Friday 27 September 2013

Dibekukan, Karapan Sapi "Rekeng" Tetap Akan Digelar

Dibekukan, Karapan Sapi "Rekeng" Tetap Akan Digelar

Penulis :
Kontributor Pamekasan, Taufiqurrahman
Selasa, 24 September 2013 | 15:04 WIB

PAMEKASAN, KOMPAS.com - Paguyuban pemilik sapi karapan Madura yang tergabung dalam Jet Matic Foundation (JMF), bersikukuh akan tetap menggelar karapan sapi Piala Presiden, meskipun Gubernur Jawa Timur, Soekarwo sudah membekukannya. Karapan sapi dibekukan Gubernur Jatim karena event ini terbagi menjadi dua kubu, yaitu karapan sapi sistem kekerasan (rekeng) dan karapan sapi tanpa kekerasan (pakopak). 

Ketua JMF, Mohammad Zahid saat dihubungi
 Kompas.com, Selasa (24/9/2013) mengatakan, seluruh pemilik sapi karapan (pangerap) sudah sepakat akan menggelar karapan sapi polarekeng. Apalagi saat ini, seleksi karapan sapi di masing-masing kecamatan sudah berlangsung dan tinggal menunggu seleksi di tingkat kabupaten. 

"Yang jelas paguyuban
 pangerap akan menyelenggarakan sendiri walaupun Gubernur Jatim membekukannya," kata Moh Zahid. 

Pada tahun 2012 lalu, Badan Koordinasi Wilayah (Bakorwil) IV Pamekasan sebagai penyelenggara karapan sapi juga sudah tidak menyelenggarakan karapan sapi tanpa kekerasan. Paguyuban karapan sapi menyelenggarakan sendiri dengan mempertahankan pola
 rekeng dan pesertanya banyak, karena sudah berdasarkan seleksi di masing-masing kecamatan. Sementara karapan sapi pola pakopak, diselenggarakan di Bangkalan dan pesertanya sembarangan, tidak berdasarkan seleksi. 

"Sebaiknya pemerintah tidak perlu mengatur soal kebudayaan karapan sapi. Biarkan masyarakat yang menyelenggarkan sendiri agar kebudayaan itu tetap bertahan sesuai dengan keinginan masyarakatnya," ungkap Syahid.
 

Lebih lanjut Syahid mengatakan, kalau pemerintah akan mengatur soal karapan sapi, maka segala biaya yang dikeluarkan oleh
 pangerap harus disubsidi. Mulai dari jamu, perawatan sapi, biaya operasional selama seleksi di tingkat kecamatan sampai tingkat kabupaten, hingga se-Madura. 

"Selama ini pemerintah hanya bicara soal karapan yang harus begini dan harus begitu. Sementara pemerintah tidak pernah memberikan subsidi. Ini kan lucu," tandasnya.
 

Selain itu, kalau Gubernur Jawa Timur atau Presiden sekalipun akan mengatur soal karapan sapi, jangan hanya mendengarkan dari Bakorwil IV Pamekasan. Tetapi turun langsung, meninjau langsung dan berdialog langsung dengan
 pangerap. Dengan demikian, ketika hendak membuat kebijakan, tahu langsung kondisinya.
Editor : Farid Assifa


"Ngotot" Pakai Kekerasan, Karapan Sapi Piala Presiden Dibekukan

"Ngotot" Pakai Kekerasan, Karapan Sapi Piala Presiden Dibekukan

Penulis :
Kontributor Pamekasan, Taufiqurrahman
Senin, 23 September 2013 | 21:51 WIB

PAMEKASAN, KOMPAS.com — Kejuaraan karapan sapi Piala Presiden tahun ini dipastikan tidak akan digelar di Madura. Hal itu menyusul tarik ulur antara pemilik sapi karapan (pangerap) yang menginginkan karapan sapi menerapakan sistem kekerasan (rekeng) dan sistem tanpa kekerasan (pakopak). 

Gubernur Jawa Timur Soekarwo sudah membekukan Karapan Sapi Piala Presiden tahun ini. Hal itu ditegaskan Sekretaris Badan Koordinasi Wilayah (Bakorwil) IV Pamekasan, Budiono, Senin (23/9/2013). Budiono kepada
 Kompas.com mengatakan, Gubernur Jatim sudah menyatakan tidak akan menggelar karapan sapi jika tetap menggunakan sistem rekeng. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) sudah menginstruksikan kepada Gubernur Jatim bahwa pelaksanaan Karapan Sapi Piala Presiden harus tanpa kekerasan. 

"Karena
 pangerap tetap menginginkan sistem kekerasan, akhirnya tahun ini dibekukan dulu," katanya. 

Sampai kapan Karapan Sapi Piala Presiden akan dibekukan? Budiono tidak memberikan kepastian waktu. Namun, selama sistem kekerasan dalam karapan sapi tetap dipertahankan, maka Piala Presiden tetap tidak akan pernah digelar di Madura sampai kapan pun. Kalaupun ada bupati di Madura yang akan menyelenggarakan kejuaraan karapan sapi, Bakorwil Pamekasan tidak ingin ikut campur.
 

"Kalau ada kejuaraan karapan sapi di Madura menggunakan nama Piala Presiden, itu tidak dibenarkan sebab Karapan Sapi Piala Presiden tetap akan digelar tanpa kekerasan," tandasnya.
 

Bakorwil sendiri, kata Budiono, sudah diamanatkan oleh Gubernur Jawa Timur untuk mengajak damai pihak-pihak yang bertikai dalam karapan sapi. Ketika pihak-pihak yang sudah bertikai itu sepakat bahwa karapan sapi tanpa kekerasan, Piala Presiden akan digelar. Patung piala karapan sapi berlapis emas yang akan diperebutkan dalam Piala Presiden akan disimpan di rumah dinas Gubernur Jatim sampai batas waktu yang tidak ditentukan.
Editor : Farid Assifa


Gubernur Jatim Dianggap Cederai Budaya Madura

Gubernur Jatim Dianggap Cederai Budaya Madura

Penulis :
Kontributor Pamekasan, Taufiqurrahman
Jumat, 27 September 2013 | 11:20 WIB

BANGKALAN, KOMPAS.com — Keputusan Gubernur Jawa Timur Soekarwo untuk membekukan ajang karapan sapi Piala Presiden tahun ini menimbulkan kekecewaan pemilik sapi karapan (pangerap) di Kabupaten Bangkalan. 

Mereka menilai terjadinya dualisme sistem karapan sapi, yakni sistem kekerasan (rekeng) dengan sistem tanpa kekerasan (pakopak), tidak tepat untuk dijadikan alasan membekukan kegiatan yang sudah menjadi tradisi masyarakat Madura itu.

Muhammad Mahfud, salah satu pangerap asal Bangkalan, mengaku, tradisi karapan sapi sudah mendarah daging bagi warga Madura. Tradisi yang digelar setelah panen tembakau itu merupakan tradisi turun temurun, dan belum pernah ada dalam sejarah karapan sapi dibekukan.
 

“Jujur kami kecewa dengan pembekuan ini, karapan sapi ini kan budaya yang telah turun temurun, dan Madura sudah terkenal dengan budaya itu. Kalaulah ada dualisme sistem yang terjadi akhir-akhir ini, hal itu sebetulnya tidak patut dijadikan alasan penghentian atau pembekuan gelaran karapan sapi ini,” ujarnya dengan nada kecewa, Jumat (27/9/2013).
 

Menurut pandangan Mahfud, pemerintah seharusnya bisa mengantisipasi sejumlah pertentangan yang terjadi sejak jauh-jauh hari. “Keputusan Gubernur Jatim sudah mencederai budaya lokal masyarakat Madura,” tandasnya.
 

Mahfud sendiri menyatakan siap mengikuti ketentuan yang akan diberlakukan pemerintah terkait dengan karapan sapi. Baik itu sistem rekeng maupun pakopak. Namun, jangan sampai Gubernur Jatim menghentikan budaya karapan sapi. Jika pemerintah bijaksana menyikapi persoalan karapan, maka tidak perlu ada pembekuan.
 

Sebelumnya, Badan Koordinasi Wilayah (Bakorwil) IV Pamekasan, Jawa Timur, yang ditugaskan menyelenggarakan karapan sapi Piala Presiden menyatakan bahwa Gubernur Jatim sudah menghentikan sementara karapan sapi. Hal itu karena terjadinya perselisihan pangerap, baik yang setuju sistem rekeng ataupun sistem pakopak.
 

Karapan sapi akan kembali digelar jika sudah tidak terjadi perselisihan di kedua pihak. "Belum tahu sampai kapan pembekuan karapan sapi akan dicabut oleh Gubernur Jatim. Namun jika sudah tidak ada perselisihan, karapan sapi akan digelar kembali," kata Budiono, Sekretaris Bakorwil IV Pamekasan.
Editor : Kistyarini


Bupati se-Madura Dukung Karapan Sapi Tanpa Kekerasan

Bupati se-Madura Dukung Karapan Sapi Tanpa Kekerasan

Penulis :
Kontributor Pamekasan, Taufiqurrahman
Jumat, 27 September 2013 | 16:32 WIB

PAMEKASAN, KOMPAS.com - Tarik ulur antara karapan sapi sistem kekerasan (rekeng) dengan karapan sapi sistem tanpa kekerasan (pakopak) pada kejuaraan Piala Presiden tahun ini, mulai menemui titik terang. Gubernur Jawa Timur bersama Bupati se-Madura sudah sepakat bahwa pelaksanaan karapan sapi Piala Presiden tahun dilaksanakan tanpa kekerasan (pakopak). 

Bupati Pamekasan, Achmad Syafii mengatakan, pelaksanaan karapan sapi memang selayaknya tanpa kekerasan. Hal itu sudah menjadi kesepakatan bersama bupati se-Madura. Namun pelaksanaan karapan sapi
 pakopak harus mendapat dukungan dari semua pihak, meskipun ada sebagian aspirasi dari pemilik sapi karapan (pangerap) yang masih menginginkan sistemrekeng. 

"Butuh komunikasi dan waktu untuk menerapkan secara utuh karapan sapi
 pakopak agar tidak terjadi pertentangan dari masyarakat, utamanya yang masih menginginkan karapan sapi sistemrekeng," kata Syafii, Jumat (27/9/2013). 

Bupati Sampang, Fannan Hasib saat dihubungi
 Kompas.com mengaku, juga sudah menyepakati karapan sapi pakopak. Bahkan dirinya sudah diminta untuk mengirimkan enam pasang sapi karapan untuk diadu di kejuaraan Piala Presiden Oktober mendatang.   

"Tidak ada pembekuan karapan sapi tahun ini, sebab semua bupati se-Madura sepakat karapan sapi sistem
 pakopak dengan dukungan dari Pemerintah Provinsi Jawa Timur," ungkap Fannan. 

Sampai berita ini ditulis,
 Kompas.com belum mendapatkan konfirmasi dari Badan Koordinasi Wilayah (Bakorwil) IV Pamekasan, selaku penyelengggaran karapan sapi Piala Presiden, tentang tanggal pelaksanaan karapan sapi sistem pakopak. Sekretaris Bakorwil IV Pamekasan Budiono mengaku, tidak tahu terkait kesepakatan bupati se-Madura dengan Gubernur Jawa Timur, tentang pelaksanaan karapan sapi Piala Presiden menggunakan sistem pakopak. 

Sementara itu, empat kabupaten di Madura sudah selesai menyelenggarakan seleksi karapan sapi sistem
 rekeng. Bahkan menurut rencana, seleksi tingkat Kabupaten Pamekasan akan dilaksanakan pada tanggal 6 Oktober mendatang di Stadion R Soenarto Hadiwidjojo, Pamekasan. Untuk seleksi karapan sapi sistem pakopak, belum ada tanda-tanda pelaksanaan. 

Namun, berdasarkan penyelenggaraan karapan sapi sistem
 pakopak tahun 2012 lalu, pesertanya hanya utusan per kabupaten di Madura. Tidak ada seleksi ketat mulai dari tingkat kecamatan, tingkat kabupaten hingga pada puncaknya memperebutkan piala Presiden Republik Indonesia, seperti yang dilaksanakan dalam karapan sapi sistem rekeng.
Editor : Farid Assifa


Ditentang, Karapan Sapi dengan Kekerasan Tetap Berlanjut

Ditentang, Karapan Sapi dengan Kekerasan Tetap Berlanjut


Penulis : Kontributor Pamekasan, Taufiqurrahman
Minggu, 22 September 2013 I 17.12

PAMEKASAN, KOMPAS.com - Walaupun mendapat tentangan dari Badan Koordinasi Wilayah Madura (Bakorwil) IV Madura, pelaksanaan seleksi karapan sapi dengan sistem kekerasan (rekeng) Piala Presiden di Kabupaten Pamekasan, terus berlangsung. Hari ini, Minggu (22/9/2013) digelar seleksi peserta untuk tiga kecamatan, yakni Kecamatan Kota Pamekasan, Tlanakan dan Kecamatan Proppo. Seleksi dilaksanakan di Stadion R. Soenarto Hadiwodjojo, Pamekasan.

Ada 60 peserta yang terlibat dalam seleksi kali ini. Masing-masing 20 pasang sapi dari tiga kecamatan. Mereka akan diseleksi untuk memperebutkan posisi tiga terbaik dan akan bersaing pada seleksi tingkat kabupaten, 6 Oktober mendatang. Seleksi ini berdasarkan tiga kategori, yakni campuran, sapi besar dan sapi kecil.

Muhammad Sahri, panitia seleksi karapan sapi mengatakan, sistem rekeng yang dilaksanakan di tiga kecamatan dan sepuluh kecamatan lainnya, merupakan kesepakatan para pemilik sapi karapan (pangerap). Usulan pelaksanaan karapan sapi sistem tanpa kekerasan (pakopak) yang diajukan oleh Bakorwil IV Pamekasan, sangat tidak memungkinkan untuk dilaksanakan tahun ini.

"Jangan paksa kami untuk melaksanakan karapan sapi sesuai dengan keinginan pemerintah, sebab untuk mengubahnya butuh waktu," kata Sahri.

Dijelaskan Sahri, walaupun Bakorwil Pamekasan bersikukuh menggelar karapan sistempakopak, para pangerap tidak akan menghalanginya. Sebab 98 persen pangerap di Madura sudah sepakat untuk tetap menggunakan sistem rekeng. Karapan sapi sistem pakopak, ada komunitasnya tersendiri dan tidak bisa dicampuraduk dengan sistem rekeng.

"Walapun belum ada titik temu antara pangerap dengan Bakorwil Pamekasan, karapan sapi sistem rekeng akan tetap digelar setelah seleksi di masing-masing kabupaten di Madura," tandasnya.

Sebelumnya, Bakorwil VI Pamekasan tidak akan menggelar karapan sapi sistem kekerasan. Hal itu berdasarkan instruksi Gubernur Jawa Timur. Karapan sapi selain yang diselenggarakan oleh Bakorwil Pamekasan, tidak berhak memakai label Piala Presiden.

Karapan sapi sistem rekeng yakni dengan melukai sapi karapan dengan menggarukkan paku di bokong sapi. Bahkan sebelum diperlombakan, sekujur tubuh sapi dimandikan dengan spirtus ataupun air jahe. Sedangkan sistem pakopak, tidak menggunakan cara demikian untuk menambah kecepatan sapi. Sapi hanya dicambuk dengan cambuk khusus.
Editor : Farid Assifa

Pemilik Sapi Karapan: Gubernur Jatim Ingkar Janji

Pemilik Sapi Karapan: Gubernur Jatim Ingkar Janji

Penulis : Kontributor Pamekasan, Taufiqurrahman
Selasa, 17 September 2013 | 19:50 WIB

PAMEKASAN, KOMPAS.com - Pemilik sapi karapan empat kabupaten di Madura (Bangkalan, Sampang, Pamekasan dan Sumenep) yang tergabung dalam Jet Matic Foundation (JMF) --sebuah organisasi yang bergerak di bidang kebudayaan karapan sapi-- menilai, Gubernur Jawa Timur, Soekarwo ingkar janji untuk menggelar karapan sapi dengan kekerasan. 

Amirusi, Sekretaris Jenderal JMF kepada
 Kompas.com, Selasa (17/9/2013) mengatakan, Gubernur Jawa Timur pada tanggal 4 September 2012 lalu, mengundang seluruh pemilik sapi karapan se-Madura untuk merumuskan karapan sapi Piala Presiden tanpa kekerasan. Pertemuan itu disepakati membentuk tim kecil untuk merumuskan sistem baru dalam karapan sapi. Selain itu, tim kecil itu diberikan waktu tiga sampai lima tahun untuk merumuskan sistem karapan yang baru, sekaligus menosialisasikan kepada masyarakat. 

"Tiba-tiba tahun ini Soekarwo menyampaikan bahwa pelaksanaan karapan sapi Piala Presiden tanpa kekerasan. Itu keputusan yang menyalahi kesepakatan antara Soekarwo sendiri dengan para pemilik sapi karapan," kata Amirusi.
 

Dia mengatakan, mandat yang diberikan kepada tim kecil itu sampai saat ini masih sedang dirumuskan. Sebab, kata Amirusi, tidak mudah mengubah sistem kebudayaan yang sudah lama melekat di masyarakat. Maka dibutuhkan waktu sambil sosialisasi.
 

"Ini seakan-akan ada konspirasi untuk menghapus kebudayaan karapan sapi yang dilakukan oleh kelompok-kelompok tertentu. Padahal pemilik sapi karapan tidak antikekerasan dalam karapan. Namun kriteria kekerasan itu yang harus dibicarakan secara arif dari semua pihak yang berkepentingan," tandasnya.
 

Pemilik sapi karapan sendiri tidak mau berselisih pendapat dengan Majelis Ulama Indonesia yang sudah mengeluarkan fatwa haram soal kekerasan dalam karapan sapi. Menurutnya, pemilik sapi karapan memiliki kriteria sendiri tentang kekerasan. Sapi dilukai saat dikarap itu untuk menegaskan keberingasan dan kejantanan sapi di arena pacuan. Namun setelah dikarap, secepat mungkin sapi diobati dan dirawat dengan harga yang mahal.
 

"Pemilik sapi karapan itu sangat mencintai sapi, bahkan melebihi istrinya. Sampai saat ini belum ada sejarahnya sapi mati karena dikarap. Jadi jangan sepihak mengartikan kekerasan," ungkapnya.
 

Jadi, Amirusi menekankan bahwa tahun ini sistem kekerasan dalam karapan sapi harus tetap digelar. Apalagi di semua Kabupaten, seleksinya sudah hampir selesai dan tinggal menunggu waktu penentuan juara di masing-masing kabupaten sebelum dilombakan dalam Piala Presiden.

Editor : Farid Assifa

Friday 13 September 2013

Paryadi, S. Hut. MM; Sosok Perangkul Semua Golongan

Sosok Paryadi, selain dekat dan merangkul kalangan tua, juga sangat dekat dengan komunitas
anak-anak muda di Pontianak. Tak heran, bila di kegiatan anak muda, Paryadi kerap tampil dan memberikan
support. FOTO: Ubay KPI

Paryadi, S. Hut. MM
Sosok Perangkul Semua Golongan

Oleh Ubay KPI

Lemah lembut, bukan berarti tidak tegas. Masih muda, bukan berarti tak mengenal kalangan tua. Ramah, dan penuh kesantunan. Itulah yang melekat pada sosok Paryadi, S. Hut yang tak lain calon pemimpin Kota Pontianak yang akan datang.
Kelembutannya bukan hanya dikenal kalangan orang yang sepuh darinya. Namun kepada rekan sebayanya, rekan di bawahnya, kelembutan itu terus terlihat. Masih muda namun punya pengalaman yang mumpuni. Apalagi tentang Kota Pontianak, mengenal betul dengan apa yang dibutuhkan saat ini.
Sebagai  birokrat yang menjabat sebagai Wakil Walikota Pontianak saat ini, Paryadi, S. Hut dikenal sangat dekat masyarakat. Berkumpul dengan masyarakat adalah bagian dari caranya menjemput aspirasi masyarakat bawah.
Sebagai sosok pemimpin, Paryadi selama ini cukup dikenal punya hubungan baik dengan masyarakat, baik organisasi masyarakat, kepemudaan, sampai dengan ibu-ibu majelis taklim.
Dalam beberapa kesempatan, kegiatan Paryadi, S. Hut selain personal. Kerap melibatkan masyarakat banyak. Seperti pada Ramadan ini.
Kediaman dinasnya di Jalan KS Tubun Pontianak menjadi sesak dengan masyarakat. Melalui kegiatan kebersamaan, sekaligus ajang silaturahmi praktis dengan masyarakat. Paryadi, S. Hut mengundang masyarakat Kota Pontianak berbuka puasa bersama.
Lebih seribu warga dari seluruh kecamatan se-Kota Pontianak hadir memadati acara buka puasa bersama tersebut. Tampak, ruang aula Wakil Walikota Pontianak sesak dengan warga yang hadir untuk bersama-sama berbuka puasa, begitu juga di halaman rumah, meluber hingga banyak warga yang tidak mendapati tempat duduk dan memilih bediri.
Salah satu warga yang hadir, Jamain mengaku undangan tersebut cukup memberi bahagia bagi kalangan masyarakat, meskipun sifatnya massal. Namun, dengan adanya perhatian berupa undangan untuk duduk bersama tersebut, memberikan suatu bukti bahwa pemimpin masih punya kepedulian kepada masyarakat kalangan bawah.
“Dengan adanya undangan seperti ini saja kami sudah sangat senang, artinya pandangan negatif yang kadang muncul, seperti kalau jadi tak mungkin ingat kepada masyarakat, itu terbantahkan. Meskipun dalam kegiatan semacam ini (buka bersama) sangat terbatas,” tutur Jamain.
Istilah klasik yang terus disampaikan Paryadi, S. Hut untuk terus bersama-sama menjaga kebersamaan yang telah tercipta selama. “Kita duduk di sini, ada Melayu, ada Jawa, Madura, dan lainnya. sama rata, duduk sama rendah, makan pun sama-sama nasi kotak. Namun esensinya adalah kebersamaan. Mari kita jaga kebersamaan ini,” tuturnya.
Atas kehadiran masyarakat pada kesempatan apapun, merupakan suatu kehormatan baginya. Walaupun berada pada tempat yang sangat sederhana jauh dari kesan mewah.
Sebagai pemimpin, kepedulian kepada dengan merangkul semua golongan adalah hal yang mutlak. Sebagai Wakil Walikota Pontianak, kesempatan lain bersama masyarakat yang terbilang sangat intens adalah kebersamaan Paryadi, S. Hut bersama anak-anak muda.
Halaman rumah dinas pernah menjadi tempat berkumpul dengan duduk lesehan para anak muda beberapa waktu lalu. Mereka yang datang, dari beberapa komunitas yang ada di Kota Pontianak. Mulai dari komunitas motor, sepeda, hingga fasn klub.
Dari mereka yang datang, sangat identik dengan khas masing-masing. Yakni dengan seragamn komunitas masing-masing, ada mengenakan kaos Real Madrid, Barcelona, dan dari komunitas motor mengenakan seragam klub motornya masing.
“Kami ingin menyatukan perbedaan ini, untuk Pontianak. Untuk daerah tercinta. Untuk kemajuan dan Pontianak yang lebih modern,” kata Paryadi.
Kepedulian orang nomor dua di Pontianak ini sangat diakui oleh salah seorang yang hadir, Edo mengaku sangat senang bisa berkumpul dengan komunitas lainnya. Pasalnya, kegiatan tersebut sangat langka dilakukan. Dan atas inisiatif merangkul komunitas pemuda yang dilakukan Paryadi, merupakan hal yang jarang dilakukan.
Bahkan Edo mengaku, kedekatan Paryadi dengan kepemudaan bukan hanya muncul dalam masa Ramadan, namun semenjak menjadi Wakil Walikota, sosok Paryadi memang memiliki perhatian terhadap kegiatan dan kreasi anak-anak muda di Kota Pontianak.
Tambah Edo, Paryadi adalah sosok yang perangkul kalangan muda. Perhatian yang intens sesuai kemampuannya telah ditunjukkan dalam memberikan semangat kepada generasi muda di Pontianak untuk berkreasi.
“Kami ingin menyaksikan, bahwa pemuda di Pontianak bisa berbuat. Berbuat dengan kreatifitas masing-masing. Mendorong dan membantu bersama segala keinginan dalam mewujudkan daerah ini lebih baik,” ujarnya.
Selama pelaksanaan kemarin, nampak sekali suasana merakyat dari semuanya yang ada, tak hanya pengunjung, namun Paryadi juga demikian. Duduk lesehan, silih berganti Paryadi menyambangi komunitas yang hadir untuk bercengkrama melakukan komunikasi. “Nuansa seperti ini sangat nyaman. Jarang-jarang bisa ketemu seperti ini (duduk bersama),” ungkap Paryadi.
“Pontianak sangat multi etnis, kami ingin keberagaman ini kami rangkul. Untuk kebersama, bergandengn tangan, dan mewujudkan kesejahteraan rakyat di Pontianak,” pungkas Paryadi.  




Paryadi Kunjungi Warga, Sebastian Kampanye Dialogis

Pasangan Paryadi, S. Hut, Sebastian, SE, MM memimpin kampanye dialogis. Sosok Sebastian
dinilai sebagian masyarakat Tionghoa lebih menonjol dari berbagai sisi ketimbang kandidat lainnya
yang berdarah Tionghoa. FOTO: Ubay KPI
Paryadi Kunjungi Warga, Sebastian Kampanye Dialogis

Oleh Ubay KPI

Berbagai macam bentuk dan metode kampanye ditunjukan kandidat calon walikota dan wakil walikota Pontianak. Pada putaran kedua kampanye di enam kecamatan se-Kota Pontianak. Pasangan Pasti PAS, Paryadi dan Sebastian kampanye secara terpisah di Kecamatan Pontianak Selatan, Selasa (10/9) kemarin.
Paryadi seharian melakukan kunjungan langsung ke warga, sedangkan Sebastian melakukan kampanye dialogis dengan melibatkan banyak warga.
Pertama, Paryadi kemarin menyambangi masyarakat yang ada di kawasan Ambalat dan sekitar Waduk. Sedangkan Sebastian melakukan dialogis di daerah Jalan Purnama yang dihadiri banyak masyarakat.
 “Metode kampanye ini dipilih agar pasangan Pasti PAS jadi lebih memahami, mengetahui dan menyerap apa saja aspirasi warga. Karena pemimpin adalah pelayan rakyat bukanlah penguasa, sehingga Pasti PAS haruslah dekat dan tahu apa sebenarnya yang diinginkan rakyat Kota Pontianak,” kata Koordinator Tim Pasti PAS Nanang Setia Budi.
Menjelang sore hari, calon walikota termuda Kota Pontianak Paryadi menyambangi berbagai warung kopi di kawasan tengah kota. Begitu juga Sebastian, menyapa masyarakat yang ada di kawasan Jalan Gajah Mada.
“Bukan hanya memperkenalkan diri, namun menyerap aspirasi langsung dari masyarakat. Mengajak bersama masyarakat membangun Kota Khatulistiwa. Sebab, tidak mungkin pemerintah akan mampu membangun daerah ini tanpa keterlibatan dari masyarakat,” ujar Sebastian.
Terlebih lagi, menurut Sebastian kepala daerah bukanlah raja. Melainkan memberikan pelayanan yang baik kepada masyarakat. Karenanya, seorang kepala daerah harus tahu kondisi di lapangan.
Masing-masing kandidat Paryadi dan Sebastian, kemarin juga memberikan kartu pengenal suara. Yang juga berisi 7 program pokok pasangan Pasti PAS, yang diantaranya pembangunan yang merata di setiap kecamatan, 1 miliar untuk 1 miliar, serta pinjaman modal tanpa agunan kepada UMKM.
Paryadi yang ditemui di kawasan tengah kota kemarin, menyatakan jalan-jalan menyambangi masyarakat menyerap aspirasi bukan hanya dilakukan saat mencalonkan diri sebagai walikota. Melainkan sejak menjabat sebagai Wakil Walikota Pontianak dirinya kerap turun langsung ke lapangan. “Meskipun tidak dalam saat dinas, acara non formal jarang sekali saya lewati. Seperti tahlilan, majelis taklim, dan lainnya. Selama kita tahu, apalagi mendapat undangan, selalu saya menyempatkan,” pungkasnya.

“Karena di situlah, kami tahu apa yang sebenarnya terjadi dan situasi di lapangan,” tambahnya. 

Masyarakat Utara Tetap Harapkan Paryadi sebagai Walikota

Paryadi, S, Hut yang berpasangan dengan Sebastian menjadi kandidat
kuat memenangkan Pilwako Pontianak 19 September mendatang. FOTO: Ubay KPI
Masyarakat Utara Tetap Harapkan Paryadi sebagai Walikota
Oleh Ubay KPI

Warga Pontianak Utara teatap berharap, sosok Paryadi tetap bertahan di kantor walikota Pontianak hingga 5 tahun mendatang. Dengan duduk sebagai walikota Pontianak bersama calon wakilnya Sebastian. Harapan tersebut disampaikan salah satu warga Pontianak Utara, Hamdani saat ditemui di kawasan terminal Siantan, Jumat (6/9) kemarin siang.
Pasalnya, Paryadi selama menjadi wakil walikota Pontianak telah banyak berbuat meskipun tak maksimal, mengingat posisinya hanya sebagai wakil. Termasuk, dalam perjuangan membangun rumah sakit di Pontianak Utara yang tak terwujud karena terbangun di Pontianak.
Begitu juga alternative membangun penghubung pusat kota dengan Pontianak Utara melalui rencananya membangun jembatan Kapuas III, adalah langkah baik untuk mempercepat pembangunan dan akses pusat dan Pontianak Utara.
“Saya, secara pribadi sangat mendukung Paryadi-Sebastian meskipun selama empat tahun ini kurang hanya wakil walikota,” ujar bapak 3 orang anak berdarah Melayu ini.
Beberapa program strategis sebenarnya ada dalam dirinya, namun terhambat selama menjadi wakil walikota. Termasuk sosoknya yang low profile dan ramah tamah, punya kesan tersendiri bagi Hamdani.
“Dia termasuk politisi yang santun, selama ini tak pernah kami mendengar sisi negative, baik sifat maupun tingkahnya,” tambah Hamdani.
Tak jauh berbeda dengan yang dituturkan Hamdani. Selviana warga Gang Generasi Pontianak Utara menuturkan, harapannya tetap Paryadi dan Sebastian menjadi pemimpin di Kota Pontianak untuk 5 tahun mendatang.
Selviana mengaku, meski tak ikut berbaur dalam tim pemenangan dan ikut serta dalam kampanye yang dilakukan pasangan PAS di Pontianak Utara, Jumat (6/9) kemarin, dirinya secara hati nurani tetap punya pilihan padanya.
“Kita bukan hanya membutuhkan pemimpin yang pintar, cerdas, dan tegas. Namun juga beretika punya sopan santun. Bukankah banyak orang besar-besar mengatakan, jaga etika dan sopan santun, sedangkan itu hanya omong belaka tanpa dilakukan oleh dirinya sendiri,” ungkap ibu dari dua anak ini.
Pada hari kelima kampanye terbuka, pasangan Pasti PAS Paryadi dan Sebastian melakukan kampanye terbuka di Pontianak Utara. Menyambangi pasar tradisional, kunjungan ke cagar budaya Kota Pontianak Pemakaman Batu Layang, kemudian dilanjutkan ke kawasan penduduk di lokasi pembuangan sampah, Jalan Kebangkitan Nasional.
Pasangan Paryadi-Sebastian diiringi oleh tim relawan dan simpatisan. Awalnya rombongan hanya beberapa motor, namun kemudian semakin membludak, masyarakat yang awalnya tidak mengikuti kampanye, ikut iring-iringan dengan pasangan PAS. Namun iring-iringan tak menyebabkan kemacetan.
Selain 7 program pokok yang dipaparkan, di hadapan masyarakat di Jalan Kebangkitan dan sekitarnya, Paryadi memaparkan beberapa terobosan baru, lebih khusus kepada masyarakat di Pontianak Utara dalam melakukan percepatan pembangunan dan pendidikan.
Hal ini senada dengan yang disampaikan Paryadi di hadapan masyarakat Pontianak Timur pada kampanye Kamis (5/9) lalu.
Meski demikian, bukan berarti daerah lain tidak ikut diperhatikan. “Dalam pembangunan, maka kami masukkan pembangunan yang merata. Sesuai keadaan di lapanga. Memperhatikan dimana yang betul-betul perlu diperbaiki. Bukan untuk semata-mata keinginan, namun lebih kepada kepentingan masyarakat,” ujarnya.
Sorak sorai pun menggema kala Paryadi menyampaikan pernyataan tersebut. Seperti sorakan “Paryadi-Sebastian Pasti PAS” dan sorakan “Nomor 4 Pilihan Tepat”.
Bahkan, ada salah satu simpatisan yang ikut dalam kampanye kemarin menyatakan. Semaksimal mungkin akan berbuat untuk kemenangan Paryadi dan Sebastian, khususnya di Pontianak Utara. “Bila melihat pemilihan yang lalu (2008), Bapak Paryadi banyak mendulang suara di Pontianak. Kami yakin dan akan berbuat, pemilihan kali diusahakan mengulang perolehan suara melebihi empat tahun lalu, untuk Paryadi dan Sebastian,” ujar Wawan Kurniawan.




  

Tuesday 10 September 2013

Paryadi Diteriaki: Pak Walikota Datang

CALON WALIKOTA nomor urut 4 Paryadi, berdialog dengan masyarakat di Kelurahan Tanjung Hilir. Dengan menggunakan sepeda motor, Paryadi dan simpatisannya menyusuri lorong-lorong gang berjumpa menjumpai masyarakat. FOTO: Ubay KPI

Kunjungi Perkampungan Tanjung Hilir
Paryadi Diteriaki: Pak Walikota Datang

Oleh Ubay KPI

Hari kedua kampanye terbuka, calon walikota Paryadi, Kamis (5/9) melakukan kampanye dengan mengunjungi perkampungan di Kelurahan Tanjung Hilir, Pontianak Timur. Tepatnya dari kawasan Beting hingga bekas gudang Rimba Ramin.

Pada kunjungan pertama di Kampung Beting, Paryadi disambut simpatisan dan pendukungnya secara antusias. Tak sedikit warga di daerah tersebut berlomba-lomba mendekati Paryadi untuk berjabat tangan. Bahkan ada yang hanya pakai kain dan kaos. "Pak walikota datang, pak walikota datang. Pak Paryadi," teriak Andi, salah seorang warga di daerah tersebut.

Saat bertemu dengan warga, Paryadi menyebutkan bahwa kelak jika dirinya terpilih walikota maka ke depan akan ada perhatian lebih dominan. Khususnya kepada masyarakat kurang mampu. Baik pendidikan, kesehatan, beras gratis, tentunya pembangunan yang merata sesuai kondisi yang ada.

Pasangan nomor urut 4 yang dikenal dengan jargon Pontianak Sejahtera, PASTI PAS ini kemudian melanjutkan kampanye di Gang H. Asy’ari. Dengan menggunakan kendaraan roda dua, Paryadi dan simpatisan memasuki lorong gang dan sesekali berhentii berdialog dengan masyarakat yang ada.

Tepatnya di Gang H. Asy’ari. Paryadi dan rombongan menyempatkan duduk bersama di sebuah toko kecil. Berbaur dengan masyarakat. Ibu-ibu pun datang untuk menyalami, begitu juga anak-anak ikut menyalami kandidat nomor urut 4 tersebut.


Pada waktu yang sama, pasangan Paryadi. Yakni calon wakilnya Sebastian melakukan kampanye dialogis di daerah Jalan Panglima Aim, Pontianak Timur. Di daerah tersebut tak kalah  ramainya. Sosok Sebastian yang low profile membuat banyak masyarakat di daerah tersebut ingin tahu lebih dekat. Tak ada pengawalan, selain masyarakat datang untuk bersalaman, Sebastian juga tak ragu menyalami lebih dulu setiap masyarakat yang datang. 











Monday 9 September 2013

Potret Debat Kandidat Pilwako Pontianak 2013

Beberapa Potret saat debat kandidat calon walikota dan wakil walikota Pontianak yang dilaksanakan di Grand Mahkota Hotel Pontianak, 3 September 2013

Pasangan nomor urut 1 Hersan dan Ismail

Tamu VIP dari KPU Kalbar, Misrawi

Rombongan kandidat nomor urut 4, Pasti PAS Paryadi dan Sebastian

Kru Pasangan Nomor urut 4 Paryadi dan Sebastian

Undangan VIP dari Panwaslu Kalbar, Muhammad

Muhammad salah satu anggota Panwaslu Kalbar

Pontianak hanya mengakui 2 etnis, Melayu, Dayak, dan Tionghoa.

Acara debat kandidat diselingi dengan tarian etnik yang melibatkan tiga etnis,
Melayu, Dayak, dan Tionghoa

Pendukung pasangan nomor urut 1 Hersan dan Ismail

Politisi PKB Alpian Aminardi tersenyum melihat sorotan kamera

Pasangan nomor urut 1 Hersan Ismail

Calon Walikota nomor urut 6 Zulkarnen menemui panelis

Pasangan nomor urut 4 Paryadi dan Sebastian beserta pendukung menyanyikan lagu Indonesia Raya

Pasti PAS Nomor 4 Pilihan Tepat

Nomor 4 Pasti PAS, Paryadi dan Sebastian

Kandidat noor urut 3 Sutarmidji-Edi Kamtono bersama pendukung

Fress Firman-Erick Martio nomor urut 3 bersama pendukung

Pasti PAS nomor 4

Putih pasangan nomor urut 3 sang incumbent Sutarmidji dan Edi Kamtono

Kandidat termuda pada pilwako Pontianak, Paryadi, S. Hut

Firman dan Erick tampak santai sebelum acara debat kandidat dimulai

Psangan nomor urut 2 Iwan-Acui bersama pendukung

Susana menyanyikan lagu Indonesia Raya sebagai awal pembuka debat kandidat
pilwako Pontianak 2013