Durian Bangkok Kapuas Hulu Sejenis Durian Montong Mulai ‘Nyusup’ ke Pontianak, Mau Tahu Berapa Harganya?
CAD, PONTIANAK – Malam ini sekitar pukul 19.40 WIB saya
melintasi Jalan Khatulistiwa, Pontianak Utara hendak ke acara pembukaan MTQ
XXVII di Tugu Khatulistiwa. Tak jauh dari Parit Makmur sebelum Jalan Darma
Putra, dari arah dalam kota pada kaki lima ada sebuah lapak durian.
Pandangan saya sempat kaget, karena ukuran durian yang
digantung di bagian depan unggul dari durian lainnya yang diletakkan menumpuk
di bawah beralas papan.
Otak saya mulai kebayang berselayar dalam sensasi rasa durian super
dengan berat kisaran 5 kilogram itu. “Pulang dari acara pasti saya mampir,
kalau mahal saya urung beli dan akan saya buat catatan kecil untuk di blog,”
itu yang ada dalam benak saya dalam perjalanan menuju arena MTQ XXVII.
Sepulangnya, saya gas motor dari Tugu Khatulistiwa dengan
pelan ke arah dalam kota. Saya jumpai lapak tadi dan menghampiri.
Saya korek informasi asal dan jenis durian tersebut kepada
penjual. Dikatakan, durian tersebut adalah durian Bangkok asal Kapuas Hulu,
salah satu kabupaten paling timur di Kalimantan Barat.
“Ini durian bangkok, durian yang ditanam dari hasil seleksi
para petani. Bisa juga durian tempel atau cangkok,” kata pedagang sambil
memegang satu buah durian tersebut.
Ternyata, pedagang juga kurang paham dengan durian yang ia
jual. Pikiran saya melayang pada durian jenis montong yang sempat menghebohkan
dunia maya beberapa tahun lalu yang dijual seharga Rp 350 ribu persatu buahnya.
Ukurannya yang besar menarik perhatian penikmat durian |
“Durian ini tak ada celahnya bang, tupai saja tidak ada yang
mau. Lihat mulus semua tak ada bekas tupai,” imbuh pedagang itu.
Dari empat yang digantung bagian depan semuanya saya
periksa, benar memang tidak ada bekas gigitan tupai-tupai nakal.
Namun, satu sisi durian dari Kapuas Hulu ini memang punya
ukuran yang jumbo, namun di sisi lain ada kekurangan dari durian ini.
Penuturan pedagang, durian jumbo tersebut memiliki rasa yang
lebih tawar atau tidak semanis durian pada umumnya yang masyhur di Kalimantan
Barat. Yakni durian ukuran sedang asal Balai Karangan, Sanggau dan durian Jawi.
Untuk menikmatinya, tidak bisa langsung dibuka bila baru
jatuh dari pohon. Melainkan harus diinapkan sekitar 2-3 hari.
“Bagus ditunggu dua hari baru dimakan, sebab ini baru jatuh,”
kata pedagang dengan rambut yang sudah beruban itu.
Waduh, saya pun kurang selera untuk menikmati mendengar penjelasan
itu. Mau makan durian saja harus nunggu dua hari. Kayak virus kolesterol durian
saja yang menghantui dunia per-durian-an.
Saat saya menggunakan indera penciuman pun, saya tidak
menemukan aroma harum dan bau khas durian pada umumnya pada durian bangkok
tersebut. Mungkin ada benarnya bapak pedagang itu, memang harus dirawat inap
dulu sampai dua hari baru bisa jalan-jalan di tenggorokan.
Saya pun langsung tanya harga durian super itu. Wow, sungguh
di luar dugaan. Ternyata durian ini tak dijual perbuah seperti durian pada
umumnya.
Timang-timang sayang saja pak, dari pada kemponan. Dijual perkilo ya pak. |
“Ini perkilo 40 ribu bang. Ndak berat paling Cuma 4 kilo,”
kata pedagang.
Tapi setelah saya timang-timang, durian itu beratnya bisa
mencapai 5 kilogram. Karena amat terasa berat di telapak tangan kanan saya.
Harga tersebut sepertinya bisa digoyang alias nego sampai
jadi. Sebab saya coba-coba menawar kepada pedagang, jawabannya hanya “Coba
abang pilih dulu mau yang mana,” balas pedagang.
Lantas, durian jenis apa yang saya jumpai ini? Mungkinkah ada
yang mengetahui nama jenis durian ini? Yang asli Kapuas Hulu ditunggu
jawabannya di kolom komentar. (*)
Salam Blogger ………………………
No comments:
Post a Comment