Ragam Bahasa Madura, Beda Daerah Beda Bahasa
Catatan Ubay KPI
Pada sebuah kesempatan, saya pernah memperkenalkan blog ini
kepada mahasiswa Madura. Selain blog saya, turut diperkenalkan blog Subro dan
Qomaruzzaman.
Kedua rekan saya ini cukup aktif melakukan penulisan, khususnya tentang budaya.
Kedua rekan saya ini cukup aktif melakukan penulisan, khususnya tentang budaya.
Tak lupa juga, saya ikut memperkenalkan blog Bapak A Latief
Wiyata. Seorang Antropolog Nasional, lebih khusus tentang Madura.
Sejak memperkenalkan blog itu, ada beberapa mahasiswa Madura
yang aktif masuk ke blog saya ini. Bahkan ada yang sampai menghubungi saya
melalui telepon. Meminta sebuah referensi sampai bahan untuk makalah
kebudayaan. Padahal saya sendiri belum tahu banyak tentang budaya Madura
meskipun saya 100 persen keturunan Madura.
Namun, di blog saya ini ada beberapa tulisan kecil tentang
kebudayaan Madura. Itu pun yang ringan-ringan.
Nah kali ini, sebagai wujud kepedulian saya kepada Madura
sendiri, dan menunaikan setengah janji. Saya katakana setengah janji, dalam
jiwa saya seakan menjadi hutang setelah pengenalan blog kepada kawan-kawan
mahasiswa. Hutang untuk kembali aktif menuliskan tentang kebudayaan Madura. Berikut
akan saya tuliskan beberapa kosa kata Madura menurut masing-masing daerah di
Madura.
Munculnya ide untuk menulis coretan kecil ini, saat saya
mendengarkan sebuah lagu yang dibawakan oleh Ustad Anwar atau yang lebih
dikenal dengan Al-Abror. Sebuah grup music yang aktif menciptakan lagu dengan
bahasa Madura.
Satu per satu saya kutip per lirik dari lagu tersebut
melalui youtube. Sebagaimana diketahui, Madura memiliki empat kabupaten, yakni
Bangkalan, Sampang, Pamekasan, dan Sumenep.
Bangkalan dan Sampang daerahnya cukup dekat, namun punya
bahasa yang berbeda dalam penyebutan sesuatu yang pada dasarnya sama. Begitu juga
Pamekasan dan Sumenep, punya jarak yang dekat namun beda dalam pengucapan
sebuah istilah. Namun ada juga sebuah kata yang berbeda maknanya ketika dibawa
ke daerah lainnya di Madura.
Seperti kata ‘jadi’. Orang Bangkalan menyebutnya ‘tolos’. Sedangkan
orang Sampang menyebut ‘deddih’. Tolos itu sendiri kalau di daerah Sampang
bermakna ‘subur’.
Kedua adalah ‘ngantuk’. Orang Bangkalan menyebutnya “katondu’.
Sedangkan orang sampan menyebut ‘ngantok’. Tak jauh berbeda dengan bahasa
Indonesia.
Ketiga adalah ‘kamu’. Orang sampang menyebut ‘kakeh’. Sedangkan
Bangkalan menyebut ‘seedeh’. Begitu juga istilah mau bertengkar, orang Sampang
menyebut atokarah (mengajak kelahi). Sedangkan orang Bangkalan menyebut
akekedeh.
Istilah lain misal kata belum. Sampang menyebut ghi tak,
orang Bangkalan menyebut ghi lok. Kata rumah di Bangkalan disebut bengkoh,
sedangkan Sampang menyebut roma. Hehe, kayak tim sepak bola di Seri A Liga
Italia kan. AS Roma.
Nah ini yang agak lucu ketika dibandingkan ke istilah bahasa
Madura di Pontianak. Kata makan di warung. Orang Sampang menyebut ngakan e
berung, tapi Bangkalan menyebut ngandok. Kata ngandok ini kalau di bawa ke
Pontianak lebih seru. Kenapa saya bilang seru, sebab kata ngandok kalau di
daerah Tanjung Hilir, kata tersebut berarti adu merpati. Ahay.
Kita kembali ke kosat kata. Berikutnya istilah orang jago. Di
Bangkalan orang jagi disebut blater, atau bengal. Tapi di Sampang orang
menyebutnya bejingan. Mirip sebuah umpatan kan, ialah BAJINGAN.
Air keruh, orang Bangkalan menyebut ketto, tapi orang
Sampang menyebut lekko. Tidak suka di Bangkalan menyebutnya lok ledur, di
Sampang jadi tak lebut. Kata tidak tajam. Bangkalan menyebut lok meddes, di
Sampang jadi tak eddik.
Neh sekatang salah satu nama buah. Kelapa, di Bangkalan
disebut enyur. Tapi di Sumenep orang menyebut nyior. Daun nyiur melamban dalam
sapaan angin di tepi laut. Hehehe.
Settong atau sittung artinya satu. Yang ini saya kurang tahu
berasal dari daerah mana. Namun di lingkungan saya yang kebanyakan orang
Sampang, keseringan menyebut sittung. Mungkin kata sittung ini yang biasa
digunakan di Sampang sana.
Ini yang terakhir yang sangat rinci, ialah sebuah tumbuhan
pokok di Madura. Ubi. Tahu ubi kan, itu yang biasa dimasak jadi nasi dicampur
beras, atau dicampur beras jagung. Atau yang biasa dijadikan tapai, atau ini
neh yang sangat popular, menjadi isi dalam kue kroket. Uhuy.
Ini sangat jauh berbeda antara satu daera dan lainnya. Hanya
Sampang dan Pamekasan yang menyebutnya sama, yakni tenggeng. Sedangkan Sumenep
menyebut sabreng, dan Bangkalan menyebutnya buhung. Hahaha, jangan buhung ya,
tak baik menurut agama.
Berikut ada beberapa kosa kata yang tidak saya ketahui dari
mana asal daeranya.
Seperti oddih/coba’ (coba). Senat/terak (terang),
tandes/santak (kencang). Kepatean/kapotongan (berduka cita). Akentelan/aguncingan
(goncengan). Sala/benni (salah atau bukan). Lopot/keleroh (meleset/salah). Tak bender/tak
tepak (tak benar). Motak/kettang (kera).
Bagi yang yang tahu kosa kata tersebut silahkan tinggalkan komentar.
Selain kosa kata tersebut, ada beberapa persamaan kata dalam
bahasa Madura. Seperti gileh, pening, tak beres, stress, miring, tapengsor. Artinya
gila.
Bodoh dalam bahasa Madura ada banyak istilah. Bhuduh, bugeng,
gudung, de’dung, gendeng, asluhu goblok.
Wassalam
Di Konter PPOB Weisha
Rabu, 19 Maret 2014. Pukul 01.00
Tapengsor artena
ReplyDelete