Sunday 2 March 2014

Weisha, Musim Kemarau dan Air Galon

Wesiha ditempelin daun sirih
karena cegukan habis nyusu
Weisha, Musim Kemarau dan Air Galon

Catatan Papa untuk Weisha

Apa hubungannya ya seorang bayi dan air gallon? Jauh banget sepertinya.
Tapi catatan ini sekedar ingin menceritakan bagaimana Weisha kecil yang baru bisa senyum kecil, nangis, nenen, tidur, dan telentang.
Usianya baru usia 18 hari per tanggal 2 Maret 2014. Weisha lahir tak hanya dihadapkan dengan kondisi cuaca Pontianak yang berasap yang sangat membahayakan saluran pernapasan, melainkan juga di musim kemarau yang panjang. Sampai dengan hari ini, Pontianak masih kemarau sudah hamper 2 bulan, kalaupun ada hujan, tidak terlalu lebat dan hanya sebentar saja. Sehingga cuaca di Pontianak masih sangat bahaya, terlebih terhadapan pernapasan anak kecil.
Sejak Jumat, 28 Februari lalu. Saya merasakan air di bak mandi sudah sangat asin terasa di lidah. Lantas saya berpikir, bagaimana kalau air yang sudah tidak sehat ini terkonsumsi oleh Weisha yang ketahanan tubuhnya masih sangat lemah.
Apalagi, imbauan dari Dinas Kesehatan dan Badan Lingkungan Hidup Kota Pontianak. Air yang mengalir dari Sungai Kapuas dan Sungai Landak sudah tidak layak konsumsi karena telah terkontaminasi oleh air laut. Maklum saja, sehari-hari di rumah selalu mengandalkan air yang mengalir dari Sungai Kapuas. Untuk mencucui, mandi, dan lainnya.
Jarak tinggal saya dari Sungai Landak relative dekat, hanya sekitaran 200 meter. Setiap air laut pasang, air di parit depan rumah selalu naik. Air itulah yang digunakan untuk sehari. Kecuali untuk minum, kurang sebulan terakhir, untuk minum dan memasak selalu menggunakan air bersih yang dibeli per galon dengan harga Rp 6000. Satu galon biasanya bisa bertahan 2 hari, kadang-kadang sampai tiga hari.
Dengan kondisi air yang asin, saya mulai teringat pada Weisha, yang setiap hari mandi menggunakan air parit yang dicampur dengan air panas agar air terasa hangat. Sejak Minggu sore, saya mulai memberitahu Mama Weisha untuk tidak lagi memandikan Weisha dengan air parit. Bukan sok kaya atau memanjakan Weisha, namun lebih kepada memperhatikan kesehatan dia. Saya khawatir air asin yang biasa digunakan untuk mandi terminum oleh Weisha saat membasuk wajahnya.
Saya meminta Mama Weisha, mulai Senin Weisha dimandikan pakai air galon saja. Tidak masalah kalau harus sehari menghabiskan 1 galon air untuk mandi, masak, dan minum. Yang penting, Weisha di usianya yang masih 18 hari, tetap sehat.
Weisha sayang, pesan Papa, jadilah anak yang takut pada Tuhan-mu ya nak. Jadilah perempuan yang kuat menjaga kehormatannya. Dan pantang putus asa serta janganlah bersifat gengsi.

Di teras Rumah Menjaga Konter
Weisha Habis Berak Digendong Mama

Minggu, 02 Maret 2014. Pukul 19.12

No comments:

Post a Comment