"Bro q msk kpi"
Oleh Ubay KPI
Sudah jam 01. 27. Saya membuka hape yang sudah tak bs lagi digunakan
untuk nelepon karena speakernya yang rusak. Suatu pesan singkat masuk.
Pesan itu tertera jam 01. 18 di hape cross berwarna putih dengan layar
yang sudah agak kusam, dan di dua bagian sisinya sudah tersulut rokok karena
menjadi pengganti asbak itu.
Isinya singkat, "Bro q msk kpi tlg nnt ajrn q tntg hal2 yg brkaitn
dg tulisan".
Saya tak tahu siapa pengirimnya, karena nama pemilik nomor itu tidak
tersimpan di hape bututku.
Saya masih sempat membalas pesan itu menanyakan siapa dia.
Hingga beberapa saat saya tunggu tak ada jawaban. Saya membuka laptop yang masih dicas.
Hingga beberapa saat saya tunggu tak ada jawaban. Saya membuka laptop yang masih dicas.
Karena pesan itu, saya mengurungkan untuk mencuci jaket yang telah
kotor. Dengan masih hanya mengenakan handuk di kamar penginapan di kawasan
Jalan Utama/Nenas, Pekanbaru, Riau. Saya menunggu balasan pesan yang saya
kirim.
Hingga lewat jam setengah dua, masih belum juga ada balasan.
Saya heran, kenapa dia menghubungi saya karena masuk KPI? Kenapa tak menghubungi dosen di kampus saja? Kenapa harus ke saya? Bukankah saya hanya mahasiswa biasa yang baru semester tujuh yang mata kuliahnya banyak ketinggalan?
Bukannya juga lebih banyak mahasiswa lain yang lebih jenius, lebih rajin, lebih konsen kuliah, lebih aktif menerbitkan buku?
Kenapa harus kepada saya bung?
Saya heran, kenapa dia menghubungi saya karena masuk KPI? Kenapa tak menghubungi dosen di kampus saja? Kenapa harus ke saya? Bukankah saya hanya mahasiswa biasa yang baru semester tujuh yang mata kuliahnya banyak ketinggalan?
Bukannya juga lebih banyak mahasiswa lain yang lebih jenius, lebih rajin, lebih konsen kuliah, lebih aktif menerbitkan buku?
Kenapa harus kepada saya bung?
Sambil mendengarkan lagu Iwan Fals berjudul "ibu" yang saya
putar di notebook mini bermerek Dell, saya senyum sendiri. Heran dan heran atas
pesan itu.
Sebenarnya saya sudah bisa menebak, pasti pengirimnya adalah mahasiswa
baru di STAIN Pontianak yang mengambil Program Studi Komunikasi Penyiaran
Islam, atau yang biasa disingkat KPI seperti di belakang nama saya.
Saat itu, yang bisa saya terka adalah dia mungkin kenal saya, dan
sedikit tahu tentang saya. Begitu juga sebaliknya, saya mengenalnya. Namun tak
tahu siapa dia karena namanya tak ada di hape saya.
KPI memang melekat pada saya. Karena di program studi itu saya terbangun
untuk menulis lebih giat. Di program studi itu memang menulis menjadi salah
satu kompetensi. Selain broadcasting, viar, photografer, presenter, dan
jurnalis.
Sejak awal kuliah, saya memang langsung mengarah dan konsen di
kepenulisan. Meski karya saya tak seberapa. Khususnya konsen di jurnalistik.
Yang akhirnya sebelum selesai semester pertama, saya mendapat kesempatan
bekerja di sebuah media harian di Kota Pontianak, Borneo Tribune namanya.
KPI memang tak menjanjikan secara pasti untuk lapangan pekerjaan. Tapi
bila benar-benar konsentrasi, insya Allah akan mampu dengan mudah menemukan
lapangan kerja pasca kuliah.
Di Kalbar sudah banyak bukti, hampir seluruh media cetak dan elektronik di Kalbar ada lulusan KPI STAIN Pontianak.
Di Kalbar sudah banyak bukti, hampir seluruh media cetak dan elektronik di Kalbar ada lulusan KPI STAIN Pontianak.
Bicara menulis, bagi saya adalah hal yang tak bisa dilepas dalam waktu
ini. Bahkan, satu hari saja tidak membuat tulisan, untuk kewajiban di tempat
saya kerja atau hanya sebatas untuk di blog. Kurang lengkap rasanya hari itu
bagi saya.
Sebagaimana Pramodya Ananta Toer mengatakan, menulis adalah pekerjaan
untuk keabadian. Saya sangat sepaham dengan ungkapan itu. Dan banyak orang
mengutip perkataan itu.
Hari-hari, kejadian, persoalan (kenangan) akan menjadi sia-sia dan hanya menjadi koleksi otak dan hati bila tak ditulis. Lebih sia-sia lagi bila suatu hal ini mengandung manfaat atau pelajaran yang semestinya bisa dibagi kepada orang lain.
Hari-hari, kejadian, persoalan (kenangan) akan menjadi sia-sia dan hanya menjadi koleksi otak dan hati bila tak ditulis. Lebih sia-sia lagi bila suatu hal ini mengandung manfaat atau pelajaran yang semestinya bisa dibagi kepada orang lain.
Untuk medianya, tak harus ke media cetak. Namun online juga bisa
dimanfaatkan. Tak harus website atau blog, atau juga wordpress. Namun di jejaring
sosial seperti facebook juga bisa. Dengan memosting tulisan itu ke catatan.
Gampang kan, dan bisa jadi tulisan itu dibaca banyak orang.
Antusiasme orang yang mengirim pesan ke nomor hape saya itu sangat saya
respon penuh semangat. Satu, ia punya keinginan untuk menulis. Kedua, dari
menulis, berarti ia punya cita-cita lain. Mungkin akan menerbitkan buku atau
menjadi wartawan media cetak.
Akhir sari saya kawan, selamat datang di kampus STAIN Pontianak, dan
selamat bergabung dengan mahasiswa (senior) di Program Studi Komunikasi
Penyiaran Islam (KPI).
Dengan Sehelai Handuk
Diiringi Lagu "Ibu" Di Penginapan Awak Media Kalbar Peliput Kontingen
Kalbar PON XVIII, Jalan Utama/Nenas, Pekanbaru, Riau
Kamis, 13 September
2012, pukul 02.00
No comments:
Post a Comment