Ingat, Bekal Wartawan Tak Hanya Ilmu
Catatan
Ubay KPI
Sudah lama sekali rasanya saya tak menulis soal
penglaman jurnalistik. Kesibukan sehari-hari dan terlalu banyak membuang waktu
tanpa manfaat, adalah alasan dari kekosongan jemari ini membuat catatan.
Kali ini kawan-kawan, saya kembali akan berbagi
penglaman soal jurnalistik. Terutama bagi kawan-kawan yang baru masuk dunia
jurnalistik atau baru akan memulai, dan atau ingin masuk ke dunia jurnalistik.
Di awal saya turun ke lapangan untuk menghimpun
bahan yang akan dijadikan berita. Hanya sekelumit, atau bahkan tidak ada sama
sekali mungkin trik dan teori yang sama miliki untuk menulis berita. Jangankan cara
bagaimana menulis berita yang baik. Dasar menulis berita saja masih belum saya
pelajari di kampus. Waktu itu saya baru semester awal, bahkan masih sangat
awal. Karena tulisan pertama saya yang terbit di Borneo Metro tentang olahraga,
terbit tak lama ketika saya mid semester satu di kampus.
Bisa dikatakan, berbekal ID card calon anggota baru
LPM STAIN Pontianak. Saya menerobos GOR Pangsuma Pontianak. GOR terbesar yang
ada di Kalbar. Berbekal ID card itu, saya memberanikan diri masuk untuk menulis
berita olahraga. Waktu itu sedang ada pertandingan bola voli yang dilaksanakan
oleh salah satu fakultas di Univesitas Tanjungpura.
Dengan rasa
malu, saya masuk berkenalan dengan panitia dengan maksud mencari informasi soal
event tersebut. Sebelum masuk, saya masih cukup lama berdiam diri di luar GOR. Malu
dan takut ditolak, namun bermodal nekad dan berani, ternyata kehadiran saya
disambut hangat oleh panitia.
Hasil dari wawancara di GOR tersebut kemudian saya
tulis untuk memenuhi tugas LPM yang tenga tahap penyeleksian. Saya tidak tahu,
apakah kaidah jurnalistik sudah saya penuhi dalam tulisan saya. Waktu itu, yang
ada dalam benak saya adalah menjadi anggota LPM dan menulis. Itu saja.
Selain isu olahraga, kadang saya juga belajar
menulis tentang isu lainnya. Dalam belajar menulis berita, saya lebih banyak
belajar pada otodidak. Saya katakan otodidak lantaran saya banyak menyontoh
berita-berita yang telah terbit di Koran local. Saya meng-kliping berita dari Koran-koran.
Tumpukan kliping Koran dari berbagai tegmen seperti
pemerintaha, politik, olahraga, dan lainnya saya staples dan selalu saya bawa. Kliping
itu selalu saya masukkan ke dalam tas saat akan berangkat kuliah.
Dari kliping itu saya coba menerka bagaimana menulis
berita. Sembari memadukan dengan teori yang say abaca dibuku.
So, berani adalah modal pertama saya selain secuil
pengetahuan saya tentang jurnalistik saat akan masuk ke dunia jurnalisme.
Kedua, adalah kemauan. Dari kemauan akan muncul
keinginan yang mendobrak rasa malu untuk bertemu orang lain (baca; narasumber).
Mungkin rasa malu ini dirasakan oleh siapa saja yang baru masuk ke dalam
jurnalistik. Dari beberapa rekan yang baru bergabung ke jurnalistik, menuturkan
ada rasa malu saat akan memulai pembicaraan. Namun, dengan keberanian dan
kemauan. Hal itu akan terlewatkan.
Jadi, jangan hanya karena tahu teori menulis berita
dan tahu teori wawancara sudah mau mendongakkan kepala. Ingat, belajar teori
itu lebih mudah ketimbang praktik. Meskipun sudah tahu bagiamana cara dan trik wawancara,
namun di lapangan anda akan menemukan
perbedaan dari apa yang anda pelajari.
Ketiga, perlu kawan-kawan lakukan adalah bergaul
dengan wartawan yang telah lebih dulu di lapangan. Anda jangan sampai menjauh
dari lingkaran mereka, sebab keuntungan besar bersama mereka selain akan
mendapat informasi lebih mudah, dari mereka nantinya akan belajar bagaimana
memulai atau mengawali sebuah wawancara.
So pasti, tentunya mereka sudah kenal dengan siapa
yang akan diwawancara. Atau pun kalau tidak kenal, namun mereka sudah punya
trik lapangan bagaimana membuat suasana keakraban. Yah, itulah ilmu pengalaman.
Mungkin sampai di sini dulu catatan kecil saya,
selanjutnya nanti akan saya lanjutkan bekal wartawan sebagaimana menurut para
ahli.
Di Tempat Tidur Sederhana
Sembari Mendampingi Istri yang
Terlelap
Kamis, 28 November 2013. Pukul
23.53
No comments:
Post a Comment