Wednesday, 6 March 2013

SCI SMKN 3 Pontianak Berani Terima Pesanan Batik Jumlah Besar

BATIK SMKN 3 Pontianak dipajang di pelataran sekolah. Merupakan hasil asli kreatifitas siswa SMKN 3 Pontianak. Terlihat juga Pembina Spesialis Corak Ingsang (SCI) Wasilah menerangkan kepada salah seorang dari Disperindagkop dan UKM Kota Pontianak, Ersa yang datang melakukan survey. Jumat (1/3) sore kemarin. FOTO: Ubay KPI

SCI SMKN 3 Pontianak Berani Terima Pesanan Batik Jumlah Besar

Oleh Ubay KPI

Spesialis Corak Ingsang adalah komunitas batik yang dimiliki SMKN 3 Pontianak Pontianak, dulunya pecinta batik di SMKN 3 Pontianak bernama Batik Wadah SMKN 3 Pontianak. Seiring dengan banyaknya siswa yang mahir dan berpengalaman dalam memproduksi batik, kini SMKN 3 Pontianak sudah berani menantang konsumen dalam jumlah besar.
Satu tahun lalu, siswa kreatif SMKN 3 Pontianak masih mengandalkan batik Jawa. Namun sejak akhir 202 lalu, semakin meningkatkan kreatifitasnya dan berani mengangkat symbol daerah, khususnya Kalimantan Barat.
Bahkan, pengkombinasian corak sudah sangat terlihat dari hasil-hasil batik yang telah selesai diolah. Seperti corak ingsang dan lidah buaya, corak Dayak dan China. Sudah mulai tampak. Bahkan, ada hasil spektakuler yang telah diproduksi SMKN 3 Pontianak. Yakni batik tiga dimensi dengan corak kombinasi insang, lidah buaya, dan China.
Ketua Spesialis Corak Ingsang (SCI) SMKN 3 Pontianak Wasilah saat ditemui disela-sela memantau 300 siswa SMKN 3 Pontianak melakukan produksi batik berbagai corak, Jumat (1/3) sore kamarin di SMKN 3 Pontianak, Wasilah mengatakan produksi SMKN 3 Pontianak kini tak hanya bermain di Pontianak. Namun sudah ke nasional dan internasional. Hanya saja, untuk melakukan produksi dalam jumlah banyak, pihaknya tidak berani karena sangat terkendala dengan sarana dan peralatan.
“Kalau jumlah ratusan, kami masih sanggup dengan kerja para siswa yang sudah mahir. Tapi kalau sudah ribuan, kita tidak berani. Makanya, kami mengharapkan bantuan pemerintah dalam mengupayakan adanya peralatan dan sarana,” ujarnya kemarin.
Kemarin, juga ada pihak Disperindagkop dan UMKM Kota Pontianak yang datang menyaksikan langsung bagaimana siswa-siswa memproduksi batik. Ersa, Kasi di bidang industry datang melihat kondisi para siswa membatik di pelataran sekolah yang juga merupakan lokasi parkir kendaraan. Pengeringan dilakukan di lapangan sekolah. Begitu juga proses pengecapan dilakukan dilokasi yang bergabung dengan lokasi parkir.
Kepada Borneo Tribune, Ersa menyatakan merasa bangga dengan kreasi siswa yang penuh semangat menciptakan batik khas daerah. Yang sangat ia berikan jempol, SMKN 3 Pontianak tak hanya memperhatikan corak yang populer di Pontianak yakni ingsang, namun corak Dayak juga ikut dipopulerkan. Karenanya, pemerintah melalui Disperindagkop dan UMKM tahun ini memberikan bantuan sesuai yang diajukan oleh pihak sekolah.
“Ini masih tahap awal. Untuk produksi lebih besar dan dukungan pemerintah, saya masih belum bisa memberikan komentar,” ujar Ersa.
Salah satu siswa kelas atas yang menjadi mentor sekaligus pembina karena memiliki kemampuan yang hebat dalam membatik, Erlin Claudya saat dittanya soal fasilitas, ia mengatakan masih belum mengganggu semangat rekan-rekannya. Akan tetapi menurutnya, itu menjadi salah satu kendala. “Tapi kawan-kawan tetap semangat. Dan kami pun lebih semangat,” ujarnya.
Ditanya soal proses, Erlin mengatakan proses yang dibutuhkan cukup panjang. Hanya saja hal itu tergantung motif yang akan dibuat.
Soal bahan baku, SMKN 3 Pontianak menurut Erlin menggunakan kain katun asli. Selain memiliki kelebihan menyerap tinta atau malam lebih baik. Juga memiliki ketahanan dalam mempertahankan warna batik.
“Harapan kami,  ya ini bisa dikembangkan. Mengenai pemensanan, kami siap kerjakan kalau hanya dalam jumlah ratusan. Silahkan datang saja kesini (SMKN 3 Pontianak), ujar Erlin dengan nada seakan menantang konsumen.
Erlin juga sempat menjelaskan proses-proses yang dilalui dalam menghasilkan dua meter batik. Mulai dari persiapan lukisan, mengecap, membilas, menjemur, sampai pada penakaran warna. “Bahan-bahan pewarna yang kita gunakan murni yang alami. Makanya ketahanan warna sangat baik dan terjamin,” pungkasnya.

Berikut saya lampirkan beberapa foto kegiatan dan proses membatik di SMKN 3 Pontianak

Motif bunga-bunga

Motif bunga-bunga

Batik dengan motif bunga-bunga diberi bayangan dengan menggunakan cotton bud

Batik-batik SMKN 3 Pontianak dipajang dibagian dinding sekolah

Memberikan bayangan pada motif cetak

Memberikan bayangan

Pemberian warna dasar kain setelah diberi motif

Ditiriskan setelah diberi warna dasar

Pemberian warna dasar kain yang awalnya polos putih

Sebelum diberi warna, kain dibentangkan agar tidak ada kerutan

Pemberian warna pada kain dilakukan dengan perlahan agar mendapatkan hasil yang rata.
Dari atas ke bawah, kemudian sebaliknya

Salah satu staff Disperindag Kota Pontianak Ersa (duduk kiri) melihat hasil batik karya siswa SMKN 3 Pontianak

Memberi warna dasar kain yyang dilakukan pada sebuah bak yang telah diberi zat pewarna alami

Setelah pemberian warna, kain dibentangkan sebelum dijemur agar mendapatkan hasil warna yang rata

Pewarnaan kain dengan zat pewarna yang bersumber dari alam

Beberapa batik yang selesai dengan berbagai corak dan warna



Proses batik cap dengan motif corak ingsang (Khas Melayu)

Batik cap dengan motif lidah buaya bermahkota. Menyimbolkan Pontianak merupakan penghasil lidah buaya
dan olahan lidah buaya merupakan khas Kota Pontianak

Kain polos putih dipersiapkan untuk dibuat bati cap



Batik corak lidah buaya bermahkota

Batik cap motif khas Dayak


No comments:

Post a Comment