Pasar Bawah, Pekanbaru, Riau |
Pasar Bawah Punya Sensasi
Oleh Ubay KPI
Bangunannya tak terlalu kumuh, tak terlalu indah, dan jauh dari kesan mewah. Hanya sebuah bangunan besar dengan kotak-kotak ruangan di dalamnya. Tapi ketidakindahan itu tak berbanding dengan isi di dalamnya. Memasuki lokasi itu, memupus segala pesan negatif saat berada di luar.
Pasar Bawah nama lokasi itu. Lokasi pasar yang pas berada di
diturunan. Meski tak terlalu terjal. Namun lokasi itu sedikit menukik turun
dari jalan kota Pekanbaru. Tak jauh dari bangunan itu adalah Sungai Siak. Kedua
sisinya diapit jalan satu arah.
Itulah pasar yang menjual secara lengkap aksesoris tentang
Riau. Mulai dari kerajinan hingga kain. Mulai dari harga ribuan hingga ratusan.
Pengunjungnya, mulai dari menengah ke bawah hingga menengah ke atas. Mulai dari
buruh sawah hingga konglomerat. Yah, menurut saya, tak lengkap bila sampai ke
Riau tanpa menyambangi Pasar Bawah.
Saya dua kali datang ke pasar itu saat ada di Riau beberapa
waktu lalu.
Pertama membeli kain untuk ibu dan kakak di rumah ditemani oleh teman saya di Riau yakni Yurike Dhinda dan Fatimah, kedua kalinya saya membeli gantungan kunci diantar sopir mobil sekaligus langsung ke bandara.
Pertama membeli kain untuk ibu dan kakak di rumah ditemani oleh teman saya di Riau yakni Yurike Dhinda dan Fatimah, kedua kalinya saya membeli gantungan kunci diantar sopir mobil sekaligus langsung ke bandara.
Ragam jenis saya temukan di lokasi itu. Aksesoris yang sarat
akan pesan budaya dan kain-kain khas Riau yang indah dengan segala motif dan
warna. Banyak lagi oleh-oleh yang bisa didapat dari pasar itu. Tergantung
setebal ãやą lembaran yang kita punya di saku.
Kunjungan saya waktu itu bersamaan dengan pelaksanaan Pekan
Olahraga Nasional di Bumi Melayu Lancang Kuning. Sehingga banyak sekali rakyat
Indonesia yang berkumpul di sana. Tak ayal, pasar itu semakin ramai oleh
kunjungan konsumen untuk membeli oleh-oleh yang akan dibawa pulang ke daerahnya
masing-masing.
Tak heran pula, saat itu menjadi waktu aji mumpung bagi
pedagang di Pasar Bawah menaikkan beberapa barang dagangannya. Menurut salah
satu rekan saya yang menemani ke pasar itu, harga barang-barang rata-rata naik
dari biasanya. Seperti kain yang saya beli bermotif songket Riau, dari harga
hari biasa yang hanya 50-an menjadi 80-an.
"'Kesemapatn neh Mas karena pas PON," kata Yurike.
Pasar Bawah memang sangat dikenal dengan harganya dagangannya
yang murah dan pusat aksesoris Riau. Makanya, rata-rata atlet dan official
kontingen, dari Papua hingga Aceh datang ke pasar itu.
Mungkin lokasi itu memang didesign menjadi pusat khas Riau.
Sama halnya di Pontianak, ialah pasar PSP di Jalan Pattimura menjadi pusat
aksesoris Kalbar dan Pontianak.
Menurut saya, sangat layak Pasar Bawah menjadi cermin daerah
lain yang belum memusatkan khas daerahnya. Tentu saja Pontianak, sangat dan
bahkan wajib melakukan studi banding tentang pengelolaan pasar seperti Pasar
Bawah.
Terakhir dari catatan ini, ingin saya sampaikan terima kasih
saya pada Yurike dan Fatimah yang mungkin ikhlas menemani saya berjalan
mengetahui Pekanbaru selama berada di Tanah Melayu. Mulai dari makan bakso dan
jembatan Siak III hingga Pasar Bawah.
Mulai dari ketidaksukaan saya jalan malam di kota itu,
menjadi suka sehingga memiliki pengalaman yang bisa saya bawa pulang ke
Pontianak.
Terima kasih Yuri, terima kasih pula Fatimah. Semoga
persahabatan kita tak hanya sebatas di Pekanbaru, namun di tempat yang jauh
ini, kita tetap terikat dengan simpul tari persahabatan.
Di Warung Kopi Pojok Perempatan Siantan, Pontianak
Senin, 24 September 2012. Pukul
22.07 WIB
Hahay.... sampai juga keriau ya? bawa atlit apa kemaren?
ReplyDeleteIya kawan. 16 hari di sana. Cuma main saja ke Riau
ReplyDelete