Thursday 28 June 2012

Untung Ada ATM BCA

Untung Ada ATM BCA

“Mau transfer uang dari mana?” pertanyaan itu muncul dari laki-laki separoh baya yang kerjanya memelihara ayam. Satu sisi, ia harus segera mentransfer uang ke agen penjual bibit ayam ras. Di sisi lain, ia tak bisa bertransaksi langung karena pengiriman uang harus via bank. Ia mencoba keluar dari kebuntuan. Agar bisa secepatnya bibit ayam dikirim.

Oleh Ubay KPI

Akhir bulan lalu, di sebuah warung kopi kecil tak jauh dari jembatan Landak, Kota Pontianak, Asmuki (42 tahun) warga Wajok, Kabupaten Pontianak yang telah empat tahun memelihara ayam ras bingung karena harus segera mentransfer uang ke agen penyedia bibit ayam ras. Kebingungan itu bukan karena tidak memiliki uang, namun Asmuki bingung harus dikirim menggunakan rekening siapa. Sebab, ia sendiri tidak pernah menjadi nasabah bank manapun.
Sebelumnya, Asmuki selalu bertransaksi dalam setiap pembelian bibit ayam menggunakan uang tunai. Sebab biasanya ia membeli bibit ayam di agen Pontianak. Namun kali ini, agen langganannya yang di Pontianak sedang kehabisan stok bibit. Akhirnya, Asmuki memutuskan membeli bibit di Kota Singkawang.
Kota Singkawang adalah salah satu kota di Kalimantan Barat yang maju perekonomiannya. Kota berjuluk  Seribu Kelenteng ini memang banyak dihuni etnis Tionghoa. Jarak tempuh dari Pontianak ke Singkawang kurang lebih 2 jam menggunakan jalur darat.
Agen penyedia bibit ayam tak mau mengirim bibit sebelum pembayaran dilunasi. Bagi Asmuki, tak mungkin berangkat ke Singkawang hanya untuk melakukan pembayaran itu. Pihak agen akhirnya meminta Asmuki mengirim via Bank BCA pada nomor rekening dan nasabah yang telah diberitahukan melalui SMS.
Saya sendiri yang yang berada dengan Asmuki sejak pagi di warung kopi itu juga tak bisa berbuat. Sebab saya tak pernah menjadi nasabah bank manapun. Kami berdua yang sekitar pukul tujuh pagi telah ada di warung itu hanya menikmati segelas kopi dan sambung-menyambung rokok. Serta menikmati bubur ayam untuk sarapan pagi. Sesekali kami membahasa dan mencari solusi yang tengah dihadapi Asmuki. Namun berkali-kali buntu. Sekitar tiga jam di bangku warung kopi itu, kami banyak bicara soal politik dan isu pemerintahan di Kota Pontianak.   
Kebingungan itu akhirnya lebur dan secerah cuaca hari itu yang matahari masih belum bergeser ke ufuk barat. Saat rekan yang juga peternak ayam datang menghampiri kami. Usman (32 tahun). Ia peternak ayam ras juga yang lokasi kandangnya di Desa Mega Timur, Kecamatan Sungai Ambawang, Kabupaten Kubu Raya. Sebuah desa kecil yang hanya berjarak sekitar 7 kilo meter dari Kota Pontianak.
“Sudah dari tadi,” sapa Usman kepada kami berdua.
“Ia. Sekitar empat jamlah kami di sini,” jawab saya.
Usman dan saya telah kenal lama. Bahkan sejak saya duduk di bangku madrasah ibtidaiyah. Kami tinggal satu daerah. Usman dan Asmuki kenal karena sama-sama peternak ayam. Hubungan keduanya lebih banyak tentang soal ayam. Baik tentang perawatan, harga pakan dan bibit yang kerap naik. Serta soal harga penjualan ayam, dan sejenisnya.
Asmuki yang masih bingung soal pembayaran itu tak banyak bersuara saat Usman datang. Bahkan, Usman bertanya kepada saya soal Asmuki yang tak biasanya murung.
“Dia bingung mau transfer uang ke agen. Dia pesan bibit ke Singkawang, tapi harus bayar via  Bank BCA,” saya memulai percakapan soal transfer itu kepada Usman.
Dengan tanpa basa-basi, Usman langsung menawarkan untuk menggunakan ATM-nya untuk membayar uang bibit tersebut. Asmuki yang murung itu langsung segar bak habis mandi. “Kamu punya BCA?” tanya Asmuki pada Usman.
“Ada, emang mau transfer berapa?” Usman balik tanya ke Asmuki.
Dengan semangat Asmuki menjawab jumlah nominal yang akan dikirim seraya menyodorkan nomor rekening tujuan. Usman yang langsung paham dengan keinginan itu dan paham mengirim dan menarik uang melalui ATM atau teller langsung mengiakan.
Usman menjadi nasabah di Bank BCA sudah sekitar empat tahun. Rekening tersebut selain digunakan untuk bertransaksi untuk keperluan usahanya, juga kerap menjadi perantara pengiriman uang warga di sekitar rumahnya  yang bekerja di luar negeri untuk keluarganya di kampung.
Waktu hampir pukul 12 siang. Usman tak sempat memesan minuman di warung kopi itu, langsung pergi lagi untuk segera mentransfer uang milik Asmuki. Hanya sekitar 15 menit, Usman datang lagi ke warung kopi itu dan bersama kami.
“Sudah,” tanya Asmuki kepada Usman yang masih belum membuka helmnya.
“Beres, tenang aja. Coba kamu telepon bosmu suruh cek uangnya. Jangankan cuma empat juta. Puluhan juta pun kalau BCA pasti bisa,” jawab Usman.
Asmuki langsung menelpon agennya memberitahukan kalau uang sudah dikirim via rekening Usman. Tak lama berselang, Asmuki menerima pesan dari bosnya kalau uang sudah diterima. Dan bibit ayam akan segera dikirim.
Saya dan Asmuki mulai tertegun dan kagum dengan kecepatan itu. Maklum kami berdua belum pernah menjadi nasabah. Asmuki mulai bertanya kepada tentang Bank BCA, bahkan Asmuki minta kepada Usman di lain kesempatan untuk menemaninya mendaftar jadi nasabah Bank BCA. Pasalnya, Asmuki berencana akan tetap di agen yang di Singkawang untuk keperluan bibit. Sehingga untuk transaksi tak lagi harus repot. Cukup via bank.
Saya juga ikut tergelitik untuk mengetahui tentang BCA yang sepengetahuan saya melalui internet. Bank BCA adalah bank kelas atas. Baik laba, pelayanan, transaksi, dan program-programnya yang banyak dikatakan orang cocok untuk kebutuhan masa depan.
“Saya sudah empat tahun menjadi nasabah. Tak pernah saya menemukan kendala dalam transaksi. Bahkan saya sangat nyaman, cepat, dan ATM-nya ada di mana-mana. Sangat mudah sekali,” ujar Usman kepada kami berdua.
Hanya saja. Usman belum pernah mengikuti program atau fiture yang telah dilaksanakan bank BCA. Seperti financial pendidikan, asuransi jiwa dan kesehatan, serta investasi. Usman hanya sebagai nasabag penabung saja. Namun menurut Usman, ia tertarik pada satu fiture yang akan diincarnya dalam waktu dekat. Yakni ia akan mengajukan untuk kredit rumah melalui Bank BCA.
Saya juga bertanya pada Usman tentang transaksi via SMS yang kerap dilakukan oleh kawan-kawan saya. Usman menjelaskan, transaksi itu juga ada di Bank BCA. Namun ia mengaku masih belum mempelajari caranya. Padahal menurutnya sangat mudah bila ia mau belajar.
“Saya pernah membaca caranya transfer melalui SMS. Sepertinya mudah, tapi saya malas. Namun, ke depan saya akan belajar biar mudah untuk transfer uang dan transaksi dengan kawan-kawan,” tuturnya kepada kami.
Usman juga memberi tahu kami, kalau BCA tak hanya khusus transaksi sesame BCA. Saat ini BCA sudah bisa transfer atau transaksi dengan bank lain yang telah melakukan kerjasama. “Saya di Kalbar ini sudah pernah saya kunjungi semua. Dan ATM BCA semua ada di daerah ini. Makanya, saya jarang bawa uang tunai kalau bepergian. Sebab saya lebih senang, mudah, dan cepat menarik uang kalau butuh melalui ATM. Mau transaksi juga enak dan mudah,” jelasnya kepada kami.
Obrolan siang itu menjadi melulu ke soal bank BCA. Soal bibit ayam tak lagi diingat. Begitu juga saya, sampai lupa kalau jam 12.30 ada kuliah. Kami bertiga baru bubar dari warung itu jam sekitar jam 2 sore. Kemudian Asmuki pulang karena harus mempersiapkan kandang ayam. Sedangkan saya dan Usman, langsung ke Jalan Tanjungpura Pontianak. Saya  bermaksud membeli kamera, sedangkan Usman ingin membeli laptop.
Di sebuah toko elektronik, saya menemukan kamera yang saya cari, begitu juga Usman, cocok dengan laptop yang ada di toko tersebut.
Yang terjadi saya juga mengalami kebingungan, uang tunai yang saya bawa tak cukup untuk membayar harga kamera itu. Uang saya kurang ratusan ribu. Sedangkan Usman, memang telah siap dengan uang tunai yang diprediksi sesuai harga laptop yang ia cari.
Tak ingin buang waktu dengan harus kembali lagi ke toko tersebut. Saya meminjam uang Usman untuk mencukupi pembayaran kamera.
“Boy, pinjam uangnya. Punya saya kurang neh,” kata saya bisik pada Usman.
“Berapa?” jawab Usman.
Dengan suara kecil saya sampaikan ke Usman. Dia melihat uang tunai yang ia bawa. Ternyata tak cukup juga uang Usman.
Karyawan di toko tersebut seolah paham komunikasi saya dengan Usman. “Di sini juga bisa pakai Credit card mas, tapi BCA,” ujar karyawan itu.
Usman tak ada credit card, yang ada hanya ATM BCA. Tak mau repot Usman langsung meninggalkan saya keluar dari toko. Saya tak paham tingkah Usman saat itu. Sekitar 10 menit ia datang lagi menemui saya di toko itu.
“Pakai uang saya aja dulu,” ujarnya pada saya.
“Eh, kamu dapat darimana. Bukannya uang kamu tadi tak cukup?” tanya saya pada Usman.
“Saya ke ATM di sana. Kebetulan di situ ada ATM BCA,” jawan Usman.
ATM BCA di Jalan Tanjungpura memang tak jauh dari toko tersebut, hanya sekitar 100 meter. Usman ke ATM tersebut berjalan kaki.
Kemudian kami berdua membayar dengan uang tunai. Di perjalanan, dengan rasa senang karena saya telah punya kamera SLR. Dalam hati saya berkata sendiri untung Usman ada ATM BCA.



No comments:

Post a Comment