Gubernur Jatim Dianggap Cederai Budaya
Madura
Penulis :
Kontributor Pamekasan, Taufiqurrahman
Jumat, 27 September 2013 | 11:20 WIB
BANGKALAN, KOMPAS.com — Keputusan Gubernur Jawa Timur
Soekarwo untuk membekukan ajang karapan sapi Piala Presiden tahun ini
menimbulkan kekecewaan pemilik sapi karapan (pangerap) di Kabupaten Bangkalan.
Mereka menilai terjadinya dualisme sistem karapan sapi, yakni sistem kekerasan (rekeng) dengan sistem tanpa kekerasan (pakopak), tidak tepat untuk dijadikan alasan membekukan kegiatan yang sudah menjadi tradisi masyarakat Madura itu.
Muhammad Mahfud, salah satu pangerap asal Bangkalan, mengaku, tradisi karapan sapi sudah mendarah daging bagi warga Madura. Tradisi yang digelar setelah panen tembakau itu merupakan tradisi turun temurun, dan belum pernah ada dalam sejarah karapan sapi dibekukan.
“Jujur kami kecewa dengan pembekuan ini, karapan sapi ini kan budaya yang telah turun temurun, dan Madura sudah terkenal dengan budaya itu. Kalaulah ada dualisme sistem yang terjadi akhir-akhir ini, hal itu sebetulnya tidak patut dijadikan alasan penghentian atau pembekuan gelaran karapan sapi ini,” ujarnya dengan nada kecewa, Jumat (27/9/2013).
Menurut pandangan Mahfud, pemerintah seharusnya bisa mengantisipasi sejumlah pertentangan yang terjadi sejak jauh-jauh hari. “Keputusan Gubernur Jatim sudah mencederai budaya lokal masyarakat Madura,” tandasnya.
Mahfud sendiri menyatakan siap mengikuti ketentuan yang akan diberlakukan pemerintah terkait dengan karapan sapi. Baik itu sistem rekeng maupun pakopak. Namun, jangan sampai Gubernur Jatim menghentikan budaya karapan sapi. Jika pemerintah bijaksana menyikapi persoalan karapan, maka tidak perlu ada pembekuan.
Sebelumnya, Badan Koordinasi Wilayah (Bakorwil) IV Pamekasan, Jawa Timur, yang ditugaskan menyelenggarakan karapan sapi Piala Presiden menyatakan bahwa Gubernur Jatim sudah menghentikan sementara karapan sapi. Hal itu karena terjadinya perselisihan pangerap, baik yang setuju sistem rekeng ataupun sistem pakopak.
Karapan sapi akan kembali digelar jika sudah tidak terjadi perselisihan di kedua pihak. "Belum tahu sampai kapan pembekuan karapan sapi akan dicabut oleh Gubernur Jatim. Namun jika sudah tidak ada perselisihan, karapan sapi akan digelar kembali," kata Budiono, Sekretaris Bakorwil IV Pamekasan.
Mereka menilai terjadinya dualisme sistem karapan sapi, yakni sistem kekerasan (rekeng) dengan sistem tanpa kekerasan (pakopak), tidak tepat untuk dijadikan alasan membekukan kegiatan yang sudah menjadi tradisi masyarakat Madura itu.
Muhammad Mahfud, salah satu pangerap asal Bangkalan, mengaku, tradisi karapan sapi sudah mendarah daging bagi warga Madura. Tradisi yang digelar setelah panen tembakau itu merupakan tradisi turun temurun, dan belum pernah ada dalam sejarah karapan sapi dibekukan.
“Jujur kami kecewa dengan pembekuan ini, karapan sapi ini kan budaya yang telah turun temurun, dan Madura sudah terkenal dengan budaya itu. Kalaulah ada dualisme sistem yang terjadi akhir-akhir ini, hal itu sebetulnya tidak patut dijadikan alasan penghentian atau pembekuan gelaran karapan sapi ini,” ujarnya dengan nada kecewa, Jumat (27/9/2013).
Menurut pandangan Mahfud, pemerintah seharusnya bisa mengantisipasi sejumlah pertentangan yang terjadi sejak jauh-jauh hari. “Keputusan Gubernur Jatim sudah mencederai budaya lokal masyarakat Madura,” tandasnya.
Mahfud sendiri menyatakan siap mengikuti ketentuan yang akan diberlakukan pemerintah terkait dengan karapan sapi. Baik itu sistem rekeng maupun pakopak. Namun, jangan sampai Gubernur Jatim menghentikan budaya karapan sapi. Jika pemerintah bijaksana menyikapi persoalan karapan, maka tidak perlu ada pembekuan.
Sebelumnya, Badan Koordinasi Wilayah (Bakorwil) IV Pamekasan, Jawa Timur, yang ditugaskan menyelenggarakan karapan sapi Piala Presiden menyatakan bahwa Gubernur Jatim sudah menghentikan sementara karapan sapi. Hal itu karena terjadinya perselisihan pangerap, baik yang setuju sistem rekeng ataupun sistem pakopak.
Karapan sapi akan kembali digelar jika sudah tidak terjadi perselisihan di kedua pihak. "Belum tahu sampai kapan pembekuan karapan sapi akan dicabut oleh Gubernur Jatim. Namun jika sudah tidak ada perselisihan, karapan sapi akan digelar kembali," kata Budiono, Sekretaris Bakorwil IV Pamekasan.
Editor : Kistyarini
No comments:
Post a Comment