Kupas Kemanusian Bersama Andreas Harsono
Mantan penerima Nieman
Fellow on Journalism di Universitas Harvard (Cambridge). USA, Andreas Harsono saat memberikan wejangan tentang
kemanusian dan hak asasi bersama lebih dua puluh pemuda di Kota Pontianak yang
digelar di Pondok Pesantren Al-Mujtahid, Jalan Parwasal, Pontianak, Sabtu
(25/8) lalu.
Oleh UBAY KPI
Belasan pemuda yang berasal dari
berbagai latar belakang dan pendidikan yang berbeda, Sabtu (25/8) pagi lalu
duduk kursi di pendopo pondok pesantren Al-Mujtahid di Jalan Parwasal, Pontianak
Utara. Sebagai dari mereka adalah pemuda yang baru menyelesaikan pendidikan
sekolah menengah atas, dan sebentar lagi akan mengenyam pendidikan di bangku
kuliah.
Mereka berkumpul di pendopo berukuran
sekitar delapan meter kali lima meter tersebut sejak pukul 09.00 pagi.
Kedatangan mereka di ruang sederhana tersebut ialah untuk sharing komunikasi
soal kemanusian bersama Andreas Harsono.
Andreas Harsono adalah pekerja di Human Rights Watch (New York) untuk Indonesia. sebuah
lembaga yang memperhatikan tentang kemanusian.
Bersama lebih dari
dua puluh pemuda, khususnya yang ada di Kota Pontianak tersebut. Andreas
Harsono memberikan pemaparan tentang bagaimana kemanusian itu harus dilindungi.
Termasuk dalam hal persoalan konflik yang berujung pada penindasan hak asasi
manusia.
Diskusi kecil dan
santai tersebut hingga akhirnya menyikap persoalan konflik yang pernah terjadi
di Kalimantan Barat, seperti halnya di Sambas dan daerah lainnya. Andreas
Harsono juga memberikan gambaran bagaimana hak kemanusian yang dikebiri oleh
sebagian orang seperti di Papua, Aceh, Madura, dan lainnya.
“Saya bukan orang
yang rasis, tak memandang agama dan etnis. Tapi bila menyangkut kemanusian,
saya akan berusaha membantu. Siapa pun dia, agama pun dia, dan etnis apapun
dia,” ungkapnya.
Dihadapan muda-mudi
tersebut sosok yang kadang disapa AHA, singkatan dari Andreas Harsono ini
mengingatkan untuk tidak memandang kulit, warna, ras, dan golongan. Sebab hal
itu akan menjadi taming hubungan antarsesama.
Dari salahsatu
peserta yang merupakan korban konflik Sambas tahun 1999 muncul sebuah
pertanyaan akan haknya yang tertindas.
Seperti tanah yang sampai dengan saat ini tak dapat kembali lagi.
Banyak persoalan lain
yang muncul dalam forum diskusi sederhana tersebut. Termasuk juga soal
jurnalistik. Diketahui, Andreas Harsono merupakan wartawan senior yang pernah
mendapat Nieman Fellow on Journalism di Universitas
Harvard (Cambridge). Amerika Serikat.
Andreas Harsono dalam hal jurnalisme di Kalimantan Barat
menegaskan tak akan mampu berbuat banyak bila SDM yang ada masih tak diberikan
pendidikan yang baik.
Pasalnya, Andreas Harsono telah melihat lebih dekat bagaimana
media di Kalimantan Barat mengisi kepentingan dan memberikan informasi kepada
public. “Cukup lemah sekali, dan jurnalisme di Kalbar belum terasah dengan
baik,” ungkapnya.
No comments:
Post a Comment