Oleh UBAY KPI
Berawal dari sekedar ingin menikmati setengah gelas kopi atau biasa orang Pontianak bilang “kopi pancong” di kawasan Coffee Street Jalan Gajah Mada Pontianak. Saya mampir ke warung kopi favorit di kawasan ini. di WK Winny. Warkop yang sang sering saya kunjungi. Bahkan, 90 persen pegawai warkop tersebut sudah mengenal saya.
Sambil menikmati setengah gelas kopi, saya coba buka ransel bermerk Bodypack. Ada Koran Tempo terbitan Selasa, 28 Oktober 2012. Koran tersebut saya bawa dari kantor tempat saya bekerja. PT Borneo Tribune Press. Saya termasuk rajin membawa Koran dari kantor. Apalagi bila pulang akhir. bila ada Koran nasional yang masih ada, tetap saya bawa untuk bahan bacaan di rumah, sekaligus belajar menulis bak jurnalis nasional. Seperti Kompas dan Tempo.
Lembar demi lembar saya buka. Hingga akhirnya sampai ke halaman C5. Saya baca judulnya sangat menarik dan menggelitik saya untuk membacanya sampai selesai dari berita yang ditulis Cheta Nilawaty dan Dwi Wiyana. Berita hampir satu halaman bersama setengah foto lepas tersebut berjudul “Cara Aman Membersihkan Organ Kewanitaan”.
Dan betul sekali, setelah saya membaca hingga selesai, betul-betul memberi pengetahuan baru bagi saya, khususnya berkaitan dengan organ perempuan yang sangat istimewa, bahkan mahkota dari mahkota yang paling berharga dari seorang perempuan ini.
Meski saya pribadi laki-laki, namun saya kerap berdiskusi dengan perempuan masalah yang berkaitan tentang perempuan, baik sifat, keinginan, dan lainnya. Termasuk yang satu ini, itu saya lakukan karena saya menganggap perlu suatu saat nanti. Sebab khawatir atau siapa tahu pendamping saya tidak mengetahui atau kurang memahami masalah-masalah yang harus ia pecahkan.
Mengenai organ kewanitaan, hasil diskusi yang saya ingat dengan rekan perempuan, bahwa sangat efektif melakukan pembersihan organ kewanitaan dengan produk pembersih yang banyak dijual. Atau ada sebagian rekan yang mengatakan kadang menggunakan odol sebagai alternative. Dan untuk mengeringkan biasa menggunakan tisu.
Namun apa yang terjadi setelah membaca catatan di Tempo. Sangat berbeda dan bahkan sangat salah. Berita yang mengutip penjelasan dari dr. Yasmina Ismail, dokter spesialis kebidanan dan kandungan di Rumah Sakit Medika Permata Hijau, Jakarta menjelaskan tisu bukanlah alat yang baik untuk membersihkan kewanitaan usai buang air. Bahkan, tisu bisa menjadi media perkembangan jamur dan bakteri, sebab tisu mudah luruh dan mudah menempel ke bagian vagina.
Bukan hanya itu, tisu juga berbahaya dari sisi zat yang dikandungnya. Sebab tisu mengandung zat kimia berupa pemutih.
Alternatif yang ditawarkan Yasmina, ialah lebih baik menggunakan handuk lembut untuk membersihkan vagina. Karena handuk lebih aman sebab tak mudah luruh. Dan aman dari zat kimia.
Paradigma saya tentang pembersih cairan seperti daun sirih, resik dan lainnya mulai muncul. Pertanyaannya sekarang, apakah produk tersebut juga aman dianggap seperti menggunakan tisu untuk mengeringkan?
Ternyata eh ternyata, dalam lanjutan tulisan tersebut juga mengulas mengenai pembersih tersebut. Apa yang diutarakan Yasmira?
Ternyata, produk tersebut menurut Yasmira tidak ada bukti ilmiah, higienis atau steril. Bahkan, dalam kutipan yang ditulis Cheta Nilawaty dan Dwi Wiyana, Yasmira seakan melawan dan mengkampanyekan kepada kaun Hawa untuk tidak menggunakan produk-produk seperti itu. Pasalnya, pembersih yang dijual berbagai produk tersebut dipastikan banyak mengandung bahan kimiawi. Seperti pemutih dan pewangi sudah dipastikan ada dalam produk tersebut, contohnya adalah povidone.
Bahkan. Cheta Nilawaty dan Dwi Wiyana menuliskan, mengutip perkataan Yasmira, produk pembersih organ wanita tersebut merugikan wanita. Pasalnya, pembersih bukan malah menghilangkan bakteri, namun pembersih itu bisa menghilangkan cairan berguna pada vagina wanita.
“Cukup bersihkan dengan air bersih saat mandi atau sehabis buang air,” tulis Cheta Nilawaty dan Dwi Wiyana.
Puncaknya dari tulisan itu, Yasmira malah lebih pro pada bahan alami. Seperti daun sirih, rebusan air daun sirih. Sebab daun sirih sangat ampuh untuk mengusir bakteri. Dan saat ini, daun sirih merupakan antibiotik yang sangat ampuh dan sangat dianjurkan.
Jadi, cewek-cewek yang masih muda ataupun yang telah usia lanjut, jangan terlalu percaya dengan produk yang menawarkan bermacam kesempurnaan.
Wah, sepertinya daun sirih akan semakin laku ni. Bukan hanya untuk kebutuhan nyugi, kerok, atau pengantinan. Tapi juga akan digunakan untuk pembersih. Kayaknya, besok-besok saya mau ngintip cewek-cewek yang ke pasar tradisional nih untuk melihat, apa mereka beli sirih ye. Kalau iye, berarti die pakai daun sirih untuk membersihkan anunya. Laris manis daun sirih. Makmur si tukang penanam sirih. Makmur makmuuuuuuuuuuuurrrrrrrrrrrrrr…………………
WK Winny Gajah Mada
Rabu, 28 Februari 2012. 19.14 WIB
No comments:
Post a Comment