Wednesday, 30 March 2011

Kemenag Pontianak Seleksi Santri se-Kota Pontianak

Seleksi - Salah satu peserta seleki mempresentasikan dari bab yang tekah dibacanya di hadapan dewan penilai serta menjawab pertanyaan yang diajukan, Sabtu (5/2) sore. FOTO: Ubay KPI

Kemenag Pontianak Seleksi Santri se-Kota Pontianak
 Oleh Ubay KPI
Pontianak – Menjelang pelaksanaan seleksi Musabaqah Qiraatil Kutub (MQK) tingkat provinsi yang rencananya akan dilaksanakan Maret mendatang, Kementerian Agama Kota Pontianak menyeleksi santri pondok pesantren se-Kota Pontianak.
Acara pembukaan yang dilaksanakan di Aula Pondok Pesantren Mathlaul Anwar Jalan Pak Benceng Pontianak oleh Wakil Walikota Pontianak, Jumat (4/2) malam dan diikuti tujuh pondok pesantren se-Kota Pontianak.
Tujuh pesantren yang mengirimkan santrinya mengikuti seleksi qiroatil kutub tahun ini terdiri atas Ponpes Al_jihad Sungai Jawi, Ponpes darul Khoirat Jalan Dr. Wahidin, Ponpes Mambaus Shafa Pontianak Timur, Ponpes as-Salam Jalan Husein Hamzah, Ponpes Mathlaul Anwar Jalan Pak Benceng, Ponpes Darun Na’im Jalan Ampera dan Ponpes Walisongo Jalan Ampera.
Sampai sore kemarin, pelaksanaan seleksi MQK Kota Pontianak sudah memasuki tingkat wustha atau telah menyelesaikan semua seleksi di tingkat ula.
Menurut Ketua Pelaksana Seleksi MQK, M.Syurip Asy’ari saat ditemui di tempat pelaksanaan di aula Ponpes Mathlaul Anwar Pontianak siang kemarin mengatakan direncanakan malamnya akan menyelesaikan seluruh tingkat yang diperlombakan termasuk debat bahasa arab.
“Kalau waktunya cukup malam ini (tadi malam) seluruhnya akan diselesaikan, termsuk debat bahasa arab, namun bila tak selesai maka akan dilanjutkan besok pagi (pagi ini) dan sorenya akan langsung acara penutupan,” kata M. Syusrip Asya’ri.
***
Netralitas Dewan Juri
Sebelas kitab yang diseleksikan pada seleksi MQK Kota Pontianak yang terdiri dari kitab Sullam at-Taufiq, Jurumiyah, dan Ta’lim al-Muta’allim untuk tingkat ula, kitab Tafsir Jalalain, Fath al-Qorib, Subul as-Salam, dan ‘Amrithi untuk tingkat wustha, dan kitab Ibu Aqil, Ibnu Katsir, Ihya’ Ulumuddin, dan Fath al-Mu’in untuk tingkat ulya.
Untuk mejaga netralitas dalam penilaian sehingga menemukan santri yang memang berkompeten di kitab masing-masing, dikatakan Ketua Panitia, M. Syurip Asy’ari menunjuk dewan juri atau penilai yang memang mendalami kitab-kitab tersebut dan kemampuannya memang tidak diragukan.
Panitia pelaksana menetapkan Ustad Umar Qiyam pengasuh Madrasah Diniyah Husnul Yaqin Pontianak Utara, Ustad Syaifudin Zuhri dari Masjid At-Taqwa Polri Pontianak dan KH. Hasyim Dahlan dari Al-Mujtahid Pal XIII.
“Ketiga penilai tersebut memang sudah tidak diragukan kualitas pengetahuannya terhadap kitab kuning, dan dari mereka tidak memiliki keterwakilan peserta dalam seleksi ini, jadi kami sangat menjaga netralitas dewan penilai dalam penilaian,” ujarnya.
***
Pertanyaan Sulit
Bukan hanya sebatas membaca dan memaknai serta menjelaskan apa yang telah dibaca oleh peserta seleksi, selain itu, dewan penilai juga mempertanyakan secara rinci mulai dari tasrif lafadz, kedudukan lafadz sampai dengan harokat fathah, kasroh, dan dommah.
Pertanyaan yang diajukan sewan penilai kepada peserta sangat mendetail sampai ke hal yang kecil namun fatal dalam pemaknaan dan maksud bila hal itu keliru. Tak jarang pertanyaan yang diajukan dewan penilai membingungkan peserta seleksi.
Salah satu tim penilai, Ustad Umar Qiyam saat dikonfirmasi sore kemarin mengenai pertanyaan yang diajukan kepada peserta seleksi yang tak jarang beputar-putar pertanyaannya mengungkapkan hal itu merupakan bagian untuk mencapai target yakni memilih santri yang betul-betul mengerti dengan apa yang telah dibaca, bukan hanya maksud dan kebenaran bacaannya, namun ilmu alat sebagai modal dasar untuk bisa membaca kitab kuning juga mereka ketahui.
“Kita ingin mereka mengerti betul dan tahu ilmu sharraf dan anhwu serta I’lalnya dan ilmu terkait lainnya. Sebab ini untuk seleksi ke tingkat provinsi, jadi di seleksi tingkat kota ini kita betul-betul ingin memilih santri yang berkualitas sehingga nantinya mereka mamu bersaing dengan santri lainnya di tingkat provinsi,” tutur Umar Qiyam.

2 comments:

  1. Metode AMTSILATI telah digunakan oleh hampir semua Pondok Pesantren dan Madrasah Diniyah maupun TPA/TPQ di pulau Jawa. Dari 4 Provinsi di Pulau Kalimantan, hanya di Kalimantan Barat Amtsilati belum diterapkan di lembaga manapun, hal ini menjadi sebuah kesempatan untuk memulai dan memberikan ilmu baru bagi para pelajar Islam di Kalimantan Barat.

    Informasi lebih lanjut, silahkan hubungi : Kantor Sekretariat Lembaga Kursus Intensif Amtsilati (LAKIA) Jl. Komyos Sudarso Gg. Muria Dalam/39 Pontianak (Belakang Masjid Agung Al-Falah Pontianak). Telp. 085852279198 / 0561 - 7540053

    ReplyDelete
  2. Metode Amtsilati, adalah sebuah metode cara cepat dan mudah untuk belajar membaca kitab kuning...

    ReplyDelete