Tuesday 8 January 2013

Menulis? Cukup Keinginan dan Kesempatan


Menulis? Cukup Keinginan dan Kesempatan

Oleh Ubay KPI

Sebelum tidur pagi ini, saya ingin berbagi cerita kepada kawan-kawan semua. Mungkin cerita ini tak seberapa bagi anda, hanya sebuah kisah kecil dari perjalanan hidup saya di dunia jurnalisme.
Yah, kurang bermanfaat bagi kawan-kawan yang tak se-profesi atau yang tidak menyukai dunia kepenulisan. Itu mungkin. Tapi mungkin menjadi sebuah inspirasi bagi kawan-kawan yang sedang memulai menulis.
Sejak sekolah aliyah, saya mulai menulis catatan harian. Beraneka ragam, ada dalam bentuk tulisan biasa yang hanya mengkaitkan kegiatan demikian kegiatan dari pagi hingga malam, ada puisi, bahkan ada perasaan hati yang saya luapkan dalam rangkaian kata menyerupai sastra.
V Paling banyak masa itu hanya satu setengah lembar buku kecil. Itu pun sudah sangat panjang karena minimnya kosa kata yang ingin dituangkan. 
Selain memang jarang membaca, pengetahuan akan ilmu kepenulisan sangatlah dangkal. Inisiatif membuat catatan itupun tanpa ada tujuan. Waktu itu hanya iseng-iseng saja. Puncaknya kegemaran menulis ketika kelas satu aliyah yang kala itu baru mengenal cinta. Cihuy.
Dari pengalaman saya menulis. Modal awal tak lain adalah keinginan. Yah keinginan untuk menulis. Bila sudah ada keinginan barengi dengan kesempatan. 
Dua hal itu bila telah ada dalam diri kawan-kawan, maka sebuah karya meskipun sebatas coretan dua paragaraf akan tercipta.
Kenapa saya katakan keinginan. Tanpa rasa ingin menulis, maka kita tak akan sampai menulis. Tanpa ada waktu atau kesempatan, juga keinginan itu tak akan terwujud.
Namun setelah keduanya ada. Saya pastikan anda akan punya karya.

Sebuah keberanian bagi saya untuk seorang pemula tidak penting. Kenapa? Karena tak semua tulisan berhadapan dengan khalayak ramai. Keberanian itu penting bagi penulis yang sudah peka terhadap isu. Isu yang menyangkut orang lain. Seperti menulis untuk publikasi. Itu pun sifatnya yang riskan saja.
Kalau hanya sebatas CH (catatan harian) kan tak perlu dibaca orang lain. Untuk menjadi koleksi sendiri saja sudah cukup tentunya. Seperti kebanyakan orang yang menjadikan buku harian sebagai hal privacy.
Paling tidak, memulai menulis adalah tentang diri kita sendiri. Aktifitas kita, perasaan kita, atau kondisi di sekitar kita. 
Tak perlu takut akan hasil karya itu. Cuekkan saja apa hasilnya. Mau bagus atau tidak, mau nyambung dari kalimat atau paragraf satu dengan yang lainnya, mau panjang atau pendek, mau indah atau jelek. Yang penting anda sudah menulis. Jika anda tak mau malu dengan karya anda sendiri. Tulislah apa yang anda tulis, kemudian tutup buka setelah selesai. Jangan anda baca dulu, sebab karya anda tak perlu dikoreksi pada masa itu. Sebab tulisan anda tak perlu redaktur bak media. 
Setelah memulai, lanjutkan sebisa anda. 
Nah, setelah anda punya tulisan beberapa judul, baru anda baca, mulailah anda perbandingkan. Khususnya dalam penyusunan kalimat. Ketepatan kata, dan rangkaiannya. Dari melihat ke belakang sebuah tulisan itulah anda akan menemukan sisi kekurangan. Tentunya, anda juga harus banyak membaca untuk lebih banyak mengenal kata.
Kebiasaan saya, sampai dengan saat ini tak mengulang atau membaca setiap apa yang saya tulis. Membiarkan seperti apa hasilnya. Baru ketika dua atau tiga hari, saya membaca apa yang telah saya tulis. Bahkan, kadang dari karya saya, lebih dulu orang lain yang membacanya. Itu terjadi sampai selesai dan hanya pada karya yang sifatnya tidak terikat dengan pekerjaan redaksi.
So, lakukan sekarang bila anda telah punya keinginan. Tulislah apa yang akan anda tulis, dan menulislah sesuai yang kemampuan anda. Jangan paksa memiliki karya yang bagus, sebab tak ada penulis yang mampu menciptakan tulisan yang indah di awal karyanya.
Ayo menulis, ayo ciptakan sebuah keabadian!!!!

Menjelang Tidur
Di Pondok Kelahiran
Selasa, 8 Januari 2013. Pukul 03.00

No comments:

Post a Comment