Nurdin Tetap Semangat Kuliah di Usia Tua Oleh Ubay KPI |
Meski usianya sudah cukup berumur, Nurdin guru SDN 16 Kecamatan Batu Ampar, Kabupaten Kubu Raya ini harus melanjutkan kuliah. Dia kuliah kembali untuk mendapatkan gelar strata 1 sesuai dengan ketetapan pemerintah, guru pada tahun 2014 harus bergelar S1.
Meski cukup berat sebenarnya, sebab jarak dari tempat ia tinggal yang cukup jauh ke Pontianak dan selama sembilan hari dalam satu bulan harus ada di Pontianak, namun guru kelahiran tanggal 9 November 1968 yang pernah ditempatkan di pedalaman Sintang selama delapan tahun tetap semangat, semangat belajarnya cukup kuat dan layak ditiru oleh mahasiswa yang baru lulus dari sekolah SMA.
Sejak tahun 1994 ia mengajar di Sintang, tepatnya di Kecamatan Sokan, Desa Nanga Libas, di SDN 2 Nanga Libas yang saat ini sudah masuk ke Kabupaten Melawi.
Baru sejak tahun 2000 ia pindah ke tempat kelahirannya membina generasi muda yang ada untuk dicetak menjadi pemuda tangguh dan berpendidikan. Tak pernah putus asa meski harus mengabdi di daerah pedalaman yang jauh dari kota, begitu juga dengan kuliah, meski datang jauh-jauh dari pedalaman Batu Ampar ke Pontianak, semangat patut ditiru oleh pemuda sekarang. Jiwa keingintahuannya masih ada, dan jiwa mengembangkan diri juga masih memagnet termasuk juga dengan perkembangan komunikasi saat ini.
Ia mengakui, daya serap terhadap mata kuliah yang diikuti sudah sangat kurang tajam, tapi ia tak mau diam dengan kurangnya ke-peka-an itu. Sebab ia ingin apa yang didapat pada sertifikasi itu diajarkan kembali kepada murid-muridnya di Batu Ampar.
“Sebenarnya berat mengikuti sertifikasi ini, selain biaya, usia, jarak tempuh yang menjadi kendala, juga kita harus meninggalkan murid selama 9 hari dalam sebulan. Tapi, dampak positifnya sangat baik sebab kita menambah pengalaman dan pengetahuan untuk oleh-oleh kepada murid,” ujarnya.
Dalam mengikuti sertifikasi ia menceritakan, dalam satu bulan harus ada di Pontianak selama 11 dengan perjalanan, biaya perjalanan kurang lebih Rp100 ribu, belum makan selama di Pontianak.
Kuliah ini akan ia jalani selama dua tahun atau empat semester. Sampai dengan bulan ini program ini baru dijalani tiga bulan dan masih tersisa satu tahun delapan bulan. Bukan hanya perjalanan yang menjadi kendala besar bagi sosok satu ini. Ia juga mengakui banyaknya mata kuliah dalam satu hari menurutnya adalah masalah lebih besar. “Satu hari bisa lima mata kuliah, diporsir dengan mata kuliah yang banyak, makin error pikiran kita. Tapi selama saya sehat tetap semangat mengikuti program ini,” katanya.
Nurdin merupakan lulusan angkatan pertama D2 STAIN Pontianak yang dulu bernama IAIN Pontianak, ia angkatan tahun 1990 Jurusan Tarbiyah.
Meski lulusan pendidikan agama Islam, namun di tempat ia mengajar saat ini, di SDN 16 Batu Ampar ia bukan hanya mengajar mata pelajaran agama Islam, terbatasnya tenaga pengajar di sana menuntut ia juga harus mengajar mata pelajaran lain seperti bahasa Indonesia, muatan lokal, budidaya pertanian agro industry, dan budidaya perikanan.
“Itu memang sudah menjadi resiko guru negeri yang ada di pedalaman, kalau di Batu Ampar masih mendingan ada 10 guru, kalau dulu saya di Sintang pernah 1 sekolah itu cuma dua guru dengan kepala sekolah,” cetusnya.
No comments:
Post a Comment