Korupsi
"Produk" Indonesia
Oleh
Ubay KPI
Sebelum
tidur, saya sempat mengotak-atik bebe dan BBM-an bersama teman. Sesekali juga
saya membuka link detikcom dan kompas.com untuk melihat update informasi
terbaru.
Di sela-sela keasyikan saya membaca artikel ada pesan di BBM masuk. Dari rekan saya di Forkomnas KPI asal Palangakaraya, Dhika Potter akun FB-nya.
Menyampaikan pesan bahwa ia telah mengirim data mahasiswa Komunikasi Penyiaran Islam STAIN Palangkaraya.
Aplikasi FB yang sebelumnya sign in FB pribadi, langsung saya close dan membuka akun organisasi Forkomnas KPI Pusat.
Yah, saya menerima dua pesan di akun tersebut. Pertama dari Imron mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya, dan kedua dari Dhika.
Belum sempat saya download lampiran pesan tersebut. Saya hanya ingin memastikan apakah Dhika betul-betul mengirim data itu. Rencananya saya akan mengambil lampiran tersebut melalui notebook besok pagi.
Beberapa saat saya melihat pengajuan pertemanan dari mahasiswa KPI, ada juga yang komentar di status. Saya tak menghiraukan itu semua.
Tangan saya bermain lebih ke bawah menggeser tombol bebe. Menemukan sebuah status panjang dari rekan KPI. status tersebut berjudul Ironi di Negeri Sendiri.
Terus saya geser ke bawah membaca secara lengkap tulisan berisi sebuah perusahaan milik orang non-Indonesia.
Berikut saya sertakan status rekan AdjiProdesign Klik di Sini di akun FB-nya.
Di sela-sela keasyikan saya membaca artikel ada pesan di BBM masuk. Dari rekan saya di Forkomnas KPI asal Palangakaraya, Dhika Potter akun FB-nya.
Menyampaikan pesan bahwa ia telah mengirim data mahasiswa Komunikasi Penyiaran Islam STAIN Palangkaraya.
Aplikasi FB yang sebelumnya sign in FB pribadi, langsung saya close dan membuka akun organisasi Forkomnas KPI Pusat.
Yah, saya menerima dua pesan di akun tersebut. Pertama dari Imron mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya, dan kedua dari Dhika.
Belum sempat saya download lampiran pesan tersebut. Saya hanya ingin memastikan apakah Dhika betul-betul mengirim data itu. Rencananya saya akan mengambil lampiran tersebut melalui notebook besok pagi.
Beberapa saat saya melihat pengajuan pertemanan dari mahasiswa KPI, ada juga yang komentar di status. Saya tak menghiraukan itu semua.
Tangan saya bermain lebih ke bawah menggeser tombol bebe. Menemukan sebuah status panjang dari rekan KPI. status tersebut berjudul Ironi di Negeri Sendiri.
Terus saya geser ke bawah membaca secara lengkap tulisan berisi sebuah perusahaan milik orang non-Indonesia.
Berikut saya sertakan status rekan AdjiProdesign Klik di Sini di akun FB-nya.
IRONI DI
NEGERI SENDIRI
-Bangun
tidur anda minum apa ?
apa Aqua ? (74% sahamnya milik Danone ,perusahaan Perancis) atau Teh Sariwangi (100% saham milik Unilever Inggris.) Minum susu SGM (milik Sari Husada yg 82% sahamnya dikuasai Numico Belanda).
apa Aqua ? (74% sahamnya milik Danone ,perusahaan Perancis) atau Teh Sariwangi (100% saham milik Unilever Inggris.) Minum susu SGM (milik Sari Husada yg 82% sahamnya dikuasai Numico Belanda).
-Lalu
mandi pakai Lux dan
Pepsodent (Unilever,Inggris).
Pepsodent (Unilever,Inggris).
-Sarapan
? Berasnya beras
impor dari Thailand (BULOGpun impor), gulanya jg impor (Gula
ku - Malaysia) . -Mau santai habis makan, rokoknya Sampoerna (97% saham milik Philip Morris Amerika)
.
-Keluar rumah naik motor/ mobil buatan Jepang, Cina,India, Eropa tinggal pilih.
impor dari Thailand (BULOGpun impor), gulanya jg impor (Gula
ku - Malaysia) . -Mau santai habis makan, rokoknya Sampoerna (97% saham milik Philip Morris Amerika)
.
-Keluar rumah naik motor/ mobil buatan Jepang, Cina,India, Eropa tinggal pilih.
-Sampai
kantor/kampus/dll nyalain AC buatan Jepang, Korea, Cina.
-Pakai
komputer, hp(operator Indosat, XL,Telkomsel semuanya
milik asing; Qatar, Singapura, Malaysia).
milik asing; Qatar, Singapura, Malaysia).
-Mau
belanja ? Ke Carrefour,punya Perancis. Kalo gitu ke Alfamart (75% sahamnya
Carrefour). Bagaimana dengan Giant? Ini punya Dairy Farm International,
Malaysia yg juga Hero.
-Ambil
uang di ATM BCA, Danamon, BII, Bank Niaga ,ah semuanya sudah milik asing
walaupun namanya masih Indonesia.(Untung ane pake BRI..hehe)
-Bangun
rumah pake semen Tiga Roda Indocement sekarang milik
Heidelberg (Jerman) (61,70%). Semen Gresik milik Cemex Meksiko, Semen Cibinong punyanya Holcim (Swiss). Masih banyak lagi kalo mau diterusin. By the way, BB atau HP anda- pun buatan luar
Heidelberg (Jerman) (61,70%). Semen Gresik milik Cemex Meksiko, Semen Cibinong punyanya Holcim (Swiss). Masih banyak lagi kalo mau diterusin. By the way, BB atau HP anda- pun buatan luar
"CUMA
KORUPTOR aja yg Asli Produk Indonesia..!!!
Sudah
baca semua kawan-kawan?
Anda tentu akan punya pandangan masing-masing terhadap catatan tersebut.
Saya pribadi sendiri betul-betul tidak menyangka bahwa ãやą yang kita konsumsi dan pergunakan ternyata tak seratus persen masuk ke kas negara. Akan tetapi sebagian masuk ke kantong orang luar negeri.
Sampai air minum pun. Padahal Indonesia negara kepulauan yang melimpah ruah kekayaan airnya. Bahkan air menjadi musibah di beberapa tempat di negeri ini. Termasuk ibukota Jakarta.
Nah, yang paling akhir dari catatan itu bagi saya sangat menarik. Setujukah anda dikatakan demikian?
Mungkin terlalu kejam ya kawan-kawan. Sebab tak hanya Indonesia yang pejabatnya suka makan duit rakyat. Namun di beberapa negara lain juga ada yang sama dengan negeri "Melimpah Loh Jinawi" ini.
Tapi, isu korupsi di pelbagai media saat ini mendapat sorotan tajam dari masyarakat. Itu tak bisa dipungkiri. Buktinya KPK dan pengadilan masih banyak menyisakan PR akan kasus ini.
Tak lain, pelakunya adalah orang penting di negeri ini. Kalau ndak DPR ya Gubernur, kalau tidak keluarga DPR ya Bupati atau Walikota. Hingga sampai ke tingkat PNS.
Golongan ini yang parah. Sebab mereka-merekalah yang punya peluang untuk korup berjumlah banyak.
Sedangkan di tingkat bawahnya, meskipun ada tentu dengan nominal lebih sedikit.
Yah, korupsi dan koruptor bukanlah sebuah produk. Beda halnya dengan batik yang merupakan karya dan perlu diakui sebagai produk Indonesia. Begitu juga dengan budaya perlu pengakuan cepat untuk dipatenkan menjadi kekayaan dan produk negeri pertiwi ini.
Nah, sekarang maukah negeri ini mengakui KORUPSI/KORUPTOR sebagai produk negeri Indonesia?
Sudah jelas bukan, kalau negeri ini hanya mengakui suatu hal yang baik saja?
Anda tentu akan punya pandangan masing-masing terhadap catatan tersebut.
Saya pribadi sendiri betul-betul tidak menyangka bahwa ãやą yang kita konsumsi dan pergunakan ternyata tak seratus persen masuk ke kas negara. Akan tetapi sebagian masuk ke kantong orang luar negeri.
Sampai air minum pun. Padahal Indonesia negara kepulauan yang melimpah ruah kekayaan airnya. Bahkan air menjadi musibah di beberapa tempat di negeri ini. Termasuk ibukota Jakarta.
Nah, yang paling akhir dari catatan itu bagi saya sangat menarik. Setujukah anda dikatakan demikian?
Mungkin terlalu kejam ya kawan-kawan. Sebab tak hanya Indonesia yang pejabatnya suka makan duit rakyat. Namun di beberapa negara lain juga ada yang sama dengan negeri "Melimpah Loh Jinawi" ini.
Tapi, isu korupsi di pelbagai media saat ini mendapat sorotan tajam dari masyarakat. Itu tak bisa dipungkiri. Buktinya KPK dan pengadilan masih banyak menyisakan PR akan kasus ini.
Tak lain, pelakunya adalah orang penting di negeri ini. Kalau ndak DPR ya Gubernur, kalau tidak keluarga DPR ya Bupati atau Walikota. Hingga sampai ke tingkat PNS.
Golongan ini yang parah. Sebab mereka-merekalah yang punya peluang untuk korup berjumlah banyak.
Sedangkan di tingkat bawahnya, meskipun ada tentu dengan nominal lebih sedikit.
Yah, korupsi dan koruptor bukanlah sebuah produk. Beda halnya dengan batik yang merupakan karya dan perlu diakui sebagai produk Indonesia. Begitu juga dengan budaya perlu pengakuan cepat untuk dipatenkan menjadi kekayaan dan produk negeri pertiwi ini.
Nah, sekarang maukah negeri ini mengakui KORUPSI/KORUPTOR sebagai produk negeri Indonesia?
Sudah jelas bukan, kalau negeri ini hanya mengakui suatu hal yang baik saja?
Catatan
Menjelang Tidur
Berbaring dengan Sarung Menutup Setengah Badan
Selasa, 6 November 2012
Pukul 02.32 Wib
Berbaring dengan Sarung Menutup Setengah Badan
Selasa, 6 November 2012
Pukul 02.32 Wib
No comments:
Post a Comment