Thursday, 9 August 2012

Gara-gara Huruf D


Gara-gara Huruf D

Oleh UBAY KPI

Beberapa waktu yang lalu, tepatnya 1 Juli 2012 saya berada di Jakarta usai melaksanakan tugas liputan bersama Persipon. Kebetulan, pertandingan lanjutan Divisi I Liga Indonesia dilaksanakan di Kabupaten Bekasi. Tak jauh dari Jakarta.
Sebelum keberangkatan saya dengan tim Persipon ke Bekasi. Saya sempat komunikasi dengan istrinya Mas Andreas Harsono. Kak Sapariah Saturi. Sekaligus ia memberikan nomor kontak agar mudah komunikasi bila ada di Jakarta.
Dari dulu, semenjak saya membaca buku Agama Saya Adalah Jurnalisme yang ditulis Andreas Harsono. Punya keingin bertemu dengannya. Sebelumnya saya pernah ke Jakarta. Sekitar bulan Mei usai mengikuti KPI’S Day di Semarang. Pada kesempatan itu saya sempat komunikasi via twitter dengan Mas AH. Namun karena waktunya sudah malam, Mas AH meminta besok siangnya ketemu. Tapi waktu itu saya yang tak bisa, karena saya harus segera pulang ke Pontianak.
Waktu di Jakarta beberapa waktu lalu, saya memang punya waktu luas untuk bersantai dan jalan. kurang lebih sepuluh hari. Sekalian menunggu kawan-kawan mahasiswa KPI dari Pontianak yang mengikuti Kongres Forkomnas KPI di Solo.
Yah, tanggal 1 Juli, sejak sore saya kontak istri Mas AH melalui SMS. Menanyakan waktu Mas AH malam itu. Dan Kak Sapariah mengatakan Mas AH malam itu ada di rumah. Usia Magrib saya lancur meluncur ke lokasi yang dikirimkan Kak Sapariah dari daerah Salemba UI, bascamp kawan-kawan PP IPNU. Bersama keponakan, Khalili saya naik taksi ke kawasan DPRD DKI Jakarta.
“Ga jauh dr Gambir. Sama2 jakpus. Di belakang dprd (samping kantor Gramdia kompas). Jl palmerah selatan. Kav 20. Apartemen permata senayan, unit ....................., jakpus” demikian isi SMS yang dikirim Kak Sapariah ke nomor ponselku.
Saya dengan keponakan bujur saja kepada sopir taksi bilang tujuan DPRD DKI Jakarta. Sesampainya di gedung DPRD, saya dengan keponakan yang sudah lama di Jakarta kelimpungan mencari Jalan Palmerah. Sampai sayya berjalan kaki hilir mudik dan bertanya kepada orang-orang yang ada di sana.
“Jalan Pal Merah dimana pak,” tanya saya ke orang berjualan minuman.
“Kayaknya kalau Pal Merah di sono mas, di dekat Senayan,” jawan orang itu.
Jalan ke sana kemari, bertanya kepada satpam juga belum ketemu. Pikirku, masak mungkin Kak Sapariah memberi alamat palsu kepada saya? kayak Ayu Ting Ting aja yah?
Saya coba hubungi Kak Sapariah dan memberitahukan kalau saya ada di dekat kantor DPRD DKI Jakarta.
“Bukan di situ, tapi di dekat Senayan, kamu naik Busway nanti nyambung ojek ke belakang pasar pas samping rel kereta,” kata Kak Sapariah di telepon.
Walah ternyata salah tempat. Saya dan keponakan langsung mengikuti petunjuk Kak Sapariah. Melanjutkan perjalanan naik Busway dari Halte BI dan turun di salah satu pusat perbelanjaan.
Dari situ, saya memilih naik taksi ketimbang naik ojek seperti yang diarahkan Kak Sapariah. “Apartemen Permata Senayan mas, belakang pasar,” kata saya kepada sopir.
Kargo langsung hidup. Hanya beberapa menit, saya sudah sampai.
Sebenarnya Kak Sapariah menyuruh saya naik ojek. Alasannya karena malam takut macet. Tapi keponakan nekat naik taksi.
Sesampainya di depan apartemen, saya kembali kontak Kak Sapariah. Dia mengarahkan ketemu penjaga apartemen menunjukkan apartemen Mas AH.
“Mau ketemu Mas Andreas,” kata saya ke satpam di sana.
“Sudah janji,” tanya si satpam.
“Iya mas,” jawab saya.
Langsung rekan satpam itu mengantar saja ke lift dan mengarahkan saya naik ke tingkat belasan. Entah, saya lupa. Tingkat berapa tempat Mas AH.
Keluar dari lift. Belok kanan , kanan lagi, dan kiri. Pas tempus ke apartemennya.
Langsung saya lihat bel rumahnya. Eh ternyata sudah sumbing. Kali’ kenak cokol si Tionghoa-Madura alias muka Chines idung Madura. Jkkkkkkkkkk.
Beberapa kali saya pencet. Lama sekali mau buka pintu. Pikir saya bel itu rusah. Saya SMS memberitahukan posisi saya di depan pintu. Tak lama, Kak Sapariah keluar.
“Ayo masuk, masuk. Tuh Mas AH ada,” kata Kak Sapariah dengan ramah. (Tak tahulah, emang ramah apa pura-pura ramah, Jkkkkkkkkkkkkkkkkkkk)
“Iya Kak,” jawab saya.
Langsung nyelenong lepas sandal. Dan salaman ma Mas Andreas, si Norman, dan penjaga si Tionghoa-Madura. Jkkkkkk.
Belum juga duduk, Kak Sapariah tanya kok bisa nyasar ke DPRD DKI Jakarta. Langsung saya tunjukkan SMS-nya. Dan dia baru sadar kalau SMS yang dikirimnya watu sore memang ada huruf D.
“Kok bisa ya. Kepikiran kemana tadi pas saya nulis,” tanya Kak Sapariah sambil ketawa.
“Maaf, maaf banget,” lanjutnya.
Andai saja tak ada huruf D. Mungkin saya langsung ke Senayan. Sebab keponakan saya tahu lokasi itu. Gara-gara huruf D itu, nyesat tanpa batas. Jkkkkkkk.
Tapi, semua terbalas dengan obrolan santai bersama Mas Andreas malam itu.
Nantikan tulisan saya selanjutnya tentang obrolan bersama Mas AH. Apa yang akan saya bagi. Tentang Sambaskah, tentang Acehkah, tentang Sampitkah, tentang Pontianakkah, atau tentang ilmu jurnalistik?
Sering-sering saja mampir ke sini kawan-kawan semua.

2 comments:

  1. Ha ha ha ha ha ha ha ha sorrrryyyy sorrryyy banged ya Bay. Aku ga nyadar banged tuh nulis ada huruf D-nya. Maap yah :) :)

    ReplyDelete
  2. Jkkkkkkkkkkkkk. Tapi tak masalah. Karena huruf D itu, Ubay bise lebih banyak mengetahui Jakarta. Maklum anak katrok yg dulunya hanya mimpi di kebun karet untuk sampai ke Jakarta.
    Sekarang kan dah tahu Jakarta. So. harus tahu banyak lokasi di Jakarta.

    ReplyDelete