Sok imut, padahal item manis |
Oleh Ubay KPI/Kacong
Iseng-iseng malam ini, saya menemui rekan saya di salah satu
café di Kota Pontianak. rekan saya yang satu ini memang agak kerap ke café yang
berada di kawasan Ambalat atau tak jauh di diskotik Biztro.
Full music di sajikan di café ini. mungkin tak etis bila
saya menyebutkan namanya. Mungkin pembaca yang
pernah ke Pontianak bisa menerka lokasi ini. berada di Jalan Budi Karya,
perempatan jalan Gajah Mada-Veteran. Café ini bergabung dengan tempat permainan
biliar. Lantai atas untuk biliar dan di bawah café.
Di sinilah malam Minggu ini saya berada dengan dua teman
saya. music orgen dan suara penyanyi yang kata rekan saya bernama Yuliana terasa
penuh seruangan. Ruangan dengan luas puluhan meter persegi ini hanya dicahayai
lampu temaram berwarna agak kehijauan dan kuning muda yang menempel di dinding
dan tiang café. Asap dari pengunjung yang penuh sesak sekitar lebih tiga ratus
pengunjung membuat mata terasa perih. Tak hanya para pria yang merokok. Namun
perempuannya juga ikut ngepul.
Café ini terbilang sedikit bebas. Minuman beralkohol juga
ada di café ini. hanya obat terlarang yang jarang dijumpai karena peredarannya
sangat rahasia. Bir botol tampak banyak berserakan menghiasi meja. begitu juga
gelas ykopi dan minuman sejenisnya ikut mewarnai meja yang tersusun rapi.
Di tengah café, ada panggung music. Ada penyanyi khusus yang
melantunkan suaranya di sini. Dan ada juga pengunjung yang pamer suara di
panggung berukuran sekitar 3 meter itu.
Lampu biru di bagian depan, dan warna-warni hidup mati menghiasi panggung. Di
depan panggung tampak kepala turun naik mengikuti hentakan music. Begitu juga
dengan pinggul, tak perempuan dan laki, ikut bergolek mengikuti dentuman music.
Goyang kanan dan goyang kiri, tangan kanan dan tangan kiri di angkat. Sambil
angguk-angguk mereka menari dengan rekan dan pasangannya.
Tak ada meja kosong yang ada mala mini. Bahkan, banyak di
luar café pengunjung menunggu ada bangku. Di halaman café yang juga telah
ditata dengan kursi, penuh dengan penunjung.
Saya berada di barisan paling belakang sebelah kanan di café
yang menghadap ke selatan ini. sesekali saya mengikuti hentakan music, sesekali
saya bertepuk tangan mendengar alunan syahdu music dangdut. Duh, asyikk banget
rasanya pikiran saya kalau dihibur dengan music dangdut.
Tapi kembali ke niat awal saya, saya datang ke café ini
untuk membuat tulisan ini. saya tiga kali ke café remang ini. waktunya
berbeda-beda. Dan dari tiga kali itu, memang selalu saya saksikan, café ini
sangat jarang sepi. Pengunjungnya beraneka ragam, bapak-bapak, ibu-ibu, remaja,
setengah baya, bahkan ada dari mereka yang mungkin masih usia sekolah.
Pakaiannya pengujung juga demikian, bagi kaum adam mungkin
lebih seragam mengenakan jaket celana panjang, atau celana dengan kaos saja.
Tapi bila melongok ke pakaian si cewek-cewek yang berbagai bentuk raut wajah.
Mulai dari jerawatan hingga penuh perawatan, sungguh nikmat bercampur dosa yang
ada. bayangkan, ada yang hanya setengah paha. Ada yang nampak paha kayak celana
pendek bayi. Ada yang tampak lengan, bahkan ada yang tampak sedikit buah dada.
Mungkin pemandangan ini nikmat bagi sebagian orang, mungkin
juga bagi saya. tapi intinya, itu adalah pakaian yang tidak diperbolehkan bagi
seorang muslim. Menutup aurat adalah wajib bagi setiap muslim.
Kadang saya bertanya dalam hati, kok betah dengan suasana
ribut dan bau aneka jenis ini? bau badan sampe bau minuman, bau asap sampe bau
uapan.
Ada salah satu pengunjung berpakaian seksi yang lagi ngumpul
bersama lima rekan cewek dan dua laki-laki yang duduk di samping meja tempat
saya duduk, saat saya tanyai. Ia katanya seorang karyawan di Pontianak. dan
berada di café ini sudah agak lama. Sepertiny, ia orang yang sering ke café
ini. sebab pakaiannya sangat seragam dengan pengunjung cewek lainnya.
Wah, segelas the hangat yang saya pesan sudah datang. 5000
rupiah jak.
No comments:
Post a Comment