Foto saat Weisha usia 4 hari |
Weisha Zahira Nufus Semali
Catatan Papa untuk Weisha
Tidak ada satu pun nama yang papa dan mama siapkan untuk Weisha
saat masih dalam kandungan. Begitu pula saat Weisha lahir. Bukan Papa dan Mama
tidak siap menerima Weisha, namun Papa dan Mama telah niat ingin member nama
pada hari ke tujuh setelah kelahiran Weisha, bersamaan dengan akikah Weisha.
Namun, rencana tersebut harus dibatalkan. Lantaran Papa harus
segera mengurus kepindahan Papa ke Kota Pontianak dari Kubu Raya. Sebab,
setelah menikah dengan mama, pada 15 Mei 2013 lalu, sampai Zahira lahir, papa
belum sempat membuat surat pindah dan KK, meskipun papa dan mama tinggal di
Kota Pontianak.
Pagi-pagi sekali, usai salat Shubuh. Papa ke rumah Pak De
Abdurahman di Gang Rintis. Pertama membicarakan soal acara akikah, kedua sekaligus
meminta nama untuk Weisha.
Ada dua pilihan yang diberikan Pak De Abdurahman kepada Papa.
Pertama Zahrotul ‘Ayisyah. Kedua Shofiyatun Nufus. Namun, kedua nama tersebut
tidak satu pun Papa dan Mama pilih. Sebab ada kesamaan dengan sepupu Zahira.
Zahrotul adalah nama Jayo, anak Paman Madan. Sedangkan Shofiyatun, nama sepupu
Zahira anaknya pak de Alm. Yusman.
Itulah alasan kenapa mama dan papa mencari nama lain. Namun,
Mama dan Papa setuju dengan kata “Nufus”. Akhirnya, papa dan mama berembuk
mengganti kata “Shofiyatun” menjadi “Zahira”.
Kata asalnya adalah “Zahirah” yang bermakna “Berkilau”.
Jadilah “Zahiratun Nufus” yang bermakna Jiwa yang berkilau. Menjadi Zahira
Nufus karena telah di Indonesiakan.
Dua kata lain yang mengapit nama asli Zahira. Pertama adalah “Weisha”.
Kata ini merupakan gabungan dari tiga nama.
We, asal huruf “W” yang dituliskan dengan “E”. Artinya huruf
pertama nama Mbah Ummi, yakni “Wati”
“I” setelah “We” salah satu huruf nama Mama, “Sett(i)yawati”.
Dengan harapan Weisha menjadi anak yang setia.
“Sha” adalah nama depan Mbah Abah, “Shaleh”.
Sedangkan kata Semali di akhir nama Zahira, adalah nama
Almarhum Kakek Weisha dari Papa. Kakek bukan hanya tak bisa melihat, membelai,
menggendong, dan mengajak main Weisha. Namun, kakek juga tak pernah melihat
Mama. Papa dan Mama menikah setelah Kakek tiada. Jadi, pernikahan papa dan mama
tanpa didampingi dan disaksikan kakek. Satu pesan papa, sempatkanlah
mengirimkan doa untuk kakek, juga mama dan papa bila suatu saat nanti kami
telah tiada.
Di Teras Rumah
Sambil Begadang Jagain Weisha
Rabu, 19 Februari 2014. Pukul 22.57
No comments:
Post a Comment