Sunday, 29 December 2013

ATM Bank Kalbar Tak Masalah Tarik Uang di ATM BCA

BUKTI PENARIKAN di ATM BCA
ditunjukkan oleh Dirut Bank Kalbar
Sudirman HMY. Selembar Bukti
penarikan tersebut merupakan
uji coba saat usai melakukan
kerjasama dengan ATM BCA beberapa
pecan lalu.FOTO Ubay KPI
ATM Bank Kalbar Tak Masalah Tarik Uang di ATM BCA

Oleh Ubay KPI

Setelah  sukses melakukan kerjasama dengan ATM Bersama dan Meps di Malaysia, kali ini BPD Bank Kalbar telah melakukan kerjasama baru dalam penarikan uang melalui ATM.

Ialah, Bank Kalbar telah meneken kerjasama dengan BCA dalam penarikan uang melalui ATM. Direktur Utama Bank Kalbar Sudirman HMY saat usai melakukan peletakan batu pertama untuk pembangunan kantor cabang baru di Untan Jumat lalu mengatakan, ATM Bank Kalbar sudah dapat melakukan penarikan di setiap ATM milik BCA.

Kerjasama ini menurut Sudirman telah resmi dilakukan sejak sekitar 2 Minggu. “Kami sudah mencoba melakukan penarikan di ATM BCA, beberapa pegawai (Bank Kalbar) pun sudah mencoba, hasilnya bisa,” ujar Sudirman sembari menunjukkan struk penerikan uang berlogo BCA.

Sudirman menambahkan, kerjasama dan kemudahan baru ini perlu diketahui masyarakat luas, khususnya nasabah Bank Kalbar. Selain melalui informasi ini, Sudirman menjelaskan pihak bank juga turut memberikan informasi kepada nasabah secara personal.

“Kita sukuri, Bank Kalbar semakin menguatkan sayapnya dalam persaingan. Mari kita harapkan bersama, Bank Kalbar mampu berbuat lebih lagi buat Kalimantan Barat,” ujarnya.

Sebagaimana diketahui, di penghujung 2013 kali ini, Bank Kalbar dengan melihat skala prioritas dan kebutuhan menambah satu kantor cabang baru. Kantor tersebut terbilang special, karena berada di kawasan kampus Universitas Tanjungpura.

Tak hanya ada di kawasan kampus, nantinya setelah diresmikan. Kantor baru tersebut tak akan dinamai kantor cabang pembantu, melainkan “Kantor Cabang Untan”.


Thursday, 19 December 2013

Ingin Kembali Suci dalam Tetesan Wudlu'

Foto atin-syakirah.blogspot.com
Ingin Kembali Suci dalam Tetesan Wudlu'

Catatan Ubay KPI


Seorang kawan dari Purwokerto mengirimkan sebuah broadcast, isinya tentang faedah wudlu. Lebih khusus BC tersebut menjelaskan manfaat wudlu' menjelang tidur.
BC ini mengingatkan pada kebiasaan saya beberapa tahun lalu. Bukan hanya ketika berada di pesantren, sampai boyong dari pesantren pun saya tetap membiasakan diri dalam keadaan suci (baca; tidak batal wudlu').
Juga, bukan hanya menjelang tidur. Saat-saat biasa pun saya selalu dalam keadaan belum batal wudlu'.
Kebiasaan itu tanpa saya ketahui manfaat dan faedahnya jelas. Hanya saja, waktu saya ingin sekali selalu dalam keadaan suci. Pikiran pun tenang bila dalam kondisi demikian. Bahkan, sampai saya menjual koran di perempatan jalan beberapa tahun silam. Kadang saya sangat menghindar dengan pelanggan perempuan, terutama dalam mengembalikan sisa pembayaran. Menghindar maksudnya sebisa mungkin mengembalikan uang tanpa bersentuhan dengannya.
BC yang dikirim sahabat Naynie Wijaya tersebut amat mengingatkan saya. Dalam BC tersebut juga dijelaskan berdasarkan hadits Nabi serta kajian kedokteran. Sungguh runut sekali, dan sangat tinggi sekali faedah wudlu'.
Ingin sekali rasanya mengulang kebiasaan itu. Sejak beberapa tahun terakhir, entah sejak kapan saya lebih banyak lepas dari air wudlu'.
Subhanullah, semoga Allah membukakan mata hati saya untuk kembali pada kebiasaan itu.
Sahabat, terutama yang mengamalkan anjuran Nabi sebagaimana saya ceritakan. Semoga selalu istiqomah, dan kepada kawan-kawan yang belum melaksanakannya, mari sama-sama berniat untuk mengamalkannya.
Berikut BC yang disampaikan kepada saya oleh Naynie Wijaya.

MANFAAT WUDHU SEBELUM TIDUR

Rasulullah SAW bersabda: “Barangsiapa tidur dimalam hari dalam keadaan suci (berwudhu’) maka Malaikat akan tetap mengikuti, lalu ketika ia bangun niscaya Malaikat itu akan berucap ‘Ya Allah ampunilah hamba mu si fulan, kerana ia tidur di malam hari dalam keadaan selalu suci’”. (HR Ibnu Hibban dari Ibnu Umar r.a.)

Hal ini juga ditulis dalam kitab tanqih al-Qand al-Hatsis karangan syekh muhamad bin umar an-nawawi al-mantany. Dari umar bin harits bahwa nabi bersabda :“barangsiapa tidur dalam keadaan berwudhu ,maka apabila mati disaat tidur maka matinya dalam keadaan syahid disisi allah.
Maksudnya orang yang berwudhu sebelum tidur akan memperoleh posisi yang tinggi disisi Allah.

Manfaat Wudhu Sebelum Tidur

Pertama, merilekskan otot-otot sebelum beristirahat. Mungkin tidak terlalu banyak penjelasan. Bisa dibuktikan dalam ilmu kedokteran bahwa percikan air yang dikarenakan umat muslim melakukan wudhu itu merupakan suatu metode atau cara mengendorkan otot-otot yang kaku karna lelahnya dalam beraktifitas. Sangat diambil dampak positifnya bahwa jika seseorang itu telah melakukan wudhu, maka pikiran kita akan terasa rileks. Badan tidak akan terasa capek.

Kedua, mencerahkan kulit wajah. Wudhu dapat mencerahkan kulit wajah karena kinerja wudhu ini menghilangkan noda yang membandel dalam kulit. Kotoran-kotoran yang menempel pada kulit wajah kita akan senantiasa hilang dan tentunya wajah kita menjadi cerah dan bersih.

Ketiga, didoakan malaikat. Dalam sabda Beliau yang disinggung pada bagian atas, malaikat akan senantiasa memberikan do’a perlindungan kepada umat muslim yang senantiasa wudhu sebelum tidur. Padahal malaikat adalah makhluk yang senantiasa berdzikir kepada Allah. niscaya do’anya akan senantiasa dikabulkan pula oleh Allah. Oleh karena itu, senantiasa berwudhu itu adalah hal yang wajib kita lakukan.

Mudah2n bermanfaat. :)

Kata Mereka, Ini Undangan Unik

Kata Mereka, Ini Undangan Unik

Catatan Ubay KPI

Saat saya menyebarkan undangan pesta pernikahan saya, beberapa kawan yang menerima undangan mengatakan design undangan pernikahan sagak unik. Seketika, saya jawab biasa saja. Pikiran saya, barang kali masih sangat langka, terutama di Kota Pontianak bila pada undangan menyertakan sebuah foto karikatur.
Umumnya, pada undangan yang sering saya terima biasa menggunakan foto preewed asli wajah mereka. Meskipun ada variasi, hanya pada pose dan latar belakang foto saja.
Namun tidak dengan foto yang sertakan pada undangan. Saya lebih memilih foto karikatur yang dibuat oleh Joko, rekan wartawan saya yang bekerja di Tribun Pontianak.
Seperti anda lihat di atas, tampilan asli pada foto hanya wajah saja, sedangkan lainnya merupakan karikatur buatan. Awalnya saya ragu membuat karikatur berdasarkan etnis, namun setelah dipikir-pikir. Hal itu sangatlah tidak masalah. Saya mengaca pada umumnya sebuah undangan, kadang menggunakan pakaian khas daerah, sebut saja seperti Jawa.
Sedikit menjelaskan, dalam foto tersebut, saya sepenuhnya menggunakan pakaian khas Madura. Karena saya emang asli Madura. Sedangkan istri saya, berpakaian khas Tionghoa.
Keputusan saya menyandingkan dua khas tersebut sangat beralasan, karena istri saya dari bapak memang asli Tionghoa, meskipun sejak kecil ia hidup bersama warga Madura (diangkat anak).
Alasan lain, ingin menonjolkan kepada keluarga sekaligus mengingatkan kepada anak-anak saya nantinya, untuk tidak melupakan bahwa nenek moyang dari kakeknya adalah asli Tionghoa. Meskipun keluarga kakeknya tak satu pun dijumpai sampai saat ini.
Awalnya saya ragu-ragu membuat design undangan menyertakan foto tersebut. Namun setelah dikomunikasikan dengan istri, ia menerima. Terlebih, undangan tersebut saya design dan cetak sendiri untuk mengirit biaya. Dengan mengandalkan photoshop yang diketahui sangat dasar, saya design undangan tersebut seminimalis mungkin.
Hasilnya, sedikit memuaskan seukuran undangan kertas satu lembar.
Awalnya juga, saya tak yakin kawan-kawan akan menilai undangan tersebut unik. Namun, beberapa hari kemudian, banyak sekali kawan-kawan mengatakan kalau undangan yang saya buat benar-benar unik, langka, dan merupakan inovasi baru di Pontianak. Dikatakan inovasi baru, lantaran sangat jarang di Pontianak menggunakan foto karikatur dan berlatar perpaduan etnik.
Nah, kawan-kawan dapat bisa sepuasnya mendesign undangan seunik mungkin sesuai hati dan kemampuan ekonomi. Cukup pandai photoshop dan printer saja, hal unik tersebut dapat kawan-kawan dapatkan.
Demikian goresan singkat Catatan Anak Desa kali ini, nantikan goresan dan cerita lain selanjutnya.

Tampilan muka dan bagian dalam

Tampilan dalam setelah dilipat

Tampilan keseluruhan bagian 2

Tampilan luar di belakang karikatur

Monday, 2 December 2013

Si Dia Ngajak Ketemuan, Semoga Tak Kena Omel

Janjian yang Mencemaskan

Catatan Ubay KPI

kring kring kring. Jam 19.42 hape Nokia kecil saya berbunyi. Berisi sebuah pesan dari orang yang saya kasi nama Nyasar.
"ass. bay di mana posisi?" demikian isi pesannya.
Langsung saya jawab "lagi di rumah pak".
Kemudian SMS berlanjut soal kandungan istri yang juga calon anak saya. Setelah menerima pesan selanjutnya ternyata SMS itu hanya basa-basi. Sebab kemudian Nyasar ngajak ketemuan. 
Sontak saya kaget banget. Tumben banget neh orang ngajak ketemuan. Karena kangen, tak mungkin banget.
Saya masih menerka apa tujuan ngajak katemuan. Bagaimana tidak saya kaget diajak ketemuan orang yang satu ini. Neh orang bukan sembarang di mata saya. Neh orang punya jasa besar hingga menjadi orang.
Bingung, takut, dan terus menerka. Ada perlu apa ngajak ketemuan?
Sejak membaca SMS dia yang ngajak ketemuan, saya ingat bagaimana keadaan perkuliahan. Sejak semester 4 saya sering bolos murokkab (tersusun) alias berkali-kali lipta bolos. Takutnya neh orang mau bicarakan soal kuliah. Yang endingnya membuat telinga merah dan mata pun ikut merah. Mata merah bukan karena ngantuk, tapi karena tak kuat menahan malu dan segan.
SMS pun berlanjut. Saya pancing ketemuan dimana dan jam berapa. Kemudian dibalasnya Jam makan sianglah. kalau masih ada file foto ..... vs ..... dibawa ya" balas SMS dia. (dua kata disensor).
Hmmmm, agak tenang jadinya. Berarti ngajak janji ada keperluan bukan hanya soal mau ngomel atau interogasi keburukan saya dalam kuliah.Enak tenang, ngajak janjiannya makan siang dan sharing. Tapi, tapi neh. Jangan kira neh orang cuma ada perlu soal file foto. Kadang, biasanya, dan selalu terjadi saat ketemu. Pasti nenh orang nanya soal kuliah. 
Hmmm, pokok soal kuliah pasti kena tanya. Tapi, yang penting makan siang, bukan fokus soal integogasi. Selesai!!!!!
Masalah nanti tanya soal kuliah. Siap-siap jawab aja dan merubah wajah seperti tak berdosa. Ahay.
Besok siang, siap bertemu denganmu sobat.  Kkkkkkkkkkkkkkkkkkk

Warung Internet
Jalan 28 Oktober, Kota Pontianak
Senin, 2 Desember 2013. Pukul 20.35

Thursday, 28 November 2013

Ingat, Bekal Wartawan Tak Hanya Ilmu

Ingat, Bekal Wartawan Tak Hanya Ilmu

Catatan Ubay KPI

Sudah lama sekali rasanya saya tak menulis soal penglaman jurnalistik. Kesibukan sehari-hari dan terlalu banyak membuang waktu tanpa manfaat, adalah alasan dari kekosongan jemari ini membuat catatan.
Kali ini kawan-kawan, saya kembali akan berbagi penglaman soal jurnalistik. Terutama bagi kawan-kawan yang baru masuk dunia jurnalistik atau baru akan memulai, dan atau ingin masuk ke dunia jurnalistik.
Di awal saya turun ke lapangan untuk menghimpun bahan yang akan dijadikan berita. Hanya sekelumit, atau bahkan tidak ada sama sekali mungkin trik dan teori yang sama miliki untuk menulis berita. Jangankan cara bagaimana menulis berita yang baik. Dasar menulis berita saja masih belum saya pelajari di kampus. Waktu itu saya baru semester awal, bahkan masih sangat awal. Karena tulisan pertama saya yang terbit di Borneo Metro tentang olahraga, terbit tak lama ketika saya mid semester satu di kampus.
Bisa dikatakan, berbekal ID card calon anggota baru LPM STAIN Pontianak. Saya menerobos GOR Pangsuma Pontianak. GOR terbesar yang ada di Kalbar. Berbekal ID card itu, saya memberanikan diri masuk untuk menulis berita olahraga. Waktu itu sedang ada pertandingan bola voli yang dilaksanakan oleh salah satu fakultas di Univesitas Tanjungpura.
Dengan  rasa malu, saya masuk berkenalan dengan panitia dengan maksud mencari informasi soal event tersebut. Sebelum masuk, saya masih cukup lama berdiam diri di luar GOR. Malu dan takut ditolak, namun bermodal nekad dan berani, ternyata kehadiran saya disambut hangat oleh panitia.
Hasil dari wawancara di GOR tersebut kemudian saya tulis untuk memenuhi tugas LPM yang tenga tahap penyeleksian. Saya tidak tahu, apakah kaidah jurnalistik sudah saya penuhi dalam tulisan saya. Waktu itu, yang ada dalam benak saya adalah menjadi anggota LPM dan menulis. Itu saja.
Selain isu olahraga, kadang saya juga belajar menulis tentang isu lainnya. Dalam belajar menulis berita, saya lebih banyak belajar pada otodidak. Saya katakan otodidak lantaran saya banyak menyontoh berita-berita yang telah terbit di Koran local. Saya meng-kliping berita dari Koran-koran.
Tumpukan kliping Koran dari berbagai tegmen seperti pemerintaha, politik, olahraga, dan lainnya saya staples dan selalu saya bawa. Kliping itu selalu saya masukkan ke dalam tas saat akan berangkat kuliah.
Dari kliping itu saya coba menerka bagaimana menulis berita. Sembari memadukan dengan teori yang say abaca dibuku.
So, berani adalah modal pertama saya selain secuil pengetahuan saya tentang jurnalistik saat akan masuk ke dunia jurnalisme.
Kedua, adalah kemauan. Dari kemauan akan muncul keinginan yang mendobrak rasa malu untuk bertemu orang lain (baca; narasumber). Mungkin rasa malu ini dirasakan oleh siapa saja yang baru masuk ke dalam jurnalistik. Dari beberapa rekan yang baru bergabung ke jurnalistik, menuturkan ada rasa malu saat akan memulai pembicaraan. Namun, dengan keberanian dan kemauan. Hal itu akan terlewatkan.
Jadi, jangan hanya karena tahu teori menulis berita dan tahu teori wawancara sudah mau mendongakkan kepala. Ingat, belajar teori itu lebih mudah ketimbang praktik. Meskipun sudah tahu bagiamana cara dan trik wawancara,  namun di lapangan anda akan menemukan perbedaan dari apa yang anda pelajari.
Ketiga, perlu kawan-kawan lakukan adalah bergaul dengan wartawan yang telah lebih dulu di lapangan. Anda jangan sampai menjauh dari lingkaran mereka, sebab keuntungan besar bersama mereka selain akan mendapat informasi lebih mudah, dari mereka nantinya akan belajar bagaimana memulai atau mengawali sebuah wawancara.
So pasti, tentunya mereka sudah kenal dengan siapa yang akan diwawancara. Atau pun kalau tidak kenal, namun mereka sudah punya trik lapangan bagaimana membuat suasana keakraban. Yah, itulah ilmu pengalaman.
Mungkin sampai di sini dulu catatan kecil saya, selanjutnya nanti akan saya lanjutkan bekal wartawan sebagaimana menurut para ahli.

Di Tempat Tidur Sederhana
Sembari Mendampingi Istri yang Terlelap

Kamis, 28 November 2013. Pukul 23.53

Calon Anakku Usia 4 Bulan

Calon Anakku Usia 4 Bulan

Catatan Ubay KPI

Seperti masyarakat pada umumnya, setiap usia kandungan calon bayi berusia 4 bulan dalam rahim, maka dilakukan selamatan meski sederhana.
Bertepatan dengan hari Minggu, 29 September 2013. Usia kandungan istri tercinta telah genap 4 bulan. Saya bersama istri sebelum menyambut bahagia akan usia kandungan yang semakin tua. Bukan hanya karena akan segera menjadi mama dan papa dari calon anak. Namun, selematan kecil-kecilan tersebut juga sebagai ajang silatuhmi bersama tetangga terdekat.
Maklum saja, bersamaan dengan usia kandungan empat bulan. Saya bersama istri kurang lebih empat bulan juga menempati rumah baru. Tentunya harus beradaptasi dengan lingkungan sekitar. Selamatan kandungan tersebut saya jadikan pula sebagai tempat mengenal masyarakat di sekitar rumah.
Dengan acara selamatan empat bulanan tersebut, saya mengundang para tetangga ke rumah. Juga para keluarga dari kampong. Ada rasa kebersamaan yang hangat saat bisa berkumpul dengan tetangga dan keluarga. Asyik sekali rasanya.
Sebelum melaksanakan acara tersebut, saya tak lupa merundingkan bersama istri soal waktu pelaksanaan selamatan. Karena sama-sama bekerja, dan istri hanya punya waktu libur hari Minggu. Akhirnya sepakat melaksanakan selamatan pada hari Minggu. Hanya saja, saat itu saya masih sempat bekerja melaksanakan kewajiban di kantor. Namun, sekitar pukul 2 siang saya sudah ada di rumah melakukan segala sesuatu yang dibutuhkan.
Sejak siang, ternyata satu persatu saudara saya dari kampong datang ke rumah. Ada yang bertepatan saat saya ada di rumah, namun ada juga saat  saya sedang keluar.
Namun, istri satu hari tersebut stand by di rumah.  Sambil membantu memasak dan menemui saudara-saudara saya yang juga iparnya saat datang.
Rasa syukur saya seakan tiada henti bila merasakan bahwa dalam 5 bulan lagi saya akan menjadi seorang ayah. Meski masih belum tahu jenis kelaminnya seperti apa, namun kebahagian ini sangat terasa dengan telah adanya si calon bayi.
Di saat istri hamil tersebut pula, saya punya cerita yang mungkin berguna bagi kawan-kawan yang sedang membaca. Sejak mengetahui istri hamil dan khususnya menjelang 4 bulan, saya tak lagi keluyuran malam seperti sebelum-sebelumnya.
Keluyuran malam maksudnya, tak ada lagi aktifitas saya di warung kopi di malam hari. Padahal, pada awal menikah saya masih sangat rajin di warkop, kadang sampai jam 11 atau 12 malam hanya nongkrong dan online di warkop. Namun sejak kandungan istri semakin berusia, saya memutuskan untuk banyak bersamanya setiap malam. Terlebih, pada waktu siang kami sama-sama kerja, saya pulang tak tentu jam, sedang istri pulang jam 6 petang.
Saya memilih keluar malam hanya kalau ada keperluan penting bersama kawan. Yang memang memutuskan saya untuk keluar. Atau sedang ada liputan malam, atau juga kalau ada pertandingan sepakbola.
Untuk nonton sepakbola, ini sangat jarang. Saya baru nonton bareng sepakbola di luar (warkop) kalau Mancester City yang main saja. Sedang lainnya, tidak terlalu tertarik.
Keputusan nonton di luar bukan karena ketertarikan saya nobar, namun juga lantaran televise di rumah juga sedang rusak. Hehehehe.
Sejak usia 4 bulan itu, sejak itulah saya jarang sekali keluar rumah di malam hari. Ada rasa sayang saat akan meninggalkannya sendiri di rumah.  Kasihan kalau istri harus termangu sendiri. Maklum saja, eminggu setelah pesta pernikahan, saya langsung pindah rumah memutuskan tinggal berdua. Alasannya simple, ingin menikmati bagaimana indahnya berkeluarga.
Buat calon anakku, semoga kamu kuat di rahim mama sampai masa  engkau dilahirkan ke bumi ini. Jadilah anak yang berbakti pada orang tua, bangsa dan agama. Takut pada Tuhannya serta tiada henti mencari ilmu Allah dan mengamalkannya.

Bersama Istri Tercinta
Di Ranjang Kamar yang Sempit

Kamis, 28 November 2013.  Pukul 21.31

Wednesday, 27 November 2013

Kapan Saya Ikut JS?

Kapan Saya Ikut JS?

Catatan Ubay KPI

Je Es, atau JS. Sebuah singkatan kursus kepenulisan yang dilaksanakan Yayasan Pantau. JS kepanjangan dari Jurnalisme Sastrawi. Pelatihan ini ada sejak tahun 2001 dengan pembimbing orang-orang yang pandai dipenulisan panjang. Di luar negeri pelatihan ini lebih dikenal dengan naratif reporting.
Saya tahu program ini sejak beberapa tahun lalu dari senior di kantor tempat saya bekerja. Ia merupakan satu dari beberapa alumnus JS di Pontianak. Beberapa alumni JS yang saya kenal di Pontianak seperti Nur Iskandar, Subro, dan QomaruzZaman.
Beberapa senior seperti Subro dan Izam, sering dan mengharapkan saya untuk mengikuti pelatihan ini. Beberapa bulan lalu, saya sempat mau ikut pelatihan ini. Namun gagal lantaran waktu itu mepet dengan acara pernikahan saya. Harapan ikut JS di tahun 2013 pupus. 2013 sebagaimana yang saya harapkan sebelumnya bisa ikut JS, harus gigit jari.
Nah, Senin (25/11) dini hari. Saya menyempatkan online di kamar kerja meski mata sudah sangat ngantuk. Maklum, modem di rumah hanya bisa digunakan jam 00.01 ke atas. Dengan mata yang sayu dan koneksi internet seadanya, saya masih buka email untuk mengirim berkas undangan Pra Kongres Forkomnas KPI dan Undangan Olimpiade KPI 2013 ke kawan-kawan KPI yang belum dapat undangan.

Setelah tugas organisasi mengirimkan undangan via email selesai. Saya teringat soal “jilbab hitam” yang sempat menyerang Tempo dan sedikit menyerempet nama Mas Andreas Harsono. Saya coba searching di mbah google tentang perkembangan isu tersebut. Ternyata, informasinya sama dengan yang say abaca hari sebelumnya.
Saya inisiatif masuk ke blog Mas Andreas. Mungkin saja ada tulisan terbaru Mas AHA (demikian biasa kawan-kawan memanggil Mas Andreas) tentang kerudung hitam ini. Di postingan paling atas blog andreasharsono.net ternyata masih belum ada tulisan terbaru.
Terperangaknya saya sehingga membuat pikiran tak lagi memikirkan “jilbab hitam” ketika saya membuka blog archive Mas AHA. Di postingan pertama bulan Oktober, ada sebuah judul Junalisme Sastrawi XXII. Saya klik judul tersebut, dan isinya?
Bukan soal lain, melainkan tulisan dalam judul tersebut sebuah pengumuman bahwa Yayasan Pantau kembali mengadakan pelatihan jurnalisme sastrawi. Sebuah pelatihan yang sangat saya harapkan kembali diadakan. Senang sekali ketika saya membaca paragraph awal. Dengan sebuah harapan saya dapat mengikuti pelatihan 2 minggu ini. Meskipun biayanya terbilang tinggi dengan seukuran saya.
Sejak kenal JS langsung saya masukkan dalam target besar saya. Masuk dalam catatan kegiatan yang harus saya ikuti. Kapan pun itu dan berapa pun biayanya.
Hanya saja, kegembiraan pada informasi yang say abaca tersebut sontak membuat saya melepas napas kuat-kuat, dan mneggiring tangan saya ke dahi. Ketika, saya membaca JS akan dilaksanakan bulan Januari 2014.
Lesu, lemah, dan kurang bersemangat jadinya mau ikut JS pada kesempatan terdekat ini. Pikiran saya langsung mengarah ke istri yang sedang tidur di kamar. Bukan kasian karena akan meninggalkan dia dalam 2 minggu, tapi lebih kepada usia kandungannya.
Saat ini, usia kandungan sudah 6 bulan. Pada Maret nanti usia kandungan calon bayi pas 9 bulan. Tentu menjadi pemikiran  besar bagi saya. Terutama biaya persalinan. Bagaimana caranya? Itulah pertanyaan besar saya dalam hati. Ikut JS dengan catatan menggunakan uang yang ada. Namun ada kekhawatiran dalam diri, apakah saya mampu mencukupi kebutuhan setelah Januari nanti sampai Maret? Sungguh menjadi pertimbangan besar.
Terlebih lagi, di akhir Desember nanti saya masih ada agenda ke Purwokerto acara Forkomnas KPI. Sedangkan, waktu senggangnya cukup lama dari kegiatan di Purwokerto ke JS. Otomatis saya harus pulang dulu ke Pontianak.
Sampai dengan saat ini, saya masih belum ada keputusan antara ikut atau tidak di pelatihan Jurnalisme Sastrawi ke-22. Keputusan tersebut menjadi pertimbangan besar. PR bagi saya sebelum kuota peserta JS terpenuhi.
Soal JS Januari mendatang, saya juga sempat sharing dengan alumni JS, yakni Subro. Sebuah masukan darinya untuk saya. Adalah menyuruh saya untuk ikut. Menjawab alasan saya tentang financial, Subro hanya menjwab pendek, jangan mengatur rezeki, sebab rezeki sudah ada yang mengatur. Dan uang tidak mencetak sendiri, tapi sudah ada yang mencetakkan.
Sebuah alasan yang cukup bagi saya. Cukup untuk kembali memikirkan dan member keputusan. Secara logika, alasan Subro sangat tepat. Namun, tidak tepatnya bagi saya adalah mepetnya waktu tersebut.
JS ada di antara acara Forkomnas KPI dan persalinan. Sedangkan saya, harus tetap menunaikan keharusan saya sebagai jurnalis yang setiap hari harus punya setoran ke redaksi.
Cukup pelik untuk memberi keputusan. Tapi JS, adalah mimpi. Ikut JS harus saya wujudkan sebelum JS tutup. Wallahu a’lam. Semoga JS bersama saya, kapan pun dan semoga dalam waktu yang terdekat.

Pojok Warung Kopi Jalan 28 Oktober
Rabu, 27 Desember 2013, Pukul 20.26  


Wednesday, 23 October 2013

Telok Belanga dan Baju Kurung sebagai Identitas Orang Pontianak

IDENTITAS PONTIANAK
Di sisi budaya ditandai dengan pakaian khas, yakni telong belanga dan baju kurung.
Tampak dalam peringatan hari jadi Kota Pontianak ke-242, anak-anak yang ikut dalam upacara turut mengenakan pakaian khas Melayu. FOTO: Jemi Ibrahim

Telok Belanga dan Baju Kurung sebagai Identitas Orang Pontianak

Pagi, Rabu (23/10), ruas Jalan Rahadi Usman atau tepatnya di depan Kantor Walikota Pontianak, tiba-tiba dipadati orang-orang berpakaian adat melayu, pakaian telok belanga dikenakan kaum pria, sedangkan wanita mengenakan baju kurung.
Mereka mengenakan pakaian itu bukan karena ada yang menggelar prosesi pernikahan maupun festival budaya, tetapi untuk mengikuti upacara sebagai puncak peringatan Hari Jadi (harjad) Kota Pontianak ke 242.
Tradisi ini sudah menjadi agenda rutin yang digelar Pemerintah Kota (Pemkot) Pontianak untuk melestarikan dan menanamkan kecintaan terhadap adat budaya yang dimiliki terutama budaya melayu. Selain itu sebagai penghormatan kepada pendiri Kota Pontianak yang didirikan 23 Oktober 1771 silam.
Bahkan Walikota Pontianak, Sutarmidji menginstruksikan seluruh jajarannya untuk mengenakan pakaian telok belanga dan baju kurung sebagaimana yang tertuang dalam Instruksi Walikota Pontianak Nomor 2/Pem/2013 tanggal 3 Oktober 2013 tentang pemakaian pakaian adat khas Melayu Pontianak pada Hari Jadi Kota Pontianak ke 242 tanggal 23 Oktober 2013. “Pontianak sudah dihebohkan dengan hampir semua orang mencari telok belanga dan baju kurung. Makanya saya ingatkan, sebagai orang Pontianak yang laki-laki minimal punya satu baju telok belanga dan yang perempuan punya satu baju kurung,” ujarnya yang disambut tepuk tangan oleh peserta upacara Harjad Kota Pontianak ke 242.
Wajar saja, beberapa hari belakangan hampir semua tempat penyewaan pakaian adat diserbu masyarakat. Mereka mencari pakaian telok belanga dan baju kurung untuk dikenakan pada peringatan Harjad Kota Pontianak ke 242. “Dari sini kelihatan yang mana pakaiannya sewa, yang mana milik sendiri,” candanya dan disambut gelak tawa peserta upacara.
Sejatinya, pakaian telok belanga ini dilengkapi tanjak (penutu kepala berbentuk segitiga, red.). Untuk itu, Midji mengingatkan supaya tahun depan bagi kaum pria selain mengenakan telok belanga juga dilengkapi tanjak. “Tunjukkan identitas kita dan lebih baik lagi memaknai pakaian yang dikenakan,” ucapnya. (*)


Friday, 27 September 2013

Dibekukan, Karapan Sapi "Rekeng" Tetap Akan Digelar

Dibekukan, Karapan Sapi "Rekeng" Tetap Akan Digelar

Penulis :
Kontributor Pamekasan, Taufiqurrahman
Selasa, 24 September 2013 | 15:04 WIB

PAMEKASAN, KOMPAS.com - Paguyuban pemilik sapi karapan Madura yang tergabung dalam Jet Matic Foundation (JMF), bersikukuh akan tetap menggelar karapan sapi Piala Presiden, meskipun Gubernur Jawa Timur, Soekarwo sudah membekukannya. Karapan sapi dibekukan Gubernur Jatim karena event ini terbagi menjadi dua kubu, yaitu karapan sapi sistem kekerasan (rekeng) dan karapan sapi tanpa kekerasan (pakopak). 

Ketua JMF, Mohammad Zahid saat dihubungi
 Kompas.com, Selasa (24/9/2013) mengatakan, seluruh pemilik sapi karapan (pangerap) sudah sepakat akan menggelar karapan sapi polarekeng. Apalagi saat ini, seleksi karapan sapi di masing-masing kecamatan sudah berlangsung dan tinggal menunggu seleksi di tingkat kabupaten. 

"Yang jelas paguyuban
 pangerap akan menyelenggarakan sendiri walaupun Gubernur Jatim membekukannya," kata Moh Zahid. 

Pada tahun 2012 lalu, Badan Koordinasi Wilayah (Bakorwil) IV Pamekasan sebagai penyelenggara karapan sapi juga sudah tidak menyelenggarakan karapan sapi tanpa kekerasan. Paguyuban karapan sapi menyelenggarakan sendiri dengan mempertahankan pola
 rekeng dan pesertanya banyak, karena sudah berdasarkan seleksi di masing-masing kecamatan. Sementara karapan sapi pola pakopak, diselenggarakan di Bangkalan dan pesertanya sembarangan, tidak berdasarkan seleksi. 

"Sebaiknya pemerintah tidak perlu mengatur soal kebudayaan karapan sapi. Biarkan masyarakat yang menyelenggarkan sendiri agar kebudayaan itu tetap bertahan sesuai dengan keinginan masyarakatnya," ungkap Syahid.
 

Lebih lanjut Syahid mengatakan, kalau pemerintah akan mengatur soal karapan sapi, maka segala biaya yang dikeluarkan oleh
 pangerap harus disubsidi. Mulai dari jamu, perawatan sapi, biaya operasional selama seleksi di tingkat kecamatan sampai tingkat kabupaten, hingga se-Madura. 

"Selama ini pemerintah hanya bicara soal karapan yang harus begini dan harus begitu. Sementara pemerintah tidak pernah memberikan subsidi. Ini kan lucu," tandasnya.
 

Selain itu, kalau Gubernur Jawa Timur atau Presiden sekalipun akan mengatur soal karapan sapi, jangan hanya mendengarkan dari Bakorwil IV Pamekasan. Tetapi turun langsung, meninjau langsung dan berdialog langsung dengan
 pangerap. Dengan demikian, ketika hendak membuat kebijakan, tahu langsung kondisinya.
Editor : Farid Assifa


"Ngotot" Pakai Kekerasan, Karapan Sapi Piala Presiden Dibekukan

"Ngotot" Pakai Kekerasan, Karapan Sapi Piala Presiden Dibekukan

Penulis :
Kontributor Pamekasan, Taufiqurrahman
Senin, 23 September 2013 | 21:51 WIB

PAMEKASAN, KOMPAS.com — Kejuaraan karapan sapi Piala Presiden tahun ini dipastikan tidak akan digelar di Madura. Hal itu menyusul tarik ulur antara pemilik sapi karapan (pangerap) yang menginginkan karapan sapi menerapakan sistem kekerasan (rekeng) dan sistem tanpa kekerasan (pakopak). 

Gubernur Jawa Timur Soekarwo sudah membekukan Karapan Sapi Piala Presiden tahun ini. Hal itu ditegaskan Sekretaris Badan Koordinasi Wilayah (Bakorwil) IV Pamekasan, Budiono, Senin (23/9/2013). Budiono kepada
 Kompas.com mengatakan, Gubernur Jatim sudah menyatakan tidak akan menggelar karapan sapi jika tetap menggunakan sistem rekeng. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) sudah menginstruksikan kepada Gubernur Jatim bahwa pelaksanaan Karapan Sapi Piala Presiden harus tanpa kekerasan. 

"Karena
 pangerap tetap menginginkan sistem kekerasan, akhirnya tahun ini dibekukan dulu," katanya. 

Sampai kapan Karapan Sapi Piala Presiden akan dibekukan? Budiono tidak memberikan kepastian waktu. Namun, selama sistem kekerasan dalam karapan sapi tetap dipertahankan, maka Piala Presiden tetap tidak akan pernah digelar di Madura sampai kapan pun. Kalaupun ada bupati di Madura yang akan menyelenggarakan kejuaraan karapan sapi, Bakorwil Pamekasan tidak ingin ikut campur.
 

"Kalau ada kejuaraan karapan sapi di Madura menggunakan nama Piala Presiden, itu tidak dibenarkan sebab Karapan Sapi Piala Presiden tetap akan digelar tanpa kekerasan," tandasnya.
 

Bakorwil sendiri, kata Budiono, sudah diamanatkan oleh Gubernur Jawa Timur untuk mengajak damai pihak-pihak yang bertikai dalam karapan sapi. Ketika pihak-pihak yang sudah bertikai itu sepakat bahwa karapan sapi tanpa kekerasan, Piala Presiden akan digelar. Patung piala karapan sapi berlapis emas yang akan diperebutkan dalam Piala Presiden akan disimpan di rumah dinas Gubernur Jatim sampai batas waktu yang tidak ditentukan.
Editor : Farid Assifa


Gubernur Jatim Dianggap Cederai Budaya Madura

Gubernur Jatim Dianggap Cederai Budaya Madura

Penulis :
Kontributor Pamekasan, Taufiqurrahman
Jumat, 27 September 2013 | 11:20 WIB

BANGKALAN, KOMPAS.com — Keputusan Gubernur Jawa Timur Soekarwo untuk membekukan ajang karapan sapi Piala Presiden tahun ini menimbulkan kekecewaan pemilik sapi karapan (pangerap) di Kabupaten Bangkalan. 

Mereka menilai terjadinya dualisme sistem karapan sapi, yakni sistem kekerasan (rekeng) dengan sistem tanpa kekerasan (pakopak), tidak tepat untuk dijadikan alasan membekukan kegiatan yang sudah menjadi tradisi masyarakat Madura itu.

Muhammad Mahfud, salah satu pangerap asal Bangkalan, mengaku, tradisi karapan sapi sudah mendarah daging bagi warga Madura. Tradisi yang digelar setelah panen tembakau itu merupakan tradisi turun temurun, dan belum pernah ada dalam sejarah karapan sapi dibekukan.
 

“Jujur kami kecewa dengan pembekuan ini, karapan sapi ini kan budaya yang telah turun temurun, dan Madura sudah terkenal dengan budaya itu. Kalaulah ada dualisme sistem yang terjadi akhir-akhir ini, hal itu sebetulnya tidak patut dijadikan alasan penghentian atau pembekuan gelaran karapan sapi ini,” ujarnya dengan nada kecewa, Jumat (27/9/2013).
 

Menurut pandangan Mahfud, pemerintah seharusnya bisa mengantisipasi sejumlah pertentangan yang terjadi sejak jauh-jauh hari. “Keputusan Gubernur Jatim sudah mencederai budaya lokal masyarakat Madura,” tandasnya.
 

Mahfud sendiri menyatakan siap mengikuti ketentuan yang akan diberlakukan pemerintah terkait dengan karapan sapi. Baik itu sistem rekeng maupun pakopak. Namun, jangan sampai Gubernur Jatim menghentikan budaya karapan sapi. Jika pemerintah bijaksana menyikapi persoalan karapan, maka tidak perlu ada pembekuan.
 

Sebelumnya, Badan Koordinasi Wilayah (Bakorwil) IV Pamekasan, Jawa Timur, yang ditugaskan menyelenggarakan karapan sapi Piala Presiden menyatakan bahwa Gubernur Jatim sudah menghentikan sementara karapan sapi. Hal itu karena terjadinya perselisihan pangerap, baik yang setuju sistem rekeng ataupun sistem pakopak.
 

Karapan sapi akan kembali digelar jika sudah tidak terjadi perselisihan di kedua pihak. "Belum tahu sampai kapan pembekuan karapan sapi akan dicabut oleh Gubernur Jatim. Namun jika sudah tidak ada perselisihan, karapan sapi akan digelar kembali," kata Budiono, Sekretaris Bakorwil IV Pamekasan.
Editor : Kistyarini


Bupati se-Madura Dukung Karapan Sapi Tanpa Kekerasan

Bupati se-Madura Dukung Karapan Sapi Tanpa Kekerasan

Penulis :
Kontributor Pamekasan, Taufiqurrahman
Jumat, 27 September 2013 | 16:32 WIB

PAMEKASAN, KOMPAS.com - Tarik ulur antara karapan sapi sistem kekerasan (rekeng) dengan karapan sapi sistem tanpa kekerasan (pakopak) pada kejuaraan Piala Presiden tahun ini, mulai menemui titik terang. Gubernur Jawa Timur bersama Bupati se-Madura sudah sepakat bahwa pelaksanaan karapan sapi Piala Presiden tahun dilaksanakan tanpa kekerasan (pakopak). 

Bupati Pamekasan, Achmad Syafii mengatakan, pelaksanaan karapan sapi memang selayaknya tanpa kekerasan. Hal itu sudah menjadi kesepakatan bersama bupati se-Madura. Namun pelaksanaan karapan sapi
 pakopak harus mendapat dukungan dari semua pihak, meskipun ada sebagian aspirasi dari pemilik sapi karapan (pangerap) yang masih menginginkan sistemrekeng. 

"Butuh komunikasi dan waktu untuk menerapkan secara utuh karapan sapi
 pakopak agar tidak terjadi pertentangan dari masyarakat, utamanya yang masih menginginkan karapan sapi sistemrekeng," kata Syafii, Jumat (27/9/2013). 

Bupati Sampang, Fannan Hasib saat dihubungi
 Kompas.com mengaku, juga sudah menyepakati karapan sapi pakopak. Bahkan dirinya sudah diminta untuk mengirimkan enam pasang sapi karapan untuk diadu di kejuaraan Piala Presiden Oktober mendatang.   

"Tidak ada pembekuan karapan sapi tahun ini, sebab semua bupati se-Madura sepakat karapan sapi sistem
 pakopak dengan dukungan dari Pemerintah Provinsi Jawa Timur," ungkap Fannan. 

Sampai berita ini ditulis,
 Kompas.com belum mendapatkan konfirmasi dari Badan Koordinasi Wilayah (Bakorwil) IV Pamekasan, selaku penyelengggaran karapan sapi Piala Presiden, tentang tanggal pelaksanaan karapan sapi sistem pakopak. Sekretaris Bakorwil IV Pamekasan Budiono mengaku, tidak tahu terkait kesepakatan bupati se-Madura dengan Gubernur Jawa Timur, tentang pelaksanaan karapan sapi Piala Presiden menggunakan sistem pakopak. 

Sementara itu, empat kabupaten di Madura sudah selesai menyelenggarakan seleksi karapan sapi sistem
 rekeng. Bahkan menurut rencana, seleksi tingkat Kabupaten Pamekasan akan dilaksanakan pada tanggal 6 Oktober mendatang di Stadion R Soenarto Hadiwidjojo, Pamekasan. Untuk seleksi karapan sapi sistem pakopak, belum ada tanda-tanda pelaksanaan. 

Namun, berdasarkan penyelenggaraan karapan sapi sistem
 pakopak tahun 2012 lalu, pesertanya hanya utusan per kabupaten di Madura. Tidak ada seleksi ketat mulai dari tingkat kecamatan, tingkat kabupaten hingga pada puncaknya memperebutkan piala Presiden Republik Indonesia, seperti yang dilaksanakan dalam karapan sapi sistem rekeng.
Editor : Farid Assifa


Ditentang, Karapan Sapi dengan Kekerasan Tetap Berlanjut

Ditentang, Karapan Sapi dengan Kekerasan Tetap Berlanjut


Penulis : Kontributor Pamekasan, Taufiqurrahman
Minggu, 22 September 2013 I 17.12

PAMEKASAN, KOMPAS.com - Walaupun mendapat tentangan dari Badan Koordinasi Wilayah Madura (Bakorwil) IV Madura, pelaksanaan seleksi karapan sapi dengan sistem kekerasan (rekeng) Piala Presiden di Kabupaten Pamekasan, terus berlangsung. Hari ini, Minggu (22/9/2013) digelar seleksi peserta untuk tiga kecamatan, yakni Kecamatan Kota Pamekasan, Tlanakan dan Kecamatan Proppo. Seleksi dilaksanakan di Stadion R. Soenarto Hadiwodjojo, Pamekasan.

Ada 60 peserta yang terlibat dalam seleksi kali ini. Masing-masing 20 pasang sapi dari tiga kecamatan. Mereka akan diseleksi untuk memperebutkan posisi tiga terbaik dan akan bersaing pada seleksi tingkat kabupaten, 6 Oktober mendatang. Seleksi ini berdasarkan tiga kategori, yakni campuran, sapi besar dan sapi kecil.

Muhammad Sahri, panitia seleksi karapan sapi mengatakan, sistem rekeng yang dilaksanakan di tiga kecamatan dan sepuluh kecamatan lainnya, merupakan kesepakatan para pemilik sapi karapan (pangerap). Usulan pelaksanaan karapan sapi sistem tanpa kekerasan (pakopak) yang diajukan oleh Bakorwil IV Pamekasan, sangat tidak memungkinkan untuk dilaksanakan tahun ini.

"Jangan paksa kami untuk melaksanakan karapan sapi sesuai dengan keinginan pemerintah, sebab untuk mengubahnya butuh waktu," kata Sahri.

Dijelaskan Sahri, walaupun Bakorwil Pamekasan bersikukuh menggelar karapan sistempakopak, para pangerap tidak akan menghalanginya. Sebab 98 persen pangerap di Madura sudah sepakat untuk tetap menggunakan sistem rekeng. Karapan sapi sistem pakopak, ada komunitasnya tersendiri dan tidak bisa dicampuraduk dengan sistem rekeng.

"Walapun belum ada titik temu antara pangerap dengan Bakorwil Pamekasan, karapan sapi sistem rekeng akan tetap digelar setelah seleksi di masing-masing kabupaten di Madura," tandasnya.

Sebelumnya, Bakorwil VI Pamekasan tidak akan menggelar karapan sapi sistem kekerasan. Hal itu berdasarkan instruksi Gubernur Jawa Timur. Karapan sapi selain yang diselenggarakan oleh Bakorwil Pamekasan, tidak berhak memakai label Piala Presiden.

Karapan sapi sistem rekeng yakni dengan melukai sapi karapan dengan menggarukkan paku di bokong sapi. Bahkan sebelum diperlombakan, sekujur tubuh sapi dimandikan dengan spirtus ataupun air jahe. Sedangkan sistem pakopak, tidak menggunakan cara demikian untuk menambah kecepatan sapi. Sapi hanya dicambuk dengan cambuk khusus.
Editor : Farid Assifa