Monday 4 June 2012

Mbutakkan Pak Tua


Berkubang di pantai Pasir Panjang, Singkawang. Dari kiri, Jumita, Mahmudah, dan Ubay KPI (memegang kayu). Di belakang, pasangan suami istri, Supriadi dan Ayu.  @Mahmud Alfikri

Mbutakkan Pak Tua

Oleh Ubay KPI

Ada bpak2 udh uban pngen duduk dpling dkt kaca bus. 
Llu naik si anak muda ke bus itu.
Kursi pling smping sblm'y msh ad pnumpang, stlh trun tuh pnumpang, bpk yg uban itu lgsung geser ke tepi. Tp si anak muda blg, "pak boleh sy d stu".
Bpak uban jwb, "kan byran'y sm".
Si muda ngmong lg, "sy suka mabuk pak".
Tk ad jwbn, si bpk yg uban lgsung pndh.

Apelah sbnr'y, trnyta si anak muda tuh tk prnh mbuk naik bus. Alsan die jak pngen hmpasan udra dri luar bus.
"cerita Ubay dalam bus"

Dua paragraph itulah yang saya tulis pada dinding facebook-ku saat berada di bus tujuan Singkawang-Pontianak, Minggu (3/6) sore lalu. Status itu tak ada yang mengomentari, hanya ada empat teman di jejaring sosial facebook-ku yakni Nabila Caiank Edo', Jumita Kpi, Shasa Iliana, dan Novie Susandt Nindita Syahara. Me-like status itu.
Tulisan memang nampak tak dimengerti, maklum saja saya bergelut tawa dalam hati seraya merasa bersalah karena telah membohongi si Pak Tua itu.
Saya naik ke bus dari arah Kabupaten Sambas. Saat saya naik, bus itu memang telah terisi penuh. Namun si kernet bus tetap memintaku naik sebab aka nada 3 penumpang yang akan turun tak jauh dari lokasi tempatku menunggu bus. Betul sekali, sekitar 15 menit, tiga penumpang turun. Dan tiga kursi di paling belakang itu kosong  hanya ada Pak Tua itu. Sebelumnya Pak Tua yang saya “mbutakkan” itu duduk di kursi kedua dari jendela.
Semenjak saya naik ke bus itu, sasaran saya memang kursi paling tepi, sebab bisa melihat dengan leluasa pemandangan di luar dari dalam bus. Melihat laut yang jauh dari sungai raya. Dan melihat gunung-gunung, serta abrasi yang sedang dikerjakan di bibir laut.
15 menit saya berdiri di bus itu saya sempatkan menulis berita untuk dikirim ke redaktur si kantor Borneo Tribune. Saya menulis berita pada jejaring FB-ku agar mudah ditarik oleh redaktur dari kantor. Maklum saja, HP yang saya gunakan bisa membuka email. Satu-satunya untuk tetap mengisi halaman Koran menulis di dinding FB itu.
Sebelumnya, FB-ku sudah saya setting untuk setiap status yang saya tulis. Yakni hanya akun FB redaktur saya, Aulia Marti yang bisa membaca status itu. Jadi tak akan ada yang tahu tentang berita yang tulis di dinding FB itu.
Satu berita hampir selesai, sekitar menyisakan satu alenia. Lalu tiga penumpang itu turun. Saya mendapat kesempatan untuk duduk. Tapi apa dikata, seperti pada ceritaku di atas, si Pak Tua itu ternyata pengen juga duduk di samping. Tapi dengan muka yang bisa dipercaya, saya katakan sama Pak Tua itu, kalau saya mudah mabuk. Dengan tak ada niko-niko Pak Tua itu mempersilahkan saya lewat di depannya.
Tak ada lain saya meminta duduk paling dekat jendela bus selain ingin menikmati desiran angin dan pemandangan. Padahal, tak ada cerita pada saya mabuk saat naik bus.
Bus terus berlanjut, dan saya melanjutkan beritaku yang menyisakan satu alenia. Setelah selesai, saya tetap mengaktifkan FB-ku sambil kirim dna balas pesan dengan kawanku, dan komentar di status rekan-rekanku.
Sepanjang perjalanan, tak ada rasa jemu. asyik dan seru meski duduk berhimpitan. Perjalanan Singkawang-Pontianak ditempuh dalam waktu 3 jam. Sempat saya tidur saat perjalanan. Bahkan, saya tidak tahu saat Pak Tua itu turun dari bus. Tujuan Pak Tua itu memang lebih dulu dari saya, yakni di Jungkat. Sebelum Kota Pontianak.
Sekitar jam 7 malam, bus sudah masuk Kota Pontianak. di persimpangan lampu merah Siantan, tempat saya dulu mengecer Koran, saya meminta kernet berhenti. Huuppppz, saya sampai Pontianak. dan selanjutnya mengambil motor bututku di parkiran ojek dekat perempatan itu. Tancpa gas ke kawasan Budi Utomo menemui rekan di sebuah warung internet.
Jam sepuluh malam, saya pulang ke rumah dan tanpa mandi terlebih dahulu, saya langsung menemani bapak yang telah dua hari saya tak melihatnya.

Catatan:
Mbuttakkan dapat diartikan membohongi

No comments:

Post a Comment