Penulis bersama pengurus Dewan Kesenian diabadikan bersama
Paryadi, “Mat Belatong” usai launching dan bedah buku kebudayaan di Rumah Jepin
Pontianak. FOTO: Ubay KPI
Dewan Kesenian Membingkai Khasanah
“Cahaya Khatulistiwa di Taman Kata”
Oleh Ubay KPI
Banyak mengatakan, air sungai Kapuas begitu kuat riaknya,
hingga seakan tiada riak itu oleh
hembusan arus sungai yang tenang. Itulah perumpaan yang diberikan kepada
penulis kebudayaan Kota Pontianak yang tiada henti menyalurkan kreasi ke dalam
sebuah tulisan yang akan menjadi sejarah di kemudian hari.
Begitu juga Dewan Kesenian Kota Pontianak yang seakan
senyap, namun inspirasinya selalu jalan. Buktinya, komunitas yang berisi para
budayawan tersebut menghenyakkan pandangan. Dengan sebuah buku berjudul Cahaya
Khatulistiwa di Taman Kata, Dewan Kesenian tak sekedar bicara dan melakoni
budaya. Nanun mengikat budaya tersebut dengan sebuah catatan yang akan abadi.
Sebuah buku berisi 23 syair yang menandakan hari jadinya
sejak 23 September bertepatan dengan peringatan titik kulminasi matahari di
Pontianak. Mewakili makna dibukanya buku tersebut di bulan ketiga masehi dengan
tiga sisi, yakni tulisan tentang kebudayaan, sastra, dan seni. Sedangkan tahun
dilambangkan dengan 12 pelaku penerbitan buku tersebut, yakni 11 penulis dan 1
orang desain grafis.
Launching buku dibarengi dengan bedah buku yang menghadirkan
Halim Ramli alias “Mat Belatong”, Khairul Fuad. Serta disaksikan langsung oleh
Ketua Taman Budaya Kalbar, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Pontianak,
Wakil Walikota Pontianak, serta seniman, budayawan, dan sastrawan lainnya.
“Mat Belatong” dalam tanggapannya terhadap buku tersebut
memberikan dorongan bahwa berkarya bukanlah mengenal tempat. Namun bagaimana
perasaan dan hati menginginkan suatu karya nyata yang akan memberikan manfaat
kepada orang lain tentang suatu pengetahuan.
Begitu juga Paryadi, memberikan dorongan positif lahirnya
buku pertama dari Dewan Kesenian Kota Pontianak. “Pada mulanya kita tidak
pernah peduli pada orang-orang yang tetap hidup dengan berbagai ragam kemampuan
seperti mereka, dengan konsep Dewan Kesenian, ke depan kita harus giat lagi
bagaimana lebih menghidupkan khasanah Kota Pontianak,” ujarnya.
Menanggapi belum adanya suatu wadah penghimpun karya-karya
anak Kalbar, Paryadi mengharapkan keberadaan Dewan Kesenian bisa menghimpun hal
tersebut.
No comments:
Post a Comment