Wesiha ditempelin daun sirih karena cegukan habis nyusu |
Weisha, Musim Kemarau dan Air Galon
Catatan Papa untuk Weisha
Apa hubungannya ya seorang bayi dan air gallon? Jauh banget
sepertinya.
Tapi catatan ini sekedar ingin menceritakan bagaimana Weisha kecil yang baru bisa senyum kecil, nangis, nenen, tidur, dan telentang.
Tapi catatan ini sekedar ingin menceritakan bagaimana Weisha kecil yang baru bisa senyum kecil, nangis, nenen, tidur, dan telentang.
Usianya baru usia 18 hari per tanggal 2 Maret 2014. Weisha
lahir tak hanya dihadapkan dengan kondisi cuaca Pontianak yang berasap yang
sangat membahayakan saluran pernapasan, melainkan juga di musim kemarau yang
panjang. Sampai dengan hari ini, Pontianak masih kemarau sudah hamper 2 bulan,
kalaupun ada hujan, tidak terlalu lebat dan hanya sebentar saja. Sehingga cuaca
di Pontianak masih sangat bahaya, terlebih terhadapan pernapasan anak kecil.
Sejak Jumat, 28 Februari lalu. Saya merasakan air di bak
mandi sudah sangat asin terasa di lidah. Lantas saya berpikir, bagaimana kalau
air yang sudah tidak sehat ini terkonsumsi oleh Weisha yang ketahanan tubuhnya
masih sangat lemah.
Apalagi, imbauan dari Dinas Kesehatan dan Badan Lingkungan
Hidup Kota Pontianak. Air yang mengalir dari Sungai Kapuas dan Sungai Landak
sudah tidak layak konsumsi karena telah terkontaminasi oleh air laut. Maklum
saja, sehari-hari di rumah selalu mengandalkan air yang mengalir dari Sungai
Kapuas. Untuk mencucui, mandi, dan lainnya.
Jarak tinggal saya dari Sungai Landak relative dekat, hanya
sekitaran 200 meter. Setiap air laut pasang, air di parit depan rumah selalu
naik. Air itulah yang digunakan untuk sehari. Kecuali untuk minum, kurang
sebulan terakhir, untuk minum dan memasak selalu menggunakan air bersih yang
dibeli per galon dengan harga Rp 6000. Satu galon biasanya bisa bertahan 2
hari, kadang-kadang sampai tiga hari.
Dengan kondisi air yang asin, saya mulai teringat pada
Weisha, yang setiap hari mandi menggunakan air parit yang dicampur dengan air
panas agar air terasa hangat. Sejak Minggu sore, saya mulai memberitahu Mama
Weisha untuk tidak lagi memandikan Weisha dengan air parit. Bukan sok kaya atau
memanjakan Weisha, namun lebih kepada memperhatikan kesehatan dia. Saya
khawatir air asin yang biasa digunakan untuk mandi terminum oleh Weisha saat
membasuk wajahnya.
Saya meminta Mama Weisha, mulai Senin Weisha dimandikan
pakai air galon saja. Tidak masalah kalau harus sehari menghabiskan 1 galon air
untuk mandi, masak, dan minum. Yang penting, Weisha di usianya yang masih 18
hari, tetap sehat.
Weisha sayang, pesan Papa, jadilah anak yang takut pada
Tuhan-mu ya nak. Jadilah perempuan yang kuat menjaga kehormatannya. Dan pantang
putus asa serta janganlah bersifat gengsi.
Di teras Rumah Menjaga Konter
Weisha Habis Berak Digendong Mama
Minggu, 02 Maret 2014. Pukul 19.12
No comments:
Post a Comment