*Kisah Driver Gojek Pontianak: Berangkat Antar Cewek Modis, Pulang Ketemu Driver Tak Baik Nasib
Malam agak temaram, bulan sedikit menyibakkan indahnya dalam balutan tipis awan yang mendung. Cuaca di luar malam itu lumayan menusuk tulang bagi penikmat jalanan.
Jumat (10/1/2025)
dini hari, dinginnya malam itu sedikit hangat bagiku sebagai driver ojek online
Aplikasi Anak Bangsa, GOJEK.
Bagaimana tidak,
penumpang yang kubawa saat ini adalah cewek cantik terawat dan seksi bodi.
Tidak sempurna, namun enak dipandang mata, mungkin pembaca tulisan ini akan
takjub dengan kemolekan gadis berwarna kulit putih sekujur tubuh bila turut
melihatnya.
Malam ini saya
penuh waktu selepas maghrib sudah mengaktifkan aplikasi, maklum tagihan
Spaylater harus terlunasi, belum lagi proyek kandang mini untuk ayam kampung
juga target selesai di bulan ini juga.
Biasa tengah
malam saya sudah menyudahi pekerjaan, tapi entah malam ini saya begitu semangat
untuk online-kan aplikasi hingga lewat dini hari.
Sebelum bersama
cewek modis ini, saya sempat pulang ke rumah untuk salat isya’. Menyempatkan
santap nasi goreng yang tidak dimakan istri karena kurang pas rasanya. Soal
makan, tak perlu ragukan saya. Tentu beberapa kawan sangat mengelanya.
Lepas salat, saya
baring-baring di ruang tamu sambil menghisap gumpalan tembakau bertajuk
Sampoerna Kretek. Pas pukul 01.06, sebuah orderan masuk ke aplikasi Gojek,
sebuah pesanan jemput penumpang dari daerah Pontianak Utara menuju kawasan
Jalan Gajah Mada, Pontianak.
Akun customer
cewek, melihat tujuannya saya sudah berangan-angan, oh ini cewek malam. Dalam
chat aplikasi ia meminta saya untuk segera menjemputnya, namun saya balas
dengan santai agar menunggu dengan sabar, karena posisi saya berada di kawasan
Tanjung Hilir. Lumayan jauh ke Siantan Tengah, Pontianak Utara. Customer itu
kaget ketika membaca pesan dari saya. Tapi saya santai saja tetap memacu motor
menuju lokasi penjemputan.
Di perjalanan,
saya sudah memprediksi, customer saya ini juga sedang ditunggu customernya di
rumah bintang tiga yang menjadi tujuannya. Saya sengaja tidak memacu kendaraan
dengan cepat untuk sekedar irit bahan bakar. Toh kalau rejeki saya, customer
ini akan menunggu.
Sampainya di gang
kecil kawasan pecinan di Pontianak Utara, cewek sekitar tinggi 165 centimeter
itu sudah menunggu. Sepertinya itu rumah kontrakan. Ia langsung naik dan
memintaku untuk lebih cepat memacu motor. “Takut orangnya keburu pulang,”
lirihnya kudengar sambil tarik gas motor.
Ia juga bertanya
padaku apakah ada aplikasi DANA, jawabku tidak ada, saya hanya ada Gopay saja.
Sepanjang perjalanan,
ia yang duduk di belakangku agak menyibukkan diri dengan gawainya. Hingga terdengar
ia berbicara melalui rekaman aplikasi whatsapp bahwa ia sudah di jalan, tak
lama berselang mengabari kalau ia sudah masuk di Jalan Gajah Mada.
Sebagai driver
ojek online, saya telah mengamankan customerku. Namun tidak dengan gadis itu.
Celana pendek setengah paha, dan kaos hitam yang tersibak di bagian pusarnya
mungkin tak terasa dingin malam itu. Sebab, mungkin dibenaknya penuh harap
customernya tidak membatalkan janji di malam sunyi. Sebuah hal yang didamba
bagi dirinya dalam setiap malam.
Apa aku membenci
dengan pekerjaanya? Tidak. Hanya ingkar dalam hati saja. Tidak risih dengan
profesinya, sebab hal itu juga akan berakhir bagi dirinya. Situasi dan
kondisilah yang membedakan kita dalam meraup rejeki Tuhan di alam semesta ini.
Sampai di
pelataran rumah bintang tiga di Jalan Gajah Mada, cewek dengan bibir tebal merekah
itu turun. Wajahnya ceria tak seperti ketika akan berangkat. Aku tahu, ia tak
memiliki uang tunai. Ia menunggu di samping motorku. Ongkos perjalannya Rp. 22.500.
Kupikir kawannya yang akan datang akan membayarkan ongkos perjalanan itu. Namun
dugaanku salah. Seorang bapak-bapak dengan kemeja safari hitam lengkap dengan
sepatu pantofel menghampiriku, menayakan biaya jasa perjalanan. Ternyata
uangnya kurang, bapak itu hanya membawa selembar Rp.20 ribuan. Ia kembali ke
rekannya yang duduk di teras rumah berbintang itu, dan menyodorokanku uang
Rp.25.000.
Cewek semampai
yang sedari tadi menempel di belakangku saat berkendara telah dibawa bapak itu
masuk. Segera kutinggalkan rumah ber-lobby itu. Mungkin ia akan diantar pada
customernya yang sudah menunggu di dalam. Nasib baik malam ini bagimu cewek
manis.
Saya meninggalkan
kawasan Jalan Gajah Mada menuju pulang ke Tanjung Hilir. Malam yang sepi, Jalan
Sultan Hamid II yang sudah menjadi dua jalur menambah eksotiknya malam dengan
lampu penerang yang mengangkang di ruas antara jalan.
Nasib baik penumpangku
yang cewek, tapi sebaliknya bagi driver seprofesiku.
Jelang perempatan
jalan atau Simpang SPBU Tanjung Hilir, kulihat seorang pemuda duduk di pembatas
jalan dengan motor yang ter-standar.
Berkaos dan
berhelm tanpa kaca pemuda itu sambil ngulek HP-nya. “Kenapa bro,” tanya saya.
“Panbel motor putus
pak,” jawabnya. Kulirik barang di gantungan motornya. Ada kemasan makanan
lengkap dengan struk pemesanan. Ini sih driver ojek online pikirku.
Ia menghampiriku
mengatakan kalau ia seorang driver Grab yang akan mengantarkan orderan makanan
ke customernya di Jalan Selat Panjang.
Saya melihatnya duduk
di ruas jalan itu sejak saat keberangkatan mengantar cewek bertemu customernya.
Saya mengira hanya menunggu kawannya, atau menikmati indahnya Sultan Hamid II. Tak
terlihat saat keberangkatan saya makanan yang tergantung di motornya, pun ia
juga tidak menggunakan atribut kerja Grab.
Dari perhitungan
saya, ia sudah sekitar 30 menit berada di jalan itu menunggu bantuan yang tak
pasti. Sepulang saya mengantar cewek aduhai itu, saya masih duduk sejenak di
tepi jalan, kemudian nukar uang di warung tepi jalan, ke ATM BRI dekat
Flamboyan. Cukup lama ia mencari bantuan.
“orangnya (customer)
sudah nelpon-nelpon, bahkan suruh minta kirimkan barangnya melalui driver
lainnya,” ucap pemuda bertempat tinggal di Parit Masigi, Kuala Ambawang itu.
“Dah cepat naik,
simpan motormu di depan, kamu naik motornya saya, kita antar pesanan,” ucapku.
Ia masih
membandel, katanya ia sudah menelpon istrinya untuk menyusul. Tetap kupaksa,
sebab kutahu, ia tidak enak. “Customer kamu sudah menunggu lama, cepat naik, simpan
motornya di depan,” perintahku.
Ia pun mengikuti
dan kuarahkan motornya ke Alfamart di Jalan Tritura, selanjutnya ia kuantar ke
lokasi pengataran customernya.
Andai saya customernya,
pasti saya ngedumel, mungkin juga sumpah serapah ke driver. Apalagi saat itu
sekitar jam satu lewat hampir jam dua. Situasi di rumah tak ada masakan, perut
lapar, dan malas keluar.
Aku lebih memprioritaskan
pelayanan pada customer, meskipun sudah sangat terlambat apa yang terjadi pada
pemuda itu. Aku tak sempat tanya namanya. Pikirku selamatkan pelayanan dulu.
“Saya sudah chat
di group Grab, tapi tidak respon,” kata driver Grab ini. Aku tak menjawab, mungkin
driver lain lagi sibuk dengan pesanannya, atau tidak biasa membantu sesama.
Namun anehnya,
sekian banyak kendaraan roda dua yang melewati Jalan Sultan Hamid II malam itu,
apa mungkin tak ada satu pun yang iseng menanyakan kendala pemuda itu yang
duduk sendiri di trotoar jalan?
Hari sial memang
tidak di kalender, panbel motor dan tanpa bantuan. Tapi mungkin ini nikmat
Tuhan untukku hari ini, Tuhan menunjukkan jalan untuk menolong sesama, atau ini
pelebur dosaku yang telah membonceng cewek aduhai sebelumnya?
Setelah kembali
ke Alfamart, tempat penitipan motor pemuda itu. Ternyata yang katanya akan ada
yang menyusul, masih belum nongol juga. Sebelum kembali ke rumah yang tak jauh
dari Alfamart itu, aku pastikan pada pemuda itu, sudah ada keluarganya yang
menyusul apa belum.
“Adiknya sudah
menyusul,” jawabnya dengan muka serba salah karena telah dibantu tapi tidak
ngasi apa-apa.
Aku tahu, pemuda
itu tak ingin merepotkanku kembali. Dengan raut penuh terima kasih, ia
mengatakan adiknya sudah menyusul.
Andai tidak ada
yang menyusul, malam itu kupastikan ia sampai kerumahnya untuk berkelon dengan istrinya
dengan kudorong motornya dari Tanjung Hilir ke Parit Masigi.
Setelah ia tak
ingin lagi dibantu, aku bergegas pulang ke rumah yang tak jauh dari Alfamart
Tanjung Hilir. Menuang kopi, menghisap tembakau, dan menulis kisah malam ini.
Baik untuk cewek malam, sial bagi pemuda itu. Hehehe.
Apa kabar gadis
malam customerku dan bagaimana dirimu pemuda driver Grab? Semoga kalian
baik-baik saja dan kesehatan sellau menyertai.
“JANGAN PERNAH
PENSIUN BERBUAT KEBAIKAN, SEKECIL APAPUN KEBAIKAN ITU”
No comments:
Post a Comment