Thursday, 31 January 2013

Pimpinan DPRD Kalbar Tak Hadiri Laporan BPK


Pimpinan DPRD Kalbar Tak Hadiri Laporan BPK

Oleh Ubay KPI 


Tak terlihat satu pun pimpinan DPRD Provinsi Kalbar pada seremonial penyerahan laporan hasil pemeriksaan BPK Perwakilan Kalbar semester II tahun 2012. Baik ketua atau wakil ketua DPRD. Padahal, undangan telah dilayangkan terhadap wakil rakyat tertinggi di Kalbar tersebut.

Akhirnya, dalam seremimonial penyerahan laporan hasil audit BPK semester II tahun 2012, sambutan yang sedianya disampaikan oleh Ketua DPRD Provinsi Kalbar dialihkan kepada Ketua DPRD Kota Pontianak Hartono Azas. Di acara penyerahan berkas hasil laporan tersebut, hadir Wakil Gubernur Kalbar Cristiandy Sanjaya mewakili Gubernur Kalbar yang sedang berada di Jakarta memenuhi undangan pemerintah pusat.
Tak banyak apa yang disampaikan oleh Hartono Azas, ia hanya mengajak terhadap yang hadir untuk bersama-sama menjaga dan mengalokasikan dengan baik dan tepat guna. Sehingga ke depannya tak ada pihak yang berkaitan dengan hukum oleh karena keuangan yang tidak benar.
Laporan hasil pemeriksaan semester II yang dihadiri perwakilan masing-masing kepala daerah tersebut digelar di aula BPK RI Perwakilan Kalbar di Jalan Ayani, Rabu (30/1) sore kemarin.
Saat dikonfirmasi soal ketidakhadiran pimpinan DPRD Kalbar kepada Kepala BPK Perwakilan Kalbar Adi Sudibyo usai acara kemarin, Adi menjelaskan tidak ada pemberitahuan padahal undangan telah dilayangkan sejak seminggu sebelum kegiatan. “Yang hadir hanya Sekwan (Sekretaris Dewan), undangan seminggu sebelum acara sudah dikirim,” ungkapnya.
Menurut Adi, mungkin pimpinan DPRD sedang ada agenda lain. Sehingga tak bisa hadir. Atas ketidakhadiran tersebut, BPK akan menyerahkan hasil pemeriksaan tersebut kepada DPRD Kalbar di lain waktu.

10 Negara Ramaikan Tour De Khatulistiwa


Albert Yaputra dan H. Abdul Mutholib
Cap Go Meh 2013

10 Negara Ramaikan Tour De Khatulistiwa

Oleh Ubay KPI

Akan ada pemandangan baru pada perayaan Cap Go Meh 2013 tahun, selain gemercik letupan kembang api, atraksi tatung, dan ornament warna merah yang akan menghiasi Kota Singkawang, tahun ini juga akan digelar event internasional.
Event yang akan dilaksanakan 21-25 Februari mendatang tersebut bertajuk “Tour De Khatulistiwa” dengan peserta 10 negara dari Asia yang telah memastikan ikut serta.
Tour De Khatulistiwa akan diisi dengan balap sepeda yang akan menempuh jarak Singkawang-Pontianak. “Ini upaya untuk go internasional, jadi Cap Go Meh tak hanya dikenal dengan tatung dan kembang api, namun ada nuansa olahraga dan pariwisata juga,” ujar salah satu panitia Albert Yaputra saat ditemui di Pontianak, Minggu (27/1) lalu.
Selain untuk go internasional, event tersebut juga untuk memantik lebih banyak lagi wisatawan. Serta Negara-negara lain ikut melirik Kalimantan Barat.
Albert Yaputra yang juga anggota Fraksi Partai Demokrat DPR RI ini mengatakan, sudah lama berobsesi agar CGM bisa go internasional. “Bagaimana supaya go internasional? Salah satunya dengan menggelar Tour de Khatulistiwa. Sebanyak 10 negara telah diundang, yakni Brunei, Malaysia, Singapura, Thailand, Vietnam, Kamboja, Laos, Philippina, Timor Leste, dan China. 
Tour De Khatulistiwa yang di dalamnya ada Singkawang Endureance Challenge 153 KM tersebut akan menempun rute perjalanan Singkawang – Pontianak dengan empat pos pemberhentian.
Pria berdarah Tionghoa ini melanjutkan, selain bersepeda ada acara bakti sosial yang dapat membantu kesejahteraan masyarakat yang tidak mampu di wilayah Pontianak dan Singkawang. Serta diisi dengan hiburan seremonial seperti acara pesta rakyat kesenian:  musik, penyanyi, dan atraksi kebudayaan. Selain itu, ada rangkaian acara aksi sosial dan penanaman pohon yang dilakukan oleh ibu-ibu SIKIB yang akan dipimpin oleh Ibu Agung Laksono, di beberapa tempat sepanjang jalur Tour De Khatulistiwa 2013.

Enam Ruko di Flamboyan Menunggu Putusan Hukum


Enam Ruko di Flamboyan Menunggu Putusan Hukum

Oleh Ubay KPI

Walikota Pontianak Sutarmidji pernah menyampaikan, akan membongkar paksa setiap ruko dan lapak yang masih bertahan di Pasar Flamboyan bila TPS sementara sudah jadi. Namun hal itu tidak terbukti, sebab masih ada enma ruko yang maish berdiri tegak tanpa sentuhan dari pihak pemerintah Kota Pontianak.
Enam ruko tersebut sebagian masih melakukan rutinitas perdagangan setiap hari. Begitu juga dengan PKL yang menjual sayuran, masih berderet dan bertahan berdagang di Flamboyan. Untuk PKL sayur, menurut Kadisperindah Kota Pontianak Imran masih menunggu penambahan lapak di TPS sementara.
Namun, saat ditanya soal enam ruko yang masih belum mendapat ‘jamahan’ keganasan tim pembongkar pihak proyek, Imran hanya mengatakan enam ruko tersebut masih menunggu putusan hukum selanjutnya.
Imran menimpali, tak bisa memberikan kejelasan terkait enam ruko tersebut, sebab hal tersebut masuk ke bagian asset Kota Pontianak. “Itu yang lebih tahu di bagian asset, pak Dede Arista,” ujar Imran.
Namun, Dede Arista saat ingin dikonfirmasi terkait enam ruko tersebut. Sore kemarin tak bisa dihubungi. Nomor pribadinya tidak aktif.

Gadis Madura


Saya menyebutkan goresan pena berjudul "Gadis Madura" di bawah ini dengan puisi dua kata. Sebab saya lihat di awal puisi hanya menyertakan dua kata yang pas dan menyentuh, sekaligus menggambarkan sosok gadis Madura sesungguhnya.
Puisi ini saya salin dari sebuah halaman di facebook Pecinta Puisi Cinta. Pada awalnya saya tak menemukan langsung halaman tersebut, namun salah seorang sahabat saya, Khusein Ahmad yang ber-id-kan Ahfa Sang Pecinta memosting karya itu ke sebuah grup yang saya buat beberapa tahu lalu. Grup itu berisi anak-anak Madura, laki dan perempuan. Khususnya yang berada di Kalimantan Barat. Yaitu Grup Lanceng Praben. Dari grup Lanceng Praben Kalbar, saya temukan puisi pendek ini dan kemudian saya posting ke blog pribadi ini.



GADIS MADURA


Senyum merekah
Rona indah
Sopan melangkah
Tak bertingkah


Gadis Madura
Cantik jelita
Manyejukkan mata
Anggun berkata
Gadis Madura
Sederhana bersahaya
Memegang tatakrama
Taat kapada orang tua
Gadis Madura
Pengabdian jiwa raga
Mengagungkan agama
Merindukan surga

Saturday, 26 January 2013

Mencari Madura

Sebuah buku baru karya antropolog nasional, A Latief Wiyata.
Buku berjudul Mencari Madura dapat menjadi referensi bagi kawan-kawan dalam mengenal dan mengetahui Madura.
Silahkan dapatkan bukunya di toko buku daerah anda berada. Atau bisa pesan langsung kepada penulis. Informasi bisa didapat melalui akun facebooknya A Latief Wiyata


Friday, 11 January 2013

Bandung, Kota Impian dari Balik Pohon Karet

Bandung, Kota Impian dari Balik Pohon Karet


Oleh Ubay KPI

Bandung, nama kota yang pernah saya denger masa saat duduk di sekolah madrasah ibtidaiyah dulu. Hanya nama, dan salah satu julukannya "Bandung Lautan Api".
Bandung yang sangat saya kenal dengan lautan api hanya sekedar nama. Tak pernah terciprat dalam bayangan saya akan menjejakkan kaki di "kota kembang" itu. Menjadi salah satu dari sekian mimpi di balik pohon karet bagi saya. Mimpi sampai dan tahu sendiri seperti apa Bandung.
Pesimis, yah saat itu sangat pesimis akan sampai ke Bandung. Bahkan, dari balik pohon karet yang berjejer, bagi saya hanyalah sebagai khayalan yang tak pernah akan terwujud.
Namun fakta bicara lain, Bandung yang menjadi mimpi untuk ditapaki selain Madura dan Jakarta kini telah terwujud. Berbalik 160 derajat kali sekian-sekian.
Kota Mojang, kota Aa' dan Teteh. Kota sarat universitas ternama itu ternyata telah saya tapaki.
Lewat keaktifan saya di Forkomnas KPI. Sebuah komunitas yang berisi mahasiswa Komunikasi Penyiaran Islam (KPI) ini ternyata saya dapat menjejakkan kaki di Bandung.
Duh Bandung, meski saya tak banyak mengenal sejarahmu, namun cukuplah menjadi catatan bagi saya, dimana Jaipong menjadi pertama saya saksikan pertama kali dengan tanpa satir. Melenggok teteh geulis di depan mata menarikan Jaipong yang saya dengar.
Bandung, saya tak peduli akan stigma Bandung yang dikenal kota pendidikan, saya tak peduli Bandung syur dengan goyangan ranjang ayam kampus yang pernah saya dengar. Saya tak peduli Bandung kota pelajar, saya tak peduli Bandung kota sering macet. Yang penting bagi saya adalah perwujudan mimpi di balik pohon karet dulu.
Tiga hari saya di tanah Bandung saat ini, mungkin suatu saat nanti saya akan tiga bulan, atau bahkan tiga tahun bersamamu. Tapi entah itu kapan atau dalam kesempatan apa?

Menjelang Salat Malam
Di Bandiklat Kemenag Provinsi Jawa Barat
Jumat, 11 Januari 2013. Pukul 03. 44


Tuesday, 8 January 2013

Menulis? Cukup Keinginan dan Kesempatan


Menulis? Cukup Keinginan dan Kesempatan

Oleh Ubay KPI

Sebelum tidur pagi ini, saya ingin berbagi cerita kepada kawan-kawan semua. Mungkin cerita ini tak seberapa bagi anda, hanya sebuah kisah kecil dari perjalanan hidup saya di dunia jurnalisme.
Yah, kurang bermanfaat bagi kawan-kawan yang tak se-profesi atau yang tidak menyukai dunia kepenulisan. Itu mungkin. Tapi mungkin menjadi sebuah inspirasi bagi kawan-kawan yang sedang memulai menulis.
Sejak sekolah aliyah, saya mulai menulis catatan harian. Beraneka ragam, ada dalam bentuk tulisan biasa yang hanya mengkaitkan kegiatan demikian kegiatan dari pagi hingga malam, ada puisi, bahkan ada perasaan hati yang saya luapkan dalam rangkaian kata menyerupai sastra.
V Paling banyak masa itu hanya satu setengah lembar buku kecil. Itu pun sudah sangat panjang karena minimnya kosa kata yang ingin dituangkan. 
Selain memang jarang membaca, pengetahuan akan ilmu kepenulisan sangatlah dangkal. Inisiatif membuat catatan itupun tanpa ada tujuan. Waktu itu hanya iseng-iseng saja. Puncaknya kegemaran menulis ketika kelas satu aliyah yang kala itu baru mengenal cinta. Cihuy.
Dari pengalaman saya menulis. Modal awal tak lain adalah keinginan. Yah keinginan untuk menulis. Bila sudah ada keinginan barengi dengan kesempatan. 
Dua hal itu bila telah ada dalam diri kawan-kawan, maka sebuah karya meskipun sebatas coretan dua paragaraf akan tercipta.
Kenapa saya katakan keinginan. Tanpa rasa ingin menulis, maka kita tak akan sampai menulis. Tanpa ada waktu atau kesempatan, juga keinginan itu tak akan terwujud.
Namun setelah keduanya ada. Saya pastikan anda akan punya karya.

Sebuah keberanian bagi saya untuk seorang pemula tidak penting. Kenapa? Karena tak semua tulisan berhadapan dengan khalayak ramai. Keberanian itu penting bagi penulis yang sudah peka terhadap isu. Isu yang menyangkut orang lain. Seperti menulis untuk publikasi. Itu pun sifatnya yang riskan saja.
Kalau hanya sebatas CH (catatan harian) kan tak perlu dibaca orang lain. Untuk menjadi koleksi sendiri saja sudah cukup tentunya. Seperti kebanyakan orang yang menjadikan buku harian sebagai hal privacy.
Paling tidak, memulai menulis adalah tentang diri kita sendiri. Aktifitas kita, perasaan kita, atau kondisi di sekitar kita. 
Tak perlu takut akan hasil karya itu. Cuekkan saja apa hasilnya. Mau bagus atau tidak, mau nyambung dari kalimat atau paragraf satu dengan yang lainnya, mau panjang atau pendek, mau indah atau jelek. Yang penting anda sudah menulis. Jika anda tak mau malu dengan karya anda sendiri. Tulislah apa yang anda tulis, kemudian tutup buka setelah selesai. Jangan anda baca dulu, sebab karya anda tak perlu dikoreksi pada masa itu. Sebab tulisan anda tak perlu redaktur bak media. 
Setelah memulai, lanjutkan sebisa anda. 
Nah, setelah anda punya tulisan beberapa judul, baru anda baca, mulailah anda perbandingkan. Khususnya dalam penyusunan kalimat. Ketepatan kata, dan rangkaiannya. Dari melihat ke belakang sebuah tulisan itulah anda akan menemukan sisi kekurangan. Tentunya, anda juga harus banyak membaca untuk lebih banyak mengenal kata.
Kebiasaan saya, sampai dengan saat ini tak mengulang atau membaca setiap apa yang saya tulis. Membiarkan seperti apa hasilnya. Baru ketika dua atau tiga hari, saya membaca apa yang telah saya tulis. Bahkan, kadang dari karya saya, lebih dulu orang lain yang membacanya. Itu terjadi sampai selesai dan hanya pada karya yang sifatnya tidak terikat dengan pekerjaan redaksi.
So, lakukan sekarang bila anda telah punya keinginan. Tulislah apa yang akan anda tulis, dan menulislah sesuai yang kemampuan anda. Jangan paksa memiliki karya yang bagus, sebab tak ada penulis yang mampu menciptakan tulisan yang indah di awal karyanya.
Ayo menulis, ayo ciptakan sebuah keabadian!!!!

Menjelang Tidur
Di Pondok Kelahiran
Selasa, 8 Januari 2013. Pukul 03.00

Segelas Kopi Berharga Rp 25.000


Segelas Kopi Berharga Rp 25.000

Oleh Ubay KPI

Suatu hari, saya ke Ayani Mega Mall, Pontianak. Pusat perbelanjaan terbesar yang ada di Kalimantan Barat. Malam itu kedatangan saya ke mall tersebut untuk memenuhi sebuah undangan acara dari Kantor Pajak Perwakilan Kalbar. Saya diminta untuk hadir, karena saya mendapat juara lomba photograpy yang dilaksanakan bersamaan dengan expo yang mereka laksanakan.

Acara akan dimulai dengan seminar photograpy oleh salah satu pegiat dari Jakarta. Sekitar jam sembilan penganugerahan pemenang lomba.
Sekitar setengah tujuh malam saya sudah ada di lokasi acara. Setelah melihat foto-foto yang dipajang, saya ke musholla mall tersebut untuk mendirikan salah Maghrib.
Nah, setelah usai salat ada kebingungan dalam diri saya. Acara belum dimulai, mau ke toko buku lagi tak mod baca, satu-satunya lokasi santai yang ada benak saya waktu itu adalah duduk di salah satu kios yang menyajikan minuman.
Di dekat lokasi acara ada kios yang menjual kopi. Pikir saya santai di kios itu saja. Kebetulan bibir terasa sudah sangat pekat karena tak merokok. Sebelum masuk, saya perhatikan dari luar pengunjung yang ada. Saya temukan ada bapak-bapak ngepul dengan sebatang rokok. 
Tempat yang tepat pikir saya. Santai, minum kopi, sambil merokok. Langsung saya ambil posisi paling sudut yang kebetulan ada aliran listrik untuk nge-cas hape. 
Tak lama berselang. Ada karyawan datang dan menyodorkan album menu cafe tersebut. Tak ada niko-niko, saya langsung pandang menu kopi. Ada kopi aceh, ada kopi luwak. Dan lainnya.
Tapi kagetnya bukan main ketika saya melihat harganya. Wataw, di atas dua puluh ribu. Ajakan pikiran untuk bersantai terganggu karena berganti bingung. 
Bingung karena uang dalam dompet hanya tersisa Rp 25.000. Mau keluar mengurungkan minum rasa malu pada karyawan cewek itu. Mau tak mau, akhirnya harus mesan minuman juga. Kopi biasa satu gelas. 
Biasanya, saya kalau sudah dihadapkan dengan rokok dan kopi segala pikiran jadi agak ringan. Tapi kali ini beda, jadi semakin pusing alias pening.
Bagaimana tidak? Uang sisa dua puluh lima ribu, harga kopi juga dua puluh lima ribu. Belum lagi pajak 10 persen. Uang saya kurang dua ribu lima ratus rupiah. 
Minum kopi jadi tak selera. Sebatang rokok Surya seakan terasa tembakau linting. 
Baru sekali seruput, langsung kepikiran kekurangan uang yang hanya dua ribu lima ratus rupiah. Saya coba hubungi kawan-kawan. Ternyata lagi ada di luar. Tak ada yang sedang di lokasi yang sama. 
Kebingungan ini saya sampaikan pada calon istri, tapi apa yang terjadi? Dia ngomel. Sebab dia memang tak suka bertindak tanpa pemikiran terlebih dahulu. Yah, cuma bisa dengerin dia ngomel via sms. 
Tak mau malu karena kekurangan uang. Akhirnya saya ingat, kalau di mall tersebut ada sepupu calon istri yang bekerja di salah satu toko. Saya coba sms dia, tapi tak dijawab. Pikir saya, pasti hape lagi tak dipegang.
Dengan beralasan ingin ke toilet, saya ijin ke salah satu karyawan untuk ke toilet. Kebetulan di tokok tersebut memang tak ada toilet. Ke toilet akhirnya menjadi alasan. Dengan tetap meninggalkan carger hape dan tas. Saya melangkah keluar.
Saya langsung ke lantai dasar mall untuk menemui sepupu calon istri. To the poin, pinjam duit sepuluh ribu rupiah. Tak pakai alasan, langsung saya cabut setelah mendapatkan uang dan kembali ke segelas kopi.
Tak ada pikiran lagi. Uang sudah cukup untuk membayar harga kopi segelas. Bahkan masih tersisa tujuh ribu lima ratus rupiah.
Tak lama berselang, saya langsung cabut dari lokasi warung kopi berharga selangit itu. Nyesal, nyesal, nyesal. Nyesal buanget. 
Iutng-itungannya neh ya. Kalau uang 27.500 dibawa ke warung kopi biasa di coffee street area di Jalan Gajah Mada Pontianak, seperti di Aming, Winny, Layla, atau Tiam, pasti dapat banyak. Biasanya di warkop biasa segelas kopi hanya Rp 4000. Kalau Rp 27. 500 bisa dapat hampir tujuh gelas. 
Yah, kalau sudah nasib mau gimana lagi.

Menjelang Tidur
Di Kamar Pondok Kelahiran
Senin, 8 Januari 2013. Pukul 03.00

Wednesday, 2 January 2013

Pontianak untuk Palestina

Foto-foto Opick for Palestine di Pontianak pada malam penyambutan tahun baru 2013 di PCC. Sekaligus pelantikan Komite Nasional Rakyat Palestina Kalbar yang diikuti penggalangan dana untuk Palestina.

Opick tampil dalam penggalangan dana untuk Palestina di Pontianak,
yang dilaksanakan di Pontianak Convantion Center, Senin, 31 Desember 2012 malam.

Wakil Walikota Pontianak, Paryadi ikut hadir. Di sampingnya perwakilan
ulama dari Palestina

Salah satu relawan Komite Nasional Rakyat Palestina menggalang dana pada pengunjung

Suasana malam penggalangan dana untuk Palestina di PCC Pontianak yang
bersamaan dengan malam menjelang tahun baru 2013

Bendera Palestina dan Indonesia dikibarkan oleh pengunjung

Wakil Walikota Pontianak Paryadi memberikan wejangan di hadapan penunjung
Opick for Palestine

Sambutan KNRP sebelum pelantikan

Izzantul Islamiyah, grup nasyid ternama ibukota hadir memeriahkan penggalangan
dana untuk Palestina

Anak kecil dengan kain warna Palestina diajari mengibarkan bendera Palestina

Save Al-Aqsha membelit di dua kepala pengunjung

Save Al-Aqsha, Merdekakan Palestina

Mahasiswa Untan Pontianak, M. Bashri membuka acara dengan lantunan ayat suci
pada Opick for Palestine with Izzatul Islamiyah

I Love Paletine

Cinta Al-Aqsha sampai mati

Opick melantunkan tembang islaminya di hadapan pengunjung

Opick for Al-Aqsha bersama warga Kalimantan Barat

Opick for Palestine di Pontianak

Untuk Palestina, untuk kejayaan Islam

Wakil Walikota Pontianak Paryadi hadir sejak awal acara. Ia memilih bersama
warga Pontianak untuk Palestina ketimbang hura-hura dengan kembang api di Alun-alun Kapuas

Palestina, Palestina! Merdeka Merdeka. Al-Aqsha, Al-Aqsha, Bebaskan, Bebaskan!!

Seluruh pengunjung diberikan benedera Palestina dan Indonesia

Relawan KNRP

Save Al-Aqsha membentar di PCC, Pontianak

Berikat kain dengan tulisan Save Al-Aqsha di kepala dan  shale berwarna bendera Palestina
dipakai oleh kaum wanita relawan KNRP Kalimantan Barat