Wednesday, 29 August 2012

Surat Buat Saudaraku (baca; MADURA)


Surat Buat Saudaraku (baca; MADURA)

Oleh UBAY KPI

Sabtu lalu, saya mengikuti diskusi kecil tentang kepenulisan, kejurnalistikan, dan kemanusian bersama rekan-rekan pemuda di Pontianak.
Diskusi tersebut menghadirkan Andreas Harsono.
Sedikit mendapat pandangan tentang sebuah hak asasi yang juga menjadi bagian dari soal kemanusian. Begitu juga dalam jurnalistik.
Dari diskusi tersebut saya membuat sebuah tulisan yang kemudian dimuat pada harian Borneo Tribune.
Minggu sorenya, saya mendapat kabar melalui televisi, ada pembakaran di Sampang Madura. Belum tahu pasti apa yang saya dengar dari kasus tersebut.
Saya mulai diselimuti pertanyaan, ada apa lagi di Madura. Maklum saja, meski saya bukan kelahiran Madura, saya ingin Pulau Garam itu tentram dan aman.
Posisi saya waktu itu sedang di warung kopi Aming, di Jalan H. Abbas, Gajah Mada, Pontianak. Saya langsung searching melalui internet mencari kasus terbaru di Sampang, Madura.
Dan, kekerasan kembali terjadi dilakukan saudara saya di Sampang. Sebuah pemukiman warga Syiah rumahnya dibakar, dan sampai ada jatuhnya 2 korban jiwa. Subhanullah pikir saya dalam hati.
Kenapa harus membakar rumah orang lain dan kenapa harus ada tumpahan darah lagi?
Saya betul-betul kecewa dengan apa yang dilakukan saudara saya di sana. Apakah pembakaran dan pembunuhan adalah jalan terakhir?
Tentu saja tidak. Rasul dalam hadits telah menganjurkan untuk bermusyawarah untuk setiap hal.
Dalam kasus tersebut saya langsung terbayang, kasus 1999 di Sambas, Kalimantan Barat. Madura diusir dari tanah Sambas secara total, dan banyak korban saudara saya di sana.
Saya berpikir, bagaimana perasaan saudara saya yang diusir tersebut. Tentu dan pasti mereka tak menerima akan perlakuan itu. Belum lagi sebagian keluarga mereka menjadi korban. Harta habis entah menjadi milik siapa.
Begitu juga dengan di Sampang. Apa yang terjadi di sana juga menghantam jiwa orang yang menjadi korban.
Merupakan sebuah penentangan terhadap hukum dan keadilan bangsa. 
Secara hak asasi, pelaku adalah tak mengenal kemanusian. Itu adalah sebuah pelanggaran besar dalam tatanan kemanusiaan.
Saya sungguh tidak berpikir, kenapa para kiyai yang menjadi pijakan utama di Pulau Garam tak mampu meredam itu semua. Atau apakah saya harus berpikiran bahwa kejadian itu dimotori oleh kiyai di daerah setempat?
Saya tahu, Syiah adalah ajaran yang "sesat" menurut NU. Dan saya tahu di Madura menyuluruh berpaham NU. 
Bicara Syiah dan NU memang bertentangan. Ajaran yang dibawa sangat jauh perbedaannya. Yah mungkin kalau saya lancang keduanya bagai pantat ayam dan langit.
Yah, ingin membasmi Syiah dari tanah Madura mungkin adalah hal positif karena Madura sangat kental akan ke-NU-annya.
Tapi saudara, apakah tak ada jalan lain selain membumihanguskan kediaman mereka dan membunuhnya?
Saya yakin, alasan kalian adalah karena anda NU, saya yakin karena anda tidak ingin anak keturunan anda terkontaminasi oleh ajaran Syiah. Saya yakin juga, apa yang anda lakukan atas suruhan beberapa orang.
Para kiyai di Sampang, jangan hanya belajat ke-NU-an, tapi belajar juga kemanusian. Jangan hanya belitkan surban tapi berpikirlah akan hak dan perasaan. Kiyai, anda adalah pondasi masyarakat Madura.
Saudara saya di Sampang, khususnya yang melakukan kekerasan. Anda semakin menorehkan luka dalam bagi saudara anda sendiri yang ada di perantauan. Masyarakat semakin akan berkeyakinan bahwa Madura itu keras.
Saudara saya yang seketurunan, bagaimana perasaan anda bila hal yang mirip menimpa anda? Bagaimana perasaan anda bila ada kerabat anda yang terbunuh?
Untuk pengetahuan saudara, saya juga tak terima bila Syiah menyebar di Madura. Tapi saya lebih tak terima atas kelakuan anda yang tak berprikemanusian. 

Penulis adalah ETNIS MADURA tinggal di Kecamatan Sungai Ambawang, Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat. Menjabata sebagai Ketua Departemen Informasi dan Komunikasi Pimpinan Wilayah Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama, Kalimantan Barat.

Di Pondok Kelahiran,
Selasa, 28 Agustus 2012, Pukul 23.36

3 comments:

  1. Saya berpendapat....bukan Suku Madura yang seperti itu...tetapi oknum-oknum tertentu "Madura", yang ingin menghancurkan kedamaian dan ketentraman saudara kita disana...
    Semoga saudara-saudara kita di Madura akan lebih berpikir jernih untuk melakukan kekerasan yang melanggar hak...
    dan perlu kita garis bawahi....
    Tidak semua suku Madura seperti itu....
    Saya tau, karena saya masih mengalir darah Madura...

    ReplyDelete
  2. Sip kawan. Dalam tulisan di atas saya mencantumkan kalimat "Saudara saya di Sampang, khususnya yang melakukan kekerasan"
    Saya yakin anda paham

    ReplyDelete
  3. Menarik sekali untuk disimak, sayang banget jika dilewatkan...

    ReplyDelete