Banser di Kalbar ‘Makin Tak Jelas’ Pengkaderannya
PONTIANAK – Dulu, menurut sejarah dari lisan ke lisan, Ansor
yang merupakan bapak dari Barisan Ansor Serbaguna (Banser) dibawa oleh salah
seorang ulama dari pulau Jawa bernama KH. Zarkasih (Sennasen). Bahkan di tahun 80-an, Banser di wilayah
Pontianak Utara, Kalimantan Barat pernah memiliki perangkat drund band yang
top.
Memasuki era 2000-an, Ansor mulai vakum begitu juga dengan
Bansernya, satu persatu mulai hilang. Belasan tahun kemudian, di tahun 2014
tepatnya PW Ansor di bawah kemimpinan Muhammad Nurdin, Ansor mencoba bangkit
dari mati suri.
Hasilnya, Alhamdulillah kerap dijumpai bendera Ansor
mengkhiasi wajah Kota Pontianak dan wilayah lain di Kalimantan Barat. Begitu juga
dengan pasukan Banser, dengan pakaian loreng khasnya sering sliweran di
jalanan, di acara-acara pemerintahan, kebudayaan, sampai pengajian-shalawatan.
Berbagai kegiatan dimarakkan di bawah kepemimpinan M.
Nurdin. Dari tingkat provinsi, kabupaten/kota, hingga kecamatan, di kurun waktu
2014-2017 pengkaderan digiatkan. Pelatihan Kepemimpinan Dasar (PKD) Ansor, Diklatsar
Banser, hingga Pelatihan Kader Lanjutan (PKL) dan Kursus Banser Lanjutan
(Susbalan) pernah dilaksanakan. Tepatnya akhir tahun 2017 di Kabupaten Mempawah
oleh PC Ansor Mempawah di bawah gerbong Sahabat Rajuini.
Ansor dan Banser ‘kian tak jelas’ pengkaderannya ketika diawal
tahun 2018. Pelatihan Kepemimpinan Dasar
(PKD) Ansor dan Pendidikan dan Latihan Dasar (Diklatsar) Banser pun secara
fakta tak tentu rudu. Sekian banyak pengurus Ansor di tingkat wilayah
Kalimantan Barat tak mampu melakukan terobosan baru untuk kembali kepada
sejarahnya yang pernah mati suri.
Apa ini efek maraknya kaum bully yang menyasar Ansor dan
Banser, bahkan Ketua Umum PBNU KH. Said Aqil Siradj? Saya juga tak bisa
menjawabnya.
Sekelas Muhammad Nurdin sebagai Ketua PW Ansor Kalbar yang
sudah hatam dalam pengkaderan organisasi, bahkan malang ‘mengangkang’ di dunia
perpolitikan, tak mampu membuat ilusi karena sibuk dengan jadwal.
Pak Wari dan Pak Nurdin dengan bangga pakai baju Ansor |
Memasuki tahun 2018 hingga akhir Januari bertepatan dengan
Harlah Nahdlatul Ulama ke-92 yakni 31 Januari, beberapa kegiatan Ansor yang
telah dilaksanakan hanyalah sebatas Diklatsar Banser di Sosok, Kecamatan Tayan
Hulu, Kabupaten Sanggau tanggal 25-28 Januari 2018 dengan jumlah peserta lulus
100 persen sebanyak 118 anggota.
Diklatsar Banser Sosok, Kecamatan Tayan Hulu, Kabupaten Sanggau |
Lanjut Pelatihan Kepemimpinan Dasar (PKD) Ansor di Kabupaten
Sambas tanggal 27-29 Februari 2018 hanya sejumlah 87 peserta.
Bicara Fakta |
Di awal Februari tepatnya 2-4 Febaruari 2018, katanya yang
masuk dalam kalender PW Ansor Kalbar adalah Pelatihan Kepemimpinan Dasar (PKD)
Ansor di Kabupaten Mempawah.
Pada tanggal 7-11 Februari menurut selebaran yang bisa
dipercaya dan boleh tidak dipercayai, ada Pendidikan dan Pelatihan Dasar
(Diklatsar) Banser di Kecamatan Rasau, Kabupaten Kubu Raya. Infonya panitia
hanya akan menampung 100 calon peserta, baik calon anggota Banser atau Fatser.
Emangnya bisa sekelas PAC Ansor Rasau Jaya bisa mencari 150 calon
peserta Diklatsar Banser? Tunggu saja faktanya, kalau bisa berarti usaha sekuat baja, kaki
jadi kepala, kepala jadi kaki. Pepatah orang tua ketika menginginkan anaknya
mengenyam pendidikan di pondok pesantren kala memikirkan biaya pengiriman
setiap bulan.
Semoga bukan hanya pamer spanduk saja |
Berjarak lima hari dari Diklatsar Banser di Kecamatan Rasau
jaya, tanggal 16-18 Februari 2018 katanya ada Diklatsar Banser lagi di Kota
Pontianak tepatnya akan dilaksanakan di Kecamatan Pontianak Timur. Panitia kegiatan
ini tidak jumawa, hanya menargetkan 50 calon peserta Banser dan Fatser.
Kok sedikit? Mungkin panitia tidak ada biaya buat belikan
nasi kotak seperti di Kabupaten Sanggau. Atau tidak sanggup belikan kaos
Diklatsar Banser buat calon pesertanya. Padahal di Pontianak banyak pengurus NU
dan Ansor yang kece-kece, kok bisa kendala biaya? Wallahu a’lam.
Tapi dengar-dengar dari Banser yang ada, sesuai dengan hasil
riset penyamaran penulis. Katanya, katanya sih, mungkin hoax juga, yang daftar
sudah 27 orang. Penulis meyakini ini HOAX Bintang Sembilan.
“Mana mungkin ada orang yang akan gabung Banser, palingan
orang khilaf saja yang gabung ke NU atau Banser,” kata orang sebelah.
Siapapun bisa buat banner HOAX. Xixixixixi |
Kembali mengintip selebaran HOAX yang bertaburan di facebook
orang-orang Ansor dan Banser, katanya di bulan Maret sudah ada yang booking
jadwal Diklatsar Banser di Kabupaten Sambas. Kok bisa NU masuk Sambas,
sedangkan Bupatinya diisukan Wahabi dan informasi tersebut sangat santer hingga
pedesaan.
Bupati Sambas H. Atbah Romin Suhaili, Lc asli warga
Nahdlatul Ulama (NU). Garis keturunannya orang NU. Ini bisa
dipertanggungjawabkan.
Sekian celotehan kegelisahan saya di malam purnama 31
Januari 2018 ini. Selamat Hari Jadi Nahdlatul Ulama ke-92. Haqqul Yaqin saya selamat
bersama NU dan pendirinya. Jaya Selalu Nahdlatul Ulama, Ansor, dan Banser.
#SayaBanser
#SayaWargaNU
#SayaPemudaAnsor
#NUSmoking
BANSER Disanjung Tidak Tumbang, Dibully Tidak Tumbang |
Tjakep tulisannya Bang, ape agik pas bagian akhirnye tuh. Dipuji tidak terbang, dibully tidak terbang. :-)
ReplyDeletebangcer
ReplyDelete. bangsat ancoer