Surat
Buat Saudaraku (baca; MADURA)
Oleh UBAY
KPI
Sabtu
lalu, saya mengikuti diskusi kecil tentang kepenulisan, kejurnalistikan, dan
kemanusian bersama rekan-rekan pemuda di Pontianak.
Diskusi
tersebut menghadirkan Andreas Harsono.
Sedikit
mendapat pandangan tentang sebuah hak asasi yang juga menjadi bagian dari soal
kemanusian. Begitu juga dalam jurnalistik.
Dari
diskusi tersebut saya membuat sebuah tulisan yang kemudian dimuat pada harian
Borneo Tribune.
Minggu
sorenya, saya mendapat kabar melalui televisi, ada pembakaran di Sampang
Madura. Belum tahu pasti apa yang saya dengar dari kasus tersebut.
Saya
mulai diselimuti pertanyaan, ada apa lagi di Madura. Maklum saja, meski saya
bukan kelahiran Madura, saya ingin Pulau Garam itu tentram dan aman.
Posisi
saya waktu itu sedang di warung kopi Aming, di Jalan H. Abbas, Gajah Mada,
Pontianak. Saya langsung searching melalui internet mencari kasus terbaru di
Sampang, Madura.
Dan,
kekerasan kembali terjadi dilakukan saudara saya di Sampang. Sebuah pemukiman
warga Syiah rumahnya dibakar, dan sampai ada jatuhnya 2 korban jiwa.
Subhanullah pikir saya dalam hati.
Kenapa harus membakar rumah orang lain dan kenapa harus ada tumpahan darah lagi?
Kenapa harus membakar rumah orang lain dan kenapa harus ada tumpahan darah lagi?
Saya
betul-betul kecewa dengan apa yang dilakukan saudara saya di sana. Apakah
pembakaran dan pembunuhan adalah jalan terakhir?
Tentu saja tidak. Rasul dalam hadits telah menganjurkan untuk bermusyawarah untuk setiap hal.
Tentu saja tidak. Rasul dalam hadits telah menganjurkan untuk bermusyawarah untuk setiap hal.
Dalam
kasus tersebut saya langsung terbayang, kasus 1999 di Sambas, Kalimantan Barat.
Madura diusir dari tanah Sambas secara total, dan banyak korban saudara saya di
sana.
Saya
berpikir, bagaimana perasaan saudara saya yang diusir tersebut. Tentu dan pasti
mereka tak menerima akan perlakuan itu. Belum lagi sebagian keluarga mereka
menjadi korban. Harta habis entah menjadi milik siapa.
Begitu
juga dengan di Sampang. Apa yang terjadi di sana juga menghantam jiwa orang
yang menjadi korban.
Merupakan
sebuah penentangan terhadap hukum dan keadilan bangsa.
Secara
hak asasi, pelaku adalah tak mengenal kemanusian. Itu adalah sebuah pelanggaran
besar dalam tatanan kemanusiaan.
Saya
sungguh tidak berpikir, kenapa para kiyai yang menjadi pijakan utama di Pulau
Garam tak mampu meredam itu semua. Atau apakah saya harus berpikiran bahwa
kejadian itu dimotori oleh kiyai di daerah setempat?
Saya
tahu, Syiah adalah ajaran yang "sesat" menurut NU. Dan saya tahu di
Madura menyuluruh berpaham NU.
Bicara
Syiah dan NU memang bertentangan. Ajaran yang dibawa sangat jauh perbedaannya.
Yah mungkin kalau saya lancang keduanya bagai pantat ayam dan langit.
Yah,
ingin membasmi Syiah dari tanah Madura mungkin adalah hal positif karena Madura
sangat kental akan ke-NU-annya.
Tapi
saudara, apakah tak ada jalan lain selain membumihanguskan kediaman mereka dan
membunuhnya?
Saya
yakin, alasan kalian adalah karena anda NU, saya yakin karena anda tidak ingin
anak keturunan anda terkontaminasi oleh ajaran Syiah. Saya yakin juga, apa yang
anda lakukan atas suruhan beberapa orang.
Para kiyai di Sampang, jangan hanya belajat ke-NU-an, tapi belajar juga kemanusian. Jangan hanya belitkan surban tapi berpikirlah akan hak dan perasaan. Kiyai, anda adalah pondasi masyarakat Madura.
Saudara saya di Sampang, khususnya yang melakukan kekerasan. Anda semakin menorehkan luka dalam bagi saudara anda sendiri yang ada di perantauan. Masyarakat semakin akan berkeyakinan bahwa Madura itu keras.
Para kiyai di Sampang, jangan hanya belajat ke-NU-an, tapi belajar juga kemanusian. Jangan hanya belitkan surban tapi berpikirlah akan hak dan perasaan. Kiyai, anda adalah pondasi masyarakat Madura.
Saudara saya di Sampang, khususnya yang melakukan kekerasan. Anda semakin menorehkan luka dalam bagi saudara anda sendiri yang ada di perantauan. Masyarakat semakin akan berkeyakinan bahwa Madura itu keras.
Saudara
saya yang seketurunan, bagaimana perasaan anda bila hal yang mirip menimpa
anda? Bagaimana perasaan anda bila ada kerabat anda yang terbunuh?
Untuk pengetahuan
saudara, saya juga tak terima bila Syiah menyebar di Madura. Tapi saya lebih
tak terima atas kelakuan anda yang tak berprikemanusian.
Penulis adalah ETNIS MADURA tinggal di Kecamatan Sungai Ambawang, Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat. Menjabata sebagai Ketua Departemen Informasi dan Komunikasi Pimpinan Wilayah Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama, Kalimantan Barat.
Penulis adalah ETNIS MADURA tinggal di Kecamatan Sungai Ambawang, Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat. Menjabata sebagai Ketua Departemen Informasi dan Komunikasi Pimpinan Wilayah Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama, Kalimantan Barat.
Di Pondok Kelahiran,
Selasa,
28 Agustus 2012, Pukul 23.36