Tuesday 28 August 2012

"Indonesia Negara Korupsi"

"Indonesia Negara Korupsi"

Oleh UBAY KPI

Sepulang dari rumah pacar saya malam ini, Senin (27/8), saya menyempatkan mampir di warung kecil di kawasan Jalan 28 Oktober, Pontianak.
Warung itu merupakan langganan saya membeli bensin. Khususnya ketika saya pulang larut malam dari ngopi atau pulang liputan. Warung itu memang buka 24 jam setiap hari.
Sejak saya sampai, sudah lima orang bermain gaplek. Satu lagi juragan warung itu yang hanya menyaksikan.
Saya langsung membayar uang bensin yang saya isi ke motor beberapa waktu, dan memesan segelas kopi utk menemani ngobrol dengan juragan itu. Sekalian silaturahim mengingat masih nuansa Idulfitri.
Saya duduk di bangku sebelah rombongan orang main kartu itu. Saya dengar dari mereka ada yang menyuarakan lagu-lagu Jawa. Dari lima orang itu, empat orang kupingnya dijepit dengan jepitan yang biasa digunakan untuk pakaian saat menjemur.
Yang paling banyak jepitannya ialah satu orang. Ada delapan jepitan, 3 di telingan kanan dan 5 di telingan kiri.
Sambil bermain, bapak-bapak yang tanpa jepitan satu pun nyeletuk mengatakan "Indonesia Negara Korupsi".
Saya langsung kaget. Apa maksudnya dalam pikirku. Bapak itu hanya mengatakan tiga kata itu. Tak ada penjabaran setelah itu.
Entah apa yang ada dalam pikirannya, entah apa juga yang mendasarinya berkata seperti itu. Apa mungkin bapak itu sering ikuti informasi baik koran atau media lainnya? Atau mungkin juga melalui obrolan banyak orang? Wallahu a'lam.
Ketidakanehan saya akan perkataan itu benar berdasar. Saya langsung mengawang pada kasus negeri ini yang berjibun dengan kasus korupsi yang hingga saat ini, Senin, 27 Agustus 2012, masih banyak kasus korupsi yang belum terselesaikan oleh penegak hukum dan pemerintah. Baik oleh kejaksaan, mahkamah agung, pengadilan, atau KPK.
Yang saya ingat seperti kasus pengadaan Alquran di Kementerian Agama, dana PON di Riau yang masih dalam pengusutan. Kasus Century yang masih nihil, dan yang masih dalam awang-awang penyelesaiannya, kasus wisma atlet di Palembang dan Hambalang.
Itu hanya kasus yang besar, belum lagi kasus-kasus di tingkat provinsi.
Menurut pandangan saya, rakyat kecil saja tahu akan kedzoliman orang yang mendapat kepercayaan dari rakyat, apalagi mereka yang sudah pintar dan berpendidikan.
Anehnya, korupsi juga merambah hingga tingkat RT, bayangkan saja. Raskin saja masih disedot oleh segelintir Pak RT. 
Mungkin benar apa yang dikatakan kawan saya, kita akan berkicau tentang korupsi bila belum punya kesempatan untuk korupsi. Yah, hukum peluang untuk korup bisa saja terjadi dimana dan kapan saja. Mungkin juga saya, akan melakukan hal yang sama bila punya kesempatan. Tapi, naudzubillahi min dzalik.
Mungkin juga benar apa yang dikatakan rekan saya, saya membuat perbandingan dengan cerita kawan saya itu. Ia bercerita tentang ayahnya yang kerap berlaku keras pada anak.
Ia mendefinisikan, perlakuan ayahnya merupakan pendidikan (mengajarkan) pada anaknya untuk berlaku hal yang sama. Meskipun hal itu tak disampaikan secara terang-terangan.
Akan tetapi, itu adalah contoh, begitu juga dengan korupsi yang dilakukan orang pintar di negeri ini, ditiru oleh rakyat lain meski tak diajarkan.
Saya hanya mendamba, saya tak melakukan hal demikian, dan berharap orang yang memiliki jabatan untuk kepentingan rakyat tidak lagi mengulang korupsi.
Namun pertanyaannya, kapan negeri ini bebas dari kasus korupsi?
Saya tak bisa membayangkan, seperti apa kayanya negara bernama Indonesia ini bila korupsi binasa, alam dikelola oleh anak negeri dengan kejujuran, memberdayakan rakyat yang penuh potensi, mengelola keuangan untuk kepentingan dan kesejahteraan rakyat?
Tentu pembaca akan bisa membayangkan sendiri bukan?

Catatanku di Warung Kopi
Senin, 27 Agustus 2012, Pukul 23.44

No comments:

Post a Comment