Rinduku Pada Ayah
Oleh Ubay KPI
Entah mengapa, malam ini sama sekali saya tak bs memejamkan mata untuk tidur. Sedangkan jam sudah menunjukkan pukul 04.07.
Hanya bisa terbaring di ranjang penginapan di
sebuah rumah kost yang terletak di Jalan Utama/Nenas, Pekanbaru Riau.
Sedari tadi sepertinya mata sudah ngantukk,
namun susah sekali untuk pejam.
Semasa madrasah dulu, saya hilang kesadaran saat dibawa membaca buku. Namun tidak pada malam ini. Ingatanku hanya terbayang ibu, bapak, dan keluarga di rumah.
Semasa madrasah dulu, saya hilang kesadaran saat dibawa membaca buku. Namun tidak pada malam ini. Ingatanku hanya terbayang ibu, bapak, dan keluarga di rumah.
Ini hari kelima, sejak Kamis 9 April lalu saya
berada di Riau. Sejak dua malam yang lalu, memang seakan yang ada dalam
bayanganku adalah ibu di rumah. Bahkan saya sempat gelisah untuk tidur.
Saya coba keluar kamar melihat suasana di luar meski hanya melalui jendela.
Di tembok jendela saya duduk menatap bagian atas gedung Bank Riau yang hanya tampak sedikit karena terhalang bangunan. Di seberang jalan. lantunan musik haouse menggema dari warnet yang masih ramai pengunjung. Awan hanya hitam keputihan tanpa satu pun bintang.
Saya kira itu bisa mengobati kegelisan. Namun tidak sesuai harapan. Yang terjadi malah sosok ayah yang hadir dalam kesendirian itu.
Saya coba keluar kamar melihat suasana di luar meski hanya melalui jendela.
Di tembok jendela saya duduk menatap bagian atas gedung Bank Riau yang hanya tampak sedikit karena terhalang bangunan. Di seberang jalan. lantunan musik haouse menggema dari warnet yang masih ramai pengunjung. Awan hanya hitam keputihan tanpa satu pun bintang.
Saya kira itu bisa mengobati kegelisan. Namun tidak sesuai harapan. Yang terjadi malah sosok ayah yang hadir dalam kesendirian itu.
Ya, ayah pada tanggal 18 september tepat 100
hari meninggalkan saya untuk selamanya.
Terbayang sosok ayah yang terbaring sakit dalam pendampingan saya. Terbayang masa kecil saat saya dalam gendongannya ketika akan ke rumah nenek, terbayang kemurkaannya saat saya tak salat Subuh. Terbayang juga saat ia marah ketika ia meminta dipindahkan ke kamar saat pernikahan keponakan.
Terbayang sosok ayah yang terbaring sakit dalam pendampingan saya. Terbayang masa kecil saat saya dalam gendongannya ketika akan ke rumah nenek, terbayang kemurkaannya saat saya tak salat Subuh. Terbayang juga saat ia marah ketika ia meminta dipindahkan ke kamar saat pernikahan keponakan.
Ya Rabb, tempatkanlah ia di sisi-Mu pada tempat
yang indah.
Bayangan itu tak hanya membawaku untuk terdiam.
Sesekali saya sandarkan kepala ini ke jendela. Namun bayangan ayah terus hadir.
Bersambung……………
No comments:
Post a Comment