2 jam setelah lahir. By Ayah |
Si Kecil Lincah Dalam Perut
Oleh Ubay KPI
Satu meinggu setelah resepsi pernikahan pada awal Mei 2014, saya bersama istri langsung pindah dari rumah mertua. Bersama istri tercinta, saya tinggal di sebuah rumah yang tak jauh dari rumah mertua.
Sejak itu, hari-hari saya di rumah hanya bersama istri. Berdua saja. Kadangkala, ada keluarga dari istri yang datang, kadang sepi melempem. Hiburan hanya nonton TV atau game di komputer. Untuk jalan keluar kadang kasihan istri, karena pulang kerja jam 6 sore. Jadi, malam kebanyakan di rumah.
Kadangkala, untuk menghilangkan kejenuhan bersama istri di rumah. Saya selalu mengajak mama (begitu saya menyebut istri saya) untuk bergurau. Topiknya beda-beda. Kadang gurauan yang bisa ketawa-ketiwi. Juga biasa diskusi soal keilmuan dan pekerjaan masing-masing.
Nah, sejak usia kandungan 7 bulan. Gurauan kami tak lagi berdua. Namun bertiga meski kami hanya tinggal di rumah. Siapa lagi kalau bukan si calon bayi dalam perut mama yang menjadi orang ketiga.
Meski dalam kandungan, seringkali si kecil saya ajak bicara. Soal cita-cita, soal mamanya. Sampai soal embahnya.
Asyiknya, saat bergurau bertiga ini. Kadang si kecil bergerak kencang dalam janin mamanya, tambah asyik rasanya saya bersama mama bergurau. Melihat perut mama seperti bergelombang saat si kecil bergerak. Saat-saat seperti itu, biasa saya sempatkan untuk dipotret, terutama saat permukaan perut mamanya seperti ada berjolan besar. Nampak sekali kalau dilihat dari samping. Bahkan, pernah saya video gerakan yang kerap berubah itu. Kadang bergerak ke kanan. Di tengah, bahkan di kiri. Sambil megang HP, saya sama mamanya ketawa-ketawa kegirangan melihat si kecil agresif.
Tak enaknya neh, sampai saya kasihan sama mamanya. Kalau si kecil seperti keram. Kondisi seperti itu, mengharuskan mamanya berdiam sebentar menahan sakit. Katanya sih, saat seperti keram itu, rasanya sakit sekali. Berbeda kalau saat bergerak saja.
Setelah menahan sakit yang hanya sebentar, kami melanjutkan gurauan bersama si kecil. Sambil saya cium perut mamanya, sambil saya elus-elus perut si mama, tak lupa, saya ajak bicara si kecil.
Gurauan seperti itu buat kami happy, menghilangkan kejenuhan setelah sehari bekerja. Apalagi saat usia kandungan memasuki usia 9 bulan. Si kecil semakin agresif. Ingin sekali segera menciumnya, namun kami harus sabar sampai pada waktunya ia lahir.
Perkiraan dokter hasil USG di usia 7 bulan lalu, katanya sih sekitar tanggal 22 Februari. Moga dedek baik-baik saja dalam kandungan yah, sehat dan nanti jadi anak yang bertaqwa pada Tuhannya. Amin.
Di Samping Istri Kamar Berdua Menjelang Subuh
Rabu, 12 Februari 2014. Pukul 04.31
Oleh Ubay KPI
Satu meinggu setelah resepsi pernikahan pada awal Mei 2014, saya bersama istri langsung pindah dari rumah mertua. Bersama istri tercinta, saya tinggal di sebuah rumah yang tak jauh dari rumah mertua.
Sejak itu, hari-hari saya di rumah hanya bersama istri. Berdua saja. Kadangkala, ada keluarga dari istri yang datang, kadang sepi melempem. Hiburan hanya nonton TV atau game di komputer. Untuk jalan keluar kadang kasihan istri, karena pulang kerja jam 6 sore. Jadi, malam kebanyakan di rumah.
Kadangkala, untuk menghilangkan kejenuhan bersama istri di rumah. Saya selalu mengajak mama (begitu saya menyebut istri saya) untuk bergurau. Topiknya beda-beda. Kadang gurauan yang bisa ketawa-ketiwi. Juga biasa diskusi soal keilmuan dan pekerjaan masing-masing.
Nah, sejak usia kandungan 7 bulan. Gurauan kami tak lagi berdua. Namun bertiga meski kami hanya tinggal di rumah. Siapa lagi kalau bukan si calon bayi dalam perut mama yang menjadi orang ketiga.
Meski dalam kandungan, seringkali si kecil saya ajak bicara. Soal cita-cita, soal mamanya. Sampai soal embahnya.
Asyiknya, saat bergurau bertiga ini. Kadang si kecil bergerak kencang dalam janin mamanya, tambah asyik rasanya saya bersama mama bergurau. Melihat perut mama seperti bergelombang saat si kecil bergerak. Saat-saat seperti itu, biasa saya sempatkan untuk dipotret, terutama saat permukaan perut mamanya seperti ada berjolan besar. Nampak sekali kalau dilihat dari samping. Bahkan, pernah saya video gerakan yang kerap berubah itu. Kadang bergerak ke kanan. Di tengah, bahkan di kiri. Sambil megang HP, saya sama mamanya ketawa-ketawa kegirangan melihat si kecil agresif.
Tak enaknya neh, sampai saya kasihan sama mamanya. Kalau si kecil seperti keram. Kondisi seperti itu, mengharuskan mamanya berdiam sebentar menahan sakit. Katanya sih, saat seperti keram itu, rasanya sakit sekali. Berbeda kalau saat bergerak saja.
Setelah menahan sakit yang hanya sebentar, kami melanjutkan gurauan bersama si kecil. Sambil saya cium perut mamanya, sambil saya elus-elus perut si mama, tak lupa, saya ajak bicara si kecil.
Gurauan seperti itu buat kami happy, menghilangkan kejenuhan setelah sehari bekerja. Apalagi saat usia kandungan memasuki usia 9 bulan. Si kecil semakin agresif. Ingin sekali segera menciumnya, namun kami harus sabar sampai pada waktunya ia lahir.
Perkiraan dokter hasil USG di usia 7 bulan lalu, katanya sih sekitar tanggal 22 Februari. Moga dedek baik-baik saja dalam kandungan yah, sehat dan nanti jadi anak yang bertaqwa pada Tuhannya. Amin.
Di Samping Istri Kamar Berdua Menjelang Subuh
Rabu, 12 Februari 2014. Pukul 04.31
No comments:
Post a Comment