suruh cek uangnya. Jangankan cuma empat juta. Puluhan juta pun kalau BCA pasti bisa,” jawab Usman.
Asmuki langsung menelpon agennya memberitahukan kalau uang sudah dikirim via rekening Usman. Tak lama berselang, Asmuki menerima pesan dari bosnya kalau uang sudah diterima. Dan bibit ayam akan segera dikirim.
Saya dan Asmuki mulai tertegun dan kagum dengan kecepatan itu. Maklum kami berdua belum pernah menjadi nasabah. Asmuki mulai bertanya kepada tentang Bank BCA, bahkan Asmuki minta kepada Usman di lain kesempatan untuk menemaninya mendaftar jadi nasabah Bank BCA. Pasalnya, Asmuki berencana akan tetap di agen yang di Singkawang untuk keperluan bibit. Sehingga untuk transaksi tak lagi harus repot. Cukup via bank.
Saya juga ikut tergelitik untuk mengetahui tentang BCA yang sepengetahuan saya melalui internet. Bank BCA adalah bank kelas atas. Baik laba, pelayanan, transaksi, dan program-programnya yang banyak dikatakan orang cocok untuk kebutuhan masa depan.
“Saya sudah empat tahun menjadi nasabah. Tak pernah saya menemukan kendala dalam transaksi. Bahkan saya sangat nyaman, cepat, dan ATM-nya ada di mana-mana. Sangat mudah sekali,” ujar Usman kepada kami berdua.
Hanya saja. Usman belum pernah mengikuti program atau fiture yang telah dilaksanakan bank BCA. Seperti financial pendidikan, asuransi jiwa dan kesehatan, serta investasi. Usman hanya sebagai nasabag penabung saja. Namun menurut Usman, ia tertarik pada satu fiture yang akan diincarnya dalam waktu dekat. Yakni ia akan mengajukan untuk kredit rumah melalui Bank BCA.
Saya juga bertanya pada Usman tentang transaksi via SMS yang kerap dilakukan oleh kawan-kawan saya. Usman menjelaskan, transaksi itu juga ada di Bank BCA. Namun ia mengaku masih belum mempelajari caranya. Padahal menurutnya sangat mudah bila ia mau belajar.
“Saya pernah membaca caranya transfer melalui SMS. Sepertinya mudah, tapi saya malas. Namun, ke depan saya akan belajar biar mudah untuk transfer uang dan transaksi dengan kawan-kawan,” tuturnya kepada kami.
Usman juga memberi tahu kami, kalau BCA tak hanya khusus transaksi sesame BCA. Saat ini BCA sudah bisa transfer atau transaksi dengan bank lain yang telah melakukan kerjasama. “Saya di Kalbar ini sudah pernah saya kunjungi semua. Dan ATM BCA semua ada di daerah ini. Makanya, saya jarang bawa uang tunai kalau bepergian. Sebab saya lebih senang, mudah, dan cepat menarik uang kalau butuh melalui ATM. Mau transaksi juga enak dan mudah,” jelasnya kepada kami.
Obrolan siang itu menjadi melulu ke soal bank BCA. Soal bibit ayam tak lagi diingat. Begitu juga saya, sampai lupa kalau jam 12.30 ada kuliah. Kami bertiga baru bubar dari warung itu jam sekitar jam 2 sore. Kemudian Asmuki pulang karena harus mempersiapkan kandang ayam. Sedangkan saya dan Usman, langsung ke Jalan Tanjungpura Pontianak. Saya  bermaksud membeli kamera, sedangkan Usman ingin membeli laptop.
Di sebuah toko elektronik, saya menemukan kamera yang saya cari, begitu juga Usman, cocok dengan laptop yang ada di toko tersebut.
Yang terjadi saya juga mengalami kebingungan, uang tunai yang saya bawa tak cukup untuk membayar harga kamera itu. Uang saya kurang ratusan ribu. Sedangkan Usman, memang telah siap dengan uang tunai yang diprediksi sesuai harga laptop yang ia cari.
Tak ingin buang waktu dengan harus kembali lagi ke toko tersebut. Saya meminjam uang Usman untuk mencukupi pembayaran kamera.
“Boy, pinjam uangnya. Punya saya kurang neh,” kata saya bisik pada Usman.
“Berapa?” jawab Usman.
Dengan suara kecil saya sampaikan ke Usman. Dia melihat uang tunai yang ia bawa. Ternyata tak cukup juga uang Usman.
Karyawan di toko tersebut seolah paham komunikasi saya dengan Usman. “Di sini juga bisa pakai Credit card mas, tapi BCA,” ujar karyawan itu.
Usman tak ada credit card, yang ada hanya ATM BCA. Tak mau repot Usman langsung meninggalkan saya keluar dari toko. Saya tak paham tingkah Usman saat itu. Sekitar 10 menit ia datang lagi menemui saya di toko itu.
“Pakai uang saya aja dulu,” ujarnya pada saya.
“Eh, kamu dapat darimana. Bukannya uang kamu tadi tak cukup?” tanya saya pada Usman.
“Saya ke ATM di sana. Kebetulan di situ ada ATM BCA,” jawan Usman.
ATM BCA di Jalan Tanjungpura memang tak jauh dari toko tersebut, hanya sekitar 100 meter. Usman ke ATM tersebut berjalan kaki.
Kemudian kami berdua membayar dengan uang tunai. Di perjalanan, dengan rasa senang karena saya telah punya kamera SLR. Dalam hati saya berkata sendiri untung Usman ada ATM BCA.



Wednesday 20 June 2012

Pencetus Teori 5W + 1H


Pencetus Teori 5W+1H
Oleh UBAY KPI

Tahun 2006 silam, satu tahun setelah saya lulus sekolah madrasah aliyah. Saya pernah ikut pelatihan jurnalistik yang dilaksanakan oleh Lembaga Pers Mahasiswa STAIN Pontianak. Tak tahu apa alasannya saya mengikuti kegiatan itu. Padahal yang tak pernah berpikir akan menjadi wartawan. Hanya saja, kakak saya, Nursiti Yinwana yang sudah kuliah mengajak saya ikut pada pelatihan itu.
Tiga hari lamanya pelatihan itu berlangsung. pemberian materi dan juga praktik. Tapi saya seakan tak ada yang saya dari pelatihan itu melainkan sebuah pengalaman dan teman baru.
Yang saya ingat dari pelatihan itu, adalah rumus berita 5W + 1H dan bagaimana memegang kamera agar tidak goyang. Yang lain nol besar meski sampai praktik wawancara dan membuat berita saat itu.
Yang paling saya ingat dari pelatihan itu adalah 5W + 1H. Mungkin karena mudah menyebutnya. Rumus ini kembali saya temukan saat saya masih di semester pertama tahun 2009 lalu. Saat mengikuti tes menjadi anggota LPM STAIN Pontianak. Satu-satunya organisasi bidikan saya saat itu. Sebab saya niat kuliah untuk mendalami ilmu kewartawanan, makanya saya pilih KPI di STAIN Pontianak.
Pada pelatihan itu saya bertemu kembali 5W + 1H. Ini lagi, ini-lagi pikir saya. Apa sih pentingnya rumus itu dalam membuat berita? Benak saya bertanya pada diri sendiri. Jangankan maksud dan artinya. Kepanjangannya saja saya tidak tahu. Maklum, saat aliyah ketika mata pelajaran bahasa Inggris selalu molor, tapi UAN tahun 2005 nilai bahasa Inggris saya dapat 5 (lulus dong). Sebab, dapat suntikan jawaban dari guru yang mengisi di luar. Weleh weleh weleh, buka rahasia.
Setelah mendapat penjelasan kembali dari mentor saya saat itu, Hanisa Agustin. Baru saya saya sadar kalau rumus itu adalah kunci utama sebuah berita. Yah, 5W + 1H itu adalah singkatan dari What, Where, When, Why, Who, dan How. (sampai sekarang saya belepotan menyebutkan kosa kata itu. Hehehehe). Dan pada tes menjadi anggota baru LPM STAIN Pontianak tersebut saya tidak lulus.
Dua tahun lebih sudah saya menjadi wartawan sejak akhir semester awal dulu tahun 2010. Saya masih penasaran dengan rumus itu. Penasaran siapa yang membuat rumus itu?
Penasaran itu ternyata berbuah hasil dari sekian lama pencarian saya terhadap pencipta konsep itu. Saya menemukan di buku Jurnalistik Teori dan Praktik. Pada pendahuluan buku tersebut, Hikmat Kusumaningrat dan Purnama Kusumaningrat menuliskan, bahwa teori penulisan berita yang berpedoman pada rumus tersebut diciptakan oleh Rudyard  Kipling yang disajikan sesuai bentuk aslinya dalam bentuk puisi yang tujuannya agar mudah diingat.
I have six honest serving-men
[They’ve taught me all I knew]
Their nama are what and Where and When
And How and Why and Who
Mengenai Rudyard  Kipling, siapa dan dari mana? Saya masih belum mendapatkan keterangan dalam buku tersebut. Atau mungkin saya belum sampai membacanya yang menjelaskan tentang tokoh tersebut. Namun, saya berkayikan Rudyard  Kipling juga jurnalis.

Di Gubuk Kelahiran
Rabu, 20 Juni 2012 setelah Subuh

Bentuk Lead Berita


Bentuk Lead Berita
Oleh UBAY KPI

Hmmmm, usai sudah pertandingan antara Inggris melawan Ukraina pada turnamen piala Eropa tahun 2012. Saya bangun dari baringan di depan televisi dengan kekecewaan. Kecewa karena Inggris menang tipis dengan skor 1-0. Ukraina sebagai tuanrumah selanjutnya harus menjadi penonton dan pelayan setiap tim yang masih bertahan.
Saya pendukung Inggris, namun saya tak menafikan kalau saya tak suka dengan Rooney. Pahlawan setan merah itu adalah musuh bebuyutan tim kebanggaan saya, Manchester City. Makanya, sepanjang pertandingan selalu berharap Ukraina menang meski Seva masuk di akhir babak kedua.
Ukraina kalah, tapi saya tak mau kalah dengan nafsu yang mengajak saya untuk terbaring berlayar dalam tidur. Selain pagi-pagi nanti saya harus menemui kegiatan Wakil Walikota Pontianak, Paryadi. Bila saya tidur, akan rugi dua kali. Tak salat Subuh dan bakal tak bisa liputan karena sibuk kepala di atas bantal. Waktu sudah hampir Subuh. Tarhim anak di musolla dekat rumah saling bersahutan. Ibu masih terbaring tidur bersama keponakan di ruang tengah. Mending saya ke kamar menyantap kembali tulisan Hikmat Kusumaningrat dan Purnama Kusumaningrat dalam rangkaian karyanya pada buku “Jurnalistik Teori dan Praktik”.
Dua bulan ini, saya memang seakan tak bisa lepas dari membaca buku. Setiap hari seakan wajib membaca buku meski hanya lima menit. Itu berangkat dari kesadaran bahwa saya masih harus banyak belajar untuk lebih pandai. Saya percaya sebuah omongan bahwa tak ada orang pintar itu yang tidak suka membaca. Makanya, saya ikut melaksanakan hal itu. Beberapa buku jurnalistik telah saya baca meski tak semuanya saya ingat. Mana duli, yang penting saya membaca, toh saya yakin dari sekian banyak yang saya, meski sedikit pasti ada yang saya ingat.
Sejak kemarin, dari buku itu saya mulai mempelajari tentang pembuatan lead berita. Ternyata, banyak yang tidak saya ketahui dari lead itu sendiri meskipun telah ratusan berita telah satu tulis sejak 18 Januari 2010 lalu.
Hmmm, menulis buta dan menulis tanpa tahu ilmunya, hanya bermodal pengetahuan lapangan dan di meja redaksi. Itulah yang saya rasakan. Mungkin, bagi sekian banyak orang itu tak penting. Seng penting adalah berita selesai dan masuk ke redaksi, lalu cetak. Tapi tidak bagi saya, saya harus tahu dan mengembangkan tulisanku. Maklum, meski telah tiga tahun kuliah, alias semester enam dan baru dua semester mata kuliah yang selesai. Gini-gini masih punya cita-cita ke Harvard University, Amerika Serikat untuk belajar pada kampus yang bombing oleh Bill Kovack. Apes-apesnya, yah lanjut S2 di Jakarta pada fakultas jurnalistik. Hehehe, amin.
Kawan-kawan semua. Yang mungkin baru belajar menulis berita atau yang belum tahu ada berapa bentuk lead berita itu. Saya akan membagi apa yang telah saya baca dari buku Jurnalistik Teori dan Praktik.
Cukup banyak kawan, dan saya sendiri sangat sulit mengingat dan membedakannya meski kadang-kadang saya pernah menggunakan bentuk lead itu pada tulisan berita saya. Yang namanya orang tahu, yah menulis sesuai dengan apa yang saya inginkan asal tidak melenceng dari kaidah penulisan berita.
Seperti biasa, rumusnya adalah piramida terbalik dan memenuhi syarat 5W+1H.
Sebagai tulisan awal dari saya, saya akan menulis kembali bentuk-bentuk lead itu di sini. Sedang kejelasan dan contohnya, nanti insya Allah saya lanjutkan dengan tulisan satu persatu sesuai bentuk lead.
Sebelumnya, kepada siapa saja yang telah mengetahui tentang teori ini, saya mohon maaf bila ada ketidaksamaan atau kesalahan.
Berikut bentuk lead menurut pandangan saya dari buku tersebut dibagi ke dalam dua sub:
1.      Lead retorika
2.      Lead stilistik
Lead retorika ini seperti menggambarkan atau efek dramatic suatu tulisan. Seperti memulai kepala berita dengan “Saya sampai ke lokasi tenpat pembuangan akhir (sampah) itu matahari belum sepenuhnya terbit di ufuk timur. Namun telah banyak ibu-ibu menyanggul karung, dan sebagian lagi menjinjingnya menuju lokasi pembungan sampah itu”.
Itu contoh kecil dari saya. Dan kawan-kawan mungkin bisa menerkanya persamaan dari contoh itu.
Nah, dari lead retorika ini punya kontruksi gramatikal yang dapat digunakan untuk menyusun sebuah kisah berita yang akan kita tulis. Yakni frasa partisipial, infinitif, preposisional, kalimat kata benda, dan kalimat bersyarat.
Sedangkan lead-lead stilistik memiliki kontruksi. Seperti lead menonjok, deskriptif, kontras, bertanya, kutipan, kepenasaran kumulatif, berurutan, parody, epigram, tersendat-sendat, ledakan, dialog, dan sapaan.
Banyak kan kawan? Mungkin kalian ada yang telah memiliki gambaran dari beberapa kontruksi tersebut. Dan mungkin juga sebagian dari sekian banyak itu ada yang telah anda praktikkan. Nah, dari sekian banyak kontruksi lead stilistik itu, nanti akan saya jabarkan satu persatu. Mungkin saya bisa dan tentu isi dari penjabaran itu akan sesuai dengan kemampuan saya.
Jadi, tunggu aja tulisan saya selanjutnya. Mungkin besok saya bisa menuliskan satu kontruksi dan begitu seterusnya. Sekarang, saya mau salat subuh dulu. terima kasih kawan dan semoga CATATAN ANAK DESA ini bisa memberikan sedikit pengetahuan dan semoga bermanfaat. Wassalam.
Di Gubuk Kelahiran
Rabu, 20 Juni 2012 sebelum Subuh

Thursday 7 June 2012

Proyek Jalan Panglima Aim Baru Pasang Pelang


PELANG PROYEK ditancapkan di tepi parit Jalan Panglima Aim. Pelang ini masih baru dan kemungkinan baru dipasang beberapa hari lalu. Padahal pengerjaan proyek mulai dilakukan sejak 13 Maret lalu. Rabu (6/6) sore. FOTO: Ubay KPI

Proyek Jalan Panglima Aim Baru Pasang Pelang
Oleh UBAY KPI

Sampai betonisasi Jalan Panglima Aim, Pontianak Timur sekitar 300 meter tersebut usai, tak ada papan nama pengerjaan. Sekarang, dalam masa pengaspalan muncul pelang nama pekerja proyek tersebut. Hanya saja tak ada rincian yang jelas apakah proyek itu betonisasi atau pengaspalan. Serta panjang dan luas proyek tersebut.
Tinjauan ke lokasi kemarin, papan nama pengerjaan itu hanya menyebutkan pemeliharaan periodic jalan kota dengan nomor kontrak 05/SPK/PPK/DPU-BM/2012 dengan tanggal 13 Maret 2012, masa kerja 180 hari. Sedangkan anggaran pembangunan jalan tersebut sebesar RP 980 juta.
Pekerja pembangunan jalan tersebut tertanda CV Putra Indonesia Maju dengan alamat kantor Jalan Adi Sucipto Pontianak.
Warga di sekitar penancapan pelang pengerjaan saat ditanyai mengenai keberadaan pelang tersebut tidak tahu kapan di pasang. Hanya saja, menurut salah satu warga di dekat pelang tersebut. Yang sehari-hari bekerja di bengkel kawasan pengerjaan itu menyebutkan, pelang itu ada beberapa hari terakhir. Dari awal tidak ada. “Kayaknya itu yang masang malam hari,” ujar warga yang tak mau menyebutkan namanya tersebut.
Kejanggalan masih mengahantui beberapa warga Jalan Panglima Aim. Seperti Pengurus RW Dalam Bugis, M. Ali menyebutkan sepengetahuannya dari masyarakat dan pihak Dinas Pekerjaan Umum Kota Pontianak, serta DPRD Kota Pontianak saat melakukan krocek beberapa waktu lalu menyebutkan bahwa proyek tersebut bukan sampai pada aspal, namun betonisasi seperti kebanyakan proyek jalan di beberapa tempat di Kota Pontianak.
“Bisa jadi aspal itu untuk menutupi keburukan mutu beton yang telah dikerjakan,” ujarnya.
Pantauan ke lapangan sore kemarin sekitar pukul 15.00, tak ada karyawan yang bekerja di lokasi proyek. Hanya tampak aspal anyar yang baru diratakan. Wartawan koran ini mencoba mencari pengawas pekerjaan untuk dimintai penjelasan, namun tak ada ditemukan di lapanga.
M. Ali menyebutkan, proyek tersebut milik Satarudin. Satarudin yang dimaksud M. Ali adalah salah satu anggota DPRD Kota Pontianak yang juga Ketua Komisi B.
Sore kemarin, saat Satarudin ingin dikonfirmasi mengenai kebenaran proyek tersebut. Saat dihubungi via telepon beberapa kali tak pernah diangkat, begitu juga SMS yang dikirim kepadanya, juga belum dibalas.

Tuesday 5 June 2012

Proyek “Siluman” Jalan Panglima Aim


Proyek “Siluman” Jalan Panglima Aim
Ali: Pemerintah Perlu Audit Ulang
Oleh Ubay KPI

Pembangunan jalan di Jalan Panglima Aim, Pontianak Timur yang bersumber dari APBD Kota Pontianak sekitar kurang lebih Rp 1 miliar selesai. Namun hasil proyek pembangunan jalan itu berderai tak lama dari akhir pengerjaan.
Bahkan, masyarakat menilai pembangunan jalan itu proyek “siluman” karena tak ada plang nama dan sosialisasi.
Seperti dikatakan oleh pengurus RW 16 Kelurahan Dalam Bugis, M. Ali menuturkan masyarakat memang tak mengerti tentang proyek namun jangan dibodoh-bodohi. Pantauan M. Ali mewakili masyarakat menilai pengerjaan itu sangat tidak layak sebab kualitasnya sangat rendah.
Kondisi pembangunan itu saat ini berdebu, batu-batu yang sudah banyak lepas. Tak hanya kerusakan jalan saja yang diderita masyarakat sepanjang jalan sekitar 300 meter itu. Akibat proyek yang asal jadi tersebut, beberapa warga di pembangunan jalan yang melintas di tiga kelurahan, yakni Kelurahan Dalam Bugis, Saigon, dan Tanjung Hulu tersebut beberapa waktu terakhir terkenan demam dan batuk.
Jalan Panglima Aim menurut Ali merupakan jalan sentral. Perlu perhatian dari pemerintah dan bila ada pembangunan harus dilaksanakan dengan tepat dan baik. Bukan dengan pengerjaan asal jadi.
“Kami mewakili masyarakat meminta kepada pemerintah untuk mengaudit ulang proyek tersebut,” ujarnya.
Menurut penuturan salah satu pengurus RT 9 RW 5, Kelurahan Tanjung Hulu, Ade saat dihubungi kemarin penyakit tersebut ada sejak usai pngerjaan proyek itu.
Anehnya lagi di mata masyarakat sekitar yang sempat melakukan protes ke DPRD Kota Pontianak dan PU melalui Kasi Pemeliharaan Jalan, pembangunan jalan tersebut tidak jelas.
Ketidakjelasan itu menurut Ade, tidak adanya sosialisasi kepada masyarakat sekitar. Tidak adanya transparansi pemeliki proyek mengenai pagu anggaran, perusahaan pekerja proyek, penaggung jawab, lebar dan panjang pembangunan. “Kami tidak tahu sama sekali, sebab dari awal sampai selesai tak pernah ada kami lihat papan proyek di lokasi pembangunan jalan itu,” tutur Ade.
Ade melanjutkan, pembangunan jalan itu semakin tidak jelas akhir-akhir ini. Pasalnya, sepengetahuan warga proyek itu adalah betonisasi namun sekarang sudah mulai diaspal. “Yang mana yang benar. Kalau proyek itu aspal, dari mana lagi anggarannya?” tanya Ade.
Beberapa perwakilan dari warga setempat menuturkan pernah bertemu dengan PU Kota Pontianak, dan mengatakan dengan jelas bahwa proyek itu adalah betonisasi bukan aspal.
“Di awal pengerjaan juga terkesan pemilik proyek memang mau ambil untuk banyak. Jalan itu tanpa pengerasan, tumpuk pasir dan langsung timbus semen,” tambahnya.
Proyek itu belum pandangan mengarah pada korupsi, sebab belum ada tindak lanjut dari Dinas Pekejaan Umum dan Inspektorat.
Proyek jalan “siluman” itu tak hanya mendapat sorotan dari masyarakat. Namun mendapat perhatian dari sejumlah organisasi. Seperti dari Pengurus Koordinator Cabang (PKC) Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) dan Badko Himpunan Mahasiswa Islam Kalbar.
PKC PMII Kalbar, Syahril mengatakan, bila sudah berkenaan dengan anggaran APBD, maka seyogyanya  ada transparansi agar tidak kecurigaan dari masyarakat. Pemerintah harus menjelaskan dengan rinci.
Sedangkan menurut pandangan Ketua Badko HMI Kalbar, Wahyu kemarin mengatakan dengan anggaran dana kurang lebih Rp 1 miliar, sangat tidak realistis kalau hanya untuk pembangunan jalan sekitar 300 meter.
Tata aturan yang tidak dilaksanakan oleh pemegang proyek seperti plang nama mengundang curiga masyarakat. “Itu kan proyek public, dan harus disampaikan kepada public,” ujarnya.

Monday 4 June 2012

Mbutakkan Pak Tua


Berkubang di pantai Pasir Panjang, Singkawang. Dari kiri, Jumita, Mahmudah, dan Ubay KPI (memegang kayu). Di belakang, pasangan suami istri, Supriadi dan Ayu.  @Mahmud Alfikri

Mbutakkan Pak Tua

Oleh Ubay KPI

Ada bpak2 udh uban pngen duduk dpling dkt kaca bus. 
Llu naik si anak muda ke bus itu.
Kursi pling smping sblm'y msh ad pnumpang, stlh trun tuh pnumpang, bpk yg uban itu lgsung geser ke tepi. Tp si anak muda blg, "pak boleh sy d stu".
Bpak uban jwb, "kan byran'y sm".
Si muda ngmong lg, "sy suka mabuk pak".
Tk ad jwbn, si bpk yg uban lgsung pndh.

Apelah sbnr'y, trnyta si anak muda tuh tk prnh mbuk naik bus. Alsan die jak pngen hmpasan udra dri luar bus.
"cerita Ubay dalam bus"

Dua paragraph itulah yang saya tulis pada dinding facebook-ku saat berada di bus tujuan Singkawang-Pontianak, Minggu (3/6) sore lalu. Status itu tak ada yang mengomentari, hanya ada empat teman di jejaring sosial facebook-ku yakni Nabila Caiank Edo', Jumita Kpi, Shasa Iliana, dan Novie Susandt Nindita Syahara. Me-like status itu.
Tulisan memang nampak tak dimengerti, maklum saja saya bergelut tawa dalam hati seraya merasa bersalah karena telah membohongi si Pak Tua itu.
Saya naik ke bus dari arah Kabupaten Sambas. Saat saya naik, bus itu memang telah terisi penuh. Namun si kernet bus tetap memintaku naik sebab aka nada 3 penumpang yang akan turun tak jauh dari lokasi tempatku menunggu bus. Betul sekali, sekitar 15 menit, tiga penumpang turun. Dan tiga kursi di paling belakang itu kosong  hanya ada Pak Tua itu. Sebelumnya Pak Tua yang saya “mbutakkan” itu duduk di kursi kedua dari jendela.
Semenjak saya naik ke bus itu, sasaran saya memang kursi paling tepi, sebab bisa melihat dengan leluasa pemandangan di luar dari dalam bus. Melihat laut yang jauh dari sungai raya. Dan melihat gunung-gunung, serta abrasi yang sedang dikerjakan di bibir laut.
15 menit saya berdiri di bus itu saya sempatkan menulis berita untuk dikirim ke redaktur si kantor Borneo Tribune. Saya menulis berita pada jejaring FB-ku agar mudah ditarik oleh redaktur dari kantor. Maklum saja, HP yang saya gunakan bisa membuka email. Satu-satunya untuk tetap mengisi halaman Koran menulis di dinding FB itu.
Sebelumnya, FB-ku sudah saya setting untuk setiap status yang saya tulis. Yakni hanya akun FB redaktur saya, Aulia Marti yang bisa membaca status itu. Jadi tak akan ada yang tahu tentang berita yang tulis di dinding FB itu.
Satu berita hampir selesai, sekitar menyisakan satu alenia. Lalu tiga penumpang itu turun. Saya mendapat kesempatan untuk duduk. Tapi apa dikata, seperti pada ceritaku di atas, si Pak Tua itu ternyata pengen juga duduk di samping. Tapi dengan muka yang bisa dipercaya, saya katakan sama Pak Tua itu, kalau saya mudah mabuk. Dengan tak ada niko-niko Pak Tua itu mempersilahkan saya lewat di depannya.
Tak ada lain saya meminta duduk paling dekat jendela bus selain ingin menikmati desiran angin dan pemandangan. Padahal, tak ada cerita pada saya mabuk saat naik bus.
Bus terus berlanjut, dan saya melanjutkan beritaku yang menyisakan satu alenia. Setelah selesai, saya tetap mengaktifkan FB-ku sambil kirim dna balas pesan dengan kawanku, dan komentar di status rekan-rekanku.
Sepanjang perjalanan, tak ada rasa jemu. asyik dan seru meski duduk berhimpitan. Perjalanan Singkawang-Pontianak ditempuh dalam waktu 3 jam. Sempat saya tidur saat perjalanan. Bahkan, saya tidak tahu saat Pak Tua itu turun dari bus. Tujuan Pak Tua itu memang lebih dulu dari saya, yakni di Jungkat. Sebelum Kota Pontianak.
Sekitar jam 7 malam, bus sudah masuk Kota Pontianak. di persimpangan lampu merah Siantan, tempat saya dulu mengecer Koran, saya meminta kernet berhenti. Huuppppz, saya sampai Pontianak. dan selanjutnya mengambil motor bututku di parkiran ojek dekat perempatan itu. Tancpa gas ke kawasan Budi Utomo menemui rekan di sebuah warung internet.
Jam sepuluh malam, saya pulang ke rumah dan tanpa mandi terlebih dahulu, saya langsung menemani bapak yang telah dua hari saya tak melihatnya.

Catatan:
Mbuttakkan dapat diartikan membohongi

Sunday 3 June 2012

Andrea JK. Bongkar Bank Soal


Andrea Juliati Kurniasari 

Andrea JK. Bongkar Bank Soal
Oleh Ubay KPI

Ada tips menarik dan patut ditiru oleh siapa saja yang akan mengikuti ujian nasional. Meksi tips ini telah banyak dilakukan oleh calon peserta UN, namun ada yang beda dengan yang dilakukan oleh Andrea Juliati Kurniasari.
Ia adalah anak yang berhasil memperoleh nilai tertinggi UN di Kalimantan Barat tahun 2012 dengan hasil UN 9.472. keberhasilan itu diapresiasi oleh Pemerintah Kota Pontianak melalui Dinas Pendidikan dengan memberikan bonus senilai Rp10 juta yang diberikan bersamaan dengan pengumuman guru, kepala sekolah, dan pengawas berprestasi di Gedung Terpadu Kota Pontianak, Jumat (1/6) pagi lalu.
Bicara soal UN, Andrea, biasa ia disapa membagi pengalaman menjelang pelaksanaan UN. Jauh-jauh hari ia mempersiapkan diri dengan kerap membuka bank soal. Bank soal yang dimaksud Andrea adalah kumpulan soal-soal UN tahun sebelumnya yang baik dijual di toko-toko buku.
Dari buku itulah ia belajar dan mengerjakan kembali. Bank soal tersebut menurut Andrea adalah peruntungan. Sebab dipastikan ada kesamaan soal UN dari tahun ke tahun. “Setidaknya ada 1 atau 2 persamaan karakter dari soal tersebut,” ujar anak kelahiran 20 Juli 1994 ini.
Siswa lulusan SMA Santu Petrus Pontianak ini juga berbagi pengalaman dengan kemudahan akses internet saat ini. Teknologi internet oleh Andrea dijadikan sebagai tempat berlatih dan mengasah sejauh mana kemampuannya pada enam mata pelajaran yang diujikan saat UN. Yakni dengan mengerjakan soal-soal yang tersedia di internet. “Saya sangat aktif mengerjakan soal-soal di internet selain membuka bank soal itu,” ujarnya.
Meski menjadi sisa peraih UN tertinggi di Kalbar, Andrea juga mengakui ada kelamahan dalam dirinya, khususnya di bidang biologi. “Gak kebayang dan sangat tidak terprediksi soal biologi akan sesulit itu,” ungkapnya.
Ditanya soal pendidikan lanjutan, Andrea menuturkan telah diterima di kampus luar negeri. Yakni di Universitas Hong Kong. “Saya kemarin ada empat pilihan kampus, 2 di Singapura, 1 di Korea Selatan, dan 1 di Hong Kong,” tuturnya.
Dan nasib berpihak pada Andrea diterima di Hong Kong. Dan telah dinyatakan lulus. “Saya sudah lulus sejak pendaftaran sebelum pengumuman hasil UN. Dengan sayarat nilai UN saya di atas 9. Dan hasilnya UN saya 9.47” kata alumni SMP Santu Petrus dan SD Gembala Baik ini.
Orang tua Andrea Juliati yang ikut mendampingi saat pemberian reward dari pemerintah Kota Pontianak Jumat lalu. Ayahnya, Sunardi menerangkan bahwa Andrea adalah anak yang punya usaha tinggi dan pantang menyerah dengan apa yang diinginkan. “Saya tak pernah mengarahkan ia untuk masalah pendidikan, saya beri kebebasan. Hanya saja saya terus mengontrol,” tutur Sunardi.
Begitu juga dengan ibunya, Iliana Tanusi terpancar raut wajah bahagia saat pemberian reward itu. “Saya hanya berharap ia bisa mencapai cita-citanya. Dan sesuai keinginan dia melanjutkan kuliah konsen pada ilmu teknologi computer,” terangnya.

Nilai Kelulusan SMP Meningkat 0.58 Persen


Nilai Kelulusan SMP Meningkat 0.58 Persen
Oleh Ubay KPI

Ada kemajuan dan ada pembaharuan dalam pendidikan di Kota Pontianak. Itu dibuktikan dengan meningkatnya nilai kelulusan tingkat sekolah menengah pertama di Kota Pontianak. Keputusan yang telah ditetapkan panitia UN menunjukkan kelulusan tingkat SMP di Kota Pontianak meningkat 0.58 persen pada tahun ini.
Yakni dengan nilai 99.05 meningkat sedikit dari tahun 2011 yang hanya 18.47 persen. Tak hanya itu, prestasi siswa Kota Pontianak cukup membanggakan di tingkat Kalimantan Barat. Kota Pontianak menduduki peringkat pertama dengan rata UN dan nilai akhir sekolah 29.49 persen.
Nilai ujian tertinggi yang diperoleh siswa Kota Pontianak ialah 39.15 atas nama Maybelline dari SMP santu Petrus. Disusul siswa SMPN 3 Pontianak dengan nilai 38.95 atas nama Abdillah yasir Wicaksono.
Tak hanya itu, ada 107 siswa Kota Pontianak yang berhasil mencapai nilai UN 10 yang terdiri dari 1 siswa di mata pelajaran bahasa Indonesia, 97 siswa pelajaran matematika, dan 9 siswa pelajaran IPA. Dalam rangking 30 besar peraih nilai tertinggi di Kalimantan Barat, ada sebanyak 27 siswa asal Kota Pontianak yang masuk di dalamnya. Tiga siswa lainnya diisi oleh siswa SMP Tunas Bangsa Sungai Raya, Kubu Raya.
Walikota Pontianak usai memberikan sambutan pada lomba guru sekolah di Gedung Terpadu Pontianak kemarin menyampaikan, tingkat kelulusan sudah baik meski belum mampu menempatkan siswa masuk dalam sepuluh besar nilai tertinggi nasional.
Upaya yang akan dilakukan pemerintah ke depan selain memperbaiki kinerja guru serta melakukan koordinasi dengan pihak orang tua, Sutarmidji kembali menegaskan akan melibatkan pakar pendidikan dalam menopang kemajuan pendidikan di Kota Pontianak.
“Tahun depan harus ada yang masuk 10 besar nasional,” kata Midji.
Terkait nilai, Sutarmidji juga mencemaskan guru-guru di sekolah yang takut memberikan nilai tinggi kepada siswanya. Pasalnya, hasil ujian nasional beberapa waktu lalu, banyak anak yang memperoleh nilai bagus (10) namun pada nilai sekolah cukup rendah. “Ini menunjukkan guru tidak berani memberi nilai bagus ke siswa, padahal sebenarnya mereka punya kemampuan dan layak mendapat nilai bagus,” tuturnya Midji.
Angka ketidaklulusan tingkat SMP pada tahun ini di Kota Pontianak hampir menjejaki tiga angka. Yakni 94 anak gagal lulus. Yang terdiri dari 14 siswa dari sekolah negeri dan 80 siswa dari sekolah swasta.

Mempertahankan Tradisi Medali Olimpiade

56 peserta Olimpiade Sains Nasional tingkat Kalbar mengikuti acara pembukaan yang dihadiri langsung oleh Kedis Pendidikan Kalbar, Alexius Akim di Kapuas Dharma II Pontianak. FOTO: Ubay KPI

Mempertahankan Tradisi Medali Olimpiade
Oleh Ubay KPI

Dalam dua tahun terakhir, Kalbar selalu memberikan sumbangsih bagi Indonesia untuk peserta olimpiade sains tingkat internasional. Dan sumbangsih itu tak sekesar sumbangsih, namun juga memberikan prestasi bagus untuk Indonesia dengan torehan medali perunggu. Karenanya, Dinas Pendidikan Kalbar bercita-cita tetap mempertahankan tradisi medali itu.
Langkah awal, Dinas Pendidikan Kalimantan Barat melaksanakan seleksi untuk siswa SMP guna mencari siswa terbaik di bidang matematika, biologi, fisika dan IPS. Olimpiade Sains Nasional (OSN) tingkat Kalbar dilaksanakan selam tiga hari, 1-3 Juni 2012 bertempat di Hotel Kapuas Dharma II Pontianak.
Ajang penyeleksian tersebut diikuti oleh seluruh kabupaten dan kota yang ada di Kalbar. Sebanyak 56 siswa SMP berkompetesi untuk dicari empat terbaik pada masing-masing cabang sains yang diperlombakan.
Kepala Dinas Pendidikan Kalimantan Barat, Alexius Akim usai membuka OSN tingkat Kalbar kemarin menyampaikan, hal penting yang perlu diingat bahwa Kalbar sering memberikan prestasi gemilang untuk Indonesia di bidang sains. Akan  tetapi, Dinas Pendidikan tak akan berbangga diri dengan prestasi itu, sebab pelaksanaan olimpiade sains terus digulir.
“Sekarang bagaimana kembali kita memberikan yang terbaik untuk Indonesia. Sebisa mungkin setiap tahun tradisi medali tetap aman, dengan tahap awal Kalbar memiliki siswa yang juara di tingkat nasional,” ujarnya.
Meksi terbilang sangat sempit waktu pelaksanaan OSN dengan penyeleksian yang dilakukan saat ini. Akim menegaskan konsentrasi tetap difokuskan untuk setiap peserta yang akan menjadi wakil ke tingkat nasional.
Akim juga mengatakan, bahwa tak ada training center pada tahun ini untuk empat anak yang nanti akan menjaid wakil Kalbar. Walau demikian, waktu yang sudah dekat dengan pelaksaan OSN yang akan digelar pada tanggal 28 Juni mendatang, Dinas Pendidikan telah mempersiapkan siapa saja nanti yang lolos.
“Kami telah memberikan pelatihan kepada guru pembina mereka di masing-masing sekolah. Nanti mereka akan dibimbing di sekolah hingga tanggal pelaksanaan,” jelas Akim.
Akim yang didampingi oleh Marjono R Asan Jumat malam lalu sangat berharap anak Kalbar kembali bisa mengharumkan  nama bangsa di tingkat internasional. “Kami yakin, kami tidak akan ada memihak salah satu daerah. Sebab pelaksaan ini dilakukan oleh pusat langsung, daerah sebagai penyedia. Soal-soal dari pusat bukan daerah yang membuat,” tuturnya.