Banser Kian Tidak Diminati di Kabupaten Sanggau
CAD – Pernah dengar kata Banser? Yang ahlul sosial media
saya yakin pernah mendengar kata tersebut, atau bahkan sering melihat di
jalanan dengan seragam lorengnya.
Sahabat, Banser itu singkatan dari Barisan Ansor Serbaguna. Banser
itu milisinya Nahdlatul Ulama (NU) dan Gerakan Pemuda Ansor.
Ada beberapa ragam jenis Banser dari penampakan personalnya,
mulai dari seperti Abu Janda, seperti Abah Tohidin, hingga seperti Al-Habib
Luthfi Pekalongan. Ada pula Banser yang semacam penulis sendiri yang tak pernah
alpa ngopi setiap hari.
Tak terasa sudah tiga paragraph saya ngawur dari judul artikel
yang akan saya tulis. Baiklah saya akan fokus ke judul. Seperti apa Banser di
Kalimantan Barat? Berbuhung saya hanya pasukan ‘sapu jalan’ secara detail saya
kurang tahu pasti. Namun dari perbincangan senior-senior, angka pasukan Banser
di Kalimantan Barat saat ini hampir menyentuh angka 2.000 pasukan. Itu yang dulu yang saya dengar, entah tahun berapa.
Angka ini sangat kecil bila dibanding dengan pasukan Banser
yang ada di Pulau Jawa tentunya. Bayangkan saja, di Ponorogo beberapa waktu
lalu, sekali angkatan 2000 Banser.
Terus kenapa judul artikel di atas Banser di Kabupaten
Sanggau dicueki? Memang begitu faktanya bukan? Banser bukannya lagi sedang asyik-asyiknya di goyang dengan anu, begitu, begini, dan anu anu anu. Banser itu pembubar, Banser itu banyak ngawurnya kalau sampelnya Si Abu, beda kalau ambil sampel Banser seperti Abah Tohidin. Jago travelling dan rajin mengaji.
Di tengah sesak terpaan begitu, Banser tetap ingin ada. Tahun lalu, pengkaderan
Banser tahap dasar yang lebih familiar di tubuh Banser dengan sebutan Diklatsar
Banser (Pendidikan dan Latihan Dasar Barisan Ansor Serbaguna)yang dilaksanakan di
Kubu Raya pesertanya mencapai 150 pasukan, pembaiatannya langsung oleh Rois ‘Aam
PBNU KH. Ma’ruf Amin di Masjid Raya Mujahidin.
Sedangkan di Sanggau pada Diklatsar Banser terakhir pada
tanggal 25 Januari 2018 lalu yang dilaksanakan di Kecamatan Tayan Hulu tepatnya
di daerah Sosok, Banser dan Fatsernya mencapai 117.
Kok mau orang sebanyak 117 itu gabung Banser? karena mereka cuek dengan Banser yang menjadi sorotan di media sosial, namun manut pada Banser milik Nahdlatul Ulama.
Kuasai PBB dulu biar ngalah Amerika Serikat. Pendidikan Baris Berbaris (Hehe) |
Kok sedikit peserta Banser yang ikut pendidikan? 117 itu hanya
selevel kecamatan loh, yakni daerah sekitaran Sosok saja. Salah satu
daerah pedalaman Kalbar dengan jarak tempuh sekitar 3,5 jam menggunakan sepeda
motor dari Kota Pontianak.
Terus kalau satu angkatan saja dengan pendidikan selama tiga
hari pesertanya mencapai lebih 100, lalu berapa jumlah pasukan Banser dan
Fatser di Kabupaten Sanggau? Nah soal jumlah pasukan itu saya masih belum cek
kekuatan, nanti akan ada jawaban pasti dari Komandan Yogi di kolom komentar.
Siap ditunggu jawabannya komandan Yogi.
Tolong jangan tanya kenapa judul artikelnya ini Banser di
Sanggau kian tidak diminati? Saya juga sampai tulisan ini dipublish juga belum
ngerti kenapa saya buat judul seperti itu. Saran saya, coba mafhum mukholafah
saja sahabat.
Apa tuh mafhum mukholafah? Panjang lagi cerita tulisan ini
kalau murod-kan. Apalagi bahasa murod itu? Saya juga asal ngetik, coba minta
penjelasan kepada Kiai Musyauwir, insya Allah beliau bisa menjelaskan.
Pendidikan di Banser itu makannya enak, pakai nasi kotak terus |
Sekian sarapan saya di pagi ini dengan lemah gemulai jejari
menari di atas keyboard tua. Semoga khusnul khotimah dengan barokahnya para
ulama NU. Berjuang tiada henti bersama Nahdlatul Ulama.
Komandan Yogi, Komandan Slamet, Komandan Sidiq, dan Komandan
Almukarrom Kiai Tohidin Kelana, sampai jumpa di Diklatsar berikutnya. Tanggal 7
Februari di Kecamatan Rasau Jaya, Kubu Raya, lanjut tanggal 16 Februari 2018 di
Pontianak Timur, Kota Pontianak. Sehat selalu komandan. (*)
No comments:
Post a Comment