Thursday, 1 February 2018

Banser di Kalbar ‘Makin Tak Jelas’ Pengkaderannya



Banser di Kalbar ‘Makin Tak Jelas’ Pengkaderannya

PONTIANAK – Dulu, menurut sejarah dari lisan ke lisan, Ansor yang merupakan bapak dari Barisan Ansor Serbaguna (Banser) dibawa oleh salah seorang ulama dari pulau Jawa bernama KH. Zarkasih (Sennasen). Bahkan di tahun 80-an, Banser di wilayah Pontianak Utara, Kalimantan Barat pernah memiliki perangkat drund band yang top.
Memasuki era 2000-an, Ansor mulai vakum begitu juga dengan Bansernya, satu persatu mulai hilang. Belasan tahun kemudian, di tahun 2014 tepatnya PW Ansor di bawah kemimpinan Muhammad Nurdin, Ansor mencoba bangkit dari mati suri.

Hasilnya, Alhamdulillah kerap dijumpai bendera Ansor mengkhiasi wajah Kota Pontianak dan wilayah lain di Kalimantan Barat. Begitu juga dengan pasukan Banser, dengan pakaian loreng khasnya sering sliweran di jalanan, di acara-acara pemerintahan, kebudayaan, sampai pengajian-shalawatan.
Berbagai kegiatan dimarakkan di bawah kepemimpinan M. Nurdin. Dari tingkat provinsi, kabupaten/kota, hingga kecamatan, di kurun waktu 2014-2017 pengkaderan digiatkan. Pelatihan Kepemimpinan Dasar (PKD) Ansor, Diklatsar Banser, hingga Pelatihan Kader Lanjutan (PKL) dan Kursus Banser Lanjutan (Susbalan) pernah dilaksanakan. Tepatnya akhir tahun 2017 di Kabupaten Mempawah oleh PC Ansor Mempawah di bawah gerbong Sahabat Rajuini.


Ansor dan Banser ‘kian tak jelas’ pengkaderannya ketika diawal tahun 2018.  Pelatihan Kepemimpinan Dasar (PKD) Ansor dan Pendidikan dan Latihan Dasar (Diklatsar) Banser pun secara fakta tak tentu rudu. Sekian banyak pengurus Ansor di tingkat wilayah Kalimantan Barat tak mampu melakukan terobosan baru untuk kembali kepada sejarahnya yang pernah mati suri.
Apa ini efek maraknya kaum bully yang menyasar Ansor dan Banser, bahkan Ketua Umum PBNU KH. Said Aqil Siradj? Saya juga tak bisa menjawabnya.
Sekelas Muhammad Nurdin sebagai Ketua PW Ansor Kalbar yang sudah hatam dalam pengkaderan organisasi, bahkan malang ‘mengangkang’ di dunia perpolitikan, tak mampu membuat ilusi karena sibuk dengan jadwal.

Pak Wari dan Pak Nurdin dengan bangga pakai baju Ansor

Memasuki tahun 2018 hingga akhir Januari bertepatan dengan Harlah Nahdlatul Ulama ke-92 yakni 31 Januari, beberapa kegiatan Ansor yang telah dilaksanakan hanyalah sebatas Diklatsar Banser di Sosok, Kecamatan Tayan Hulu, Kabupaten Sanggau tanggal 25-28 Januari 2018 dengan jumlah peserta lulus 100 persen sebanyak 118 anggota.
Diklatsar Banser Sosok, Kecamatan Tayan Hulu, Kabupaten Sanggau
Lanjut Pelatihan Kepemimpinan Dasar (PKD) Ansor di Kabupaten Sambas tanggal 27-29 Februari 2018 hanya sejumlah 87 peserta. 
Bicara Fakta
Di awal Februari tepatnya 2-4 Febaruari 2018, katanya yang masuk dalam kalender PW Ansor Kalbar adalah Pelatihan Kepemimpinan Dasar (PKD) Ansor di Kabupaten Mempawah.
Pada tanggal 7-11 Februari menurut selebaran yang bisa dipercaya dan boleh tidak dipercayai, ada Pendidikan dan Pelatihan Dasar (Diklatsar) Banser di Kecamatan Rasau, Kabupaten Kubu Raya. Infonya panitia hanya akan menampung 100 calon peserta, baik calon anggota Banser atau Fatser.
Emangnya bisa sekelas PAC Ansor Rasau Jaya bisa mencari 150 calon peserta Diklatsar Banser? Tunggu saja faktanya,  kalau bisa berarti usaha sekuat baja, kaki jadi kepala, kepala jadi kaki. Pepatah orang tua ketika menginginkan anaknya mengenyam pendidikan di pondok pesantren kala memikirkan biaya pengiriman setiap bulan.
Semoga bukan hanya pamer spanduk saja
Berjarak lima hari dari Diklatsar Banser di Kecamatan Rasau jaya, tanggal 16-18 Februari 2018 katanya ada Diklatsar Banser lagi di Kota Pontianak tepatnya akan dilaksanakan di Kecamatan Pontianak Timur. Panitia kegiatan ini tidak jumawa, hanya menargetkan 50 calon peserta Banser dan Fatser.
Kok sedikit? Mungkin panitia tidak ada biaya buat belikan nasi kotak seperti di Kabupaten Sanggau. Atau tidak sanggup belikan kaos Diklatsar Banser buat calon pesertanya. Padahal di Pontianak banyak pengurus NU dan Ansor yang kece-kece, kok bisa kendala biaya? Wallahu a’lam.
Tapi dengar-dengar dari Banser yang ada, sesuai dengan hasil riset penyamaran penulis. Katanya, katanya sih, mungkin hoax juga, yang daftar sudah 27 orang. Penulis meyakini ini HOAX Bintang Sembilan.
“Mana mungkin ada orang yang akan gabung Banser, palingan orang khilaf saja yang gabung ke NU atau Banser,” kata orang sebelah.
Siapapun bisa buat banner HOAX. Xixixixixi

Kembali mengintip selebaran HOAX yang bertaburan di facebook orang-orang Ansor dan Banser, katanya di bulan Maret sudah ada yang booking jadwal Diklatsar Banser di Kabupaten Sambas. Kok bisa NU masuk Sambas, sedangkan Bupatinya diisukan Wahabi dan informasi tersebut sangat santer hingga pedesaan.
Bupati Sambas H. Atbah Romin Suhaili, Lc asli warga Nahdlatul Ulama (NU). Garis keturunannya orang NU. Ini bisa dipertanggungjawabkan.
Sekian celotehan kegelisahan saya di malam purnama 31 Januari 2018 ini. Selamat Hari Jadi Nahdlatul Ulama ke-92. Haqqul Yaqin saya selamat bersama NU dan pendirinya. Jaya Selalu Nahdlatul Ulama, Ansor, dan Banser.
#SayaBanser
#SayaWargaNU
#SayaPemudaAnsor
#NUSmoking
BANSER Disanjung Tidak Tumbang, Dibully Tidak Tumbang

2 comments:

  1. Tjakep tulisannya Bang, ape agik pas bagian akhirnye tuh. Dipuji tidak terbang, dibully tidak terbang. :-)

    ReplyDelete