Sunday, 29 May 2011

Mereka Mencontoh Kita

Mereka Mencontoh Kita 

Oleh KA

Suatu ketika, ada seorang kakek tinggal dengan anaknya. Selain itu,tinggal pula menantu, dan anak mereka yang berusia 6 tahun.Tangan orangtua ini begitu rapuh, dan sering bergerak tak menentu.Penglihatannya buram, dan cara berjalannya pun ringkih.. Keluar...ga itu biasa makan bersama di ruang makan. Namun, sang orang tua yang pikun ini sering mengacaukan segalanya. Tangannya yang bergetar dan mata yang rabun, membuatnya susah untuk menyantap makanan. Sendok dan garpu kerap jatuh ke bawah. Saat si kakek meraih gelas, segera saja susu itu tumpah membasahi taplak. Anak dan menantunya pun menjadi gusar. Mereka merasa direpotkan dengan semua ini. "Kita harus lakukan sesuatu," ujar sang suami. "Aku sudah bosan membereskan semuanya untuk pak tua ini."    Lalu, kedua suami-istri ini pun membuatkan sebuah meja kecil di sudut ruangan. Di sana, sang kakek akan duduk untuk makan sendirian, saat semuanya menyantap makanan. Karena sering memecahkan piring, keduanya juga memberikan mangkuk kayu untuk si kakek. Sering saat keluarga itu sibuk dengan makan malam mereka, terdengar isak sedih dari sudut ruangan. Ada airmata yang tampak mengalir dari gurat keriput si kakek. Meski tak ada gugatan darinya. Tiap kali nasi yang dia suap, selalu ditetesi air mata yang jatuh dari sisi pipinya. Namun, kata yang keluar dari suami-istri ini selalu omelan agar ia tak menjatuhkan makanan lagi.Anak mereka yang berusia 6 tahun memandangi semua dalam diam.    Suatu malam, sebelum tidur, sang ayah memperhatikan anaknya yang sedang memainkan mainan kayu. Dengan lembut ditanyalah anak itu. "Kamu sedang membuat apa?". Anaknya menjawab, "Aku sedang membuat meja kayu buat ayah dan ibu, untuk makan saatku besar nanti. Nanti, akan kuletakkan di sudut itu, dekat tempat kakek biasa makan." Anak itu tersenyum dan melanjutkan pekerjaannya.    Jawaban itu membuat kedua orang tuanya begitu sedih dan terpukul. Mereka tak mampu berkata-kata lagi. Lalu, air mata pun mulai bergulir dari kedua pipi mereka. Walau tak ada kata-kata yang terucap, kedua orang tua ini mengerti, ada sesuatu yang harus diperbaiki.    Mereka makan bersama di meja makan. Tak ada lagi omelan yang keluar saat ada piring yang jatuh, makanan yang tumpah atau taplak yang ternoda. Kini, mereka bisa makan bersama lagi di meja utama. Dan anak itu, tak lagi meraut untuk membuat meja kayu.    Sahabat, anak-anak adalah persepsi dari kita. Mata mereka akan selalu mengamati, telinga mereka akan selalu menyimak, dan pikiran mereka akan selalu mencerna setiap hal yang kita lakukan. Mereka adalah peniru. Jika mereka melihat kita memperlakukan orang lain dengan sopan, hal itu pula yang akan dilakukan oleh mereka saat dewasa kelak. Orangtua yang bijak, akan selalu menyadari, setiap "bangunan jiwa" yang disusun, adalah pondasi yang kekal buat masa depan anak-anak.    Mari, susunlah bangunan itu dengan bijak. Untuk anak-anak kita, untuk masa depan kita, untuk semuanya. Sebab, untuk merekalah kita akan selalu belajar, bahwa berbuat baik pada orang lain, adalah sama halnya dengan tabungan masa depan.   

Ibu, Engkau Samudera Kebaikan

Ibu, Engkau Samudera Kebaikan 
 
Oleh KA 
 
Ibu … Lukisan kerut wajahmu   adalah prasasti tentang duka-lara perjalanan kasihmu untuk ku  yang  dipenuhi doa-doa abadi  mengiringi dan memayungiku menelusuri  rambu-rambu kehidupan Ibu … Engkau tak pernah lelah dan bosan Otot-otot kakimu menonjol  mena...nggung beban masa depan Sayu tatap matamu selalu mengandung kecemasan bercampur sejuta maaf Ketika aku berlari dari adab dan fitrah kemanusiaanku Selalu kau sirami dengan nilai-nilai kenikmatan hakiki Sehingga hidupku tak lagi tersesat dalam belantara ini Ibu … Kesedihan dan bahagiaku Selalu membekas di wajahmu Ibu … Engkau adalah samudera kebaikanku Itulah persaksian yang kutanam di  lubuk hati Kelak kujadikan pembelamu di hadapan Ilahi.
Gresik, 22 Mei 2011  

Bangkrut atau Bangkit?

 BANGKIT ATAU BANGKRUT?

Oleh: Fatma Elly
Sesak nafasmu mekik
Atas jiwa terhimpit..

Lapar di sini
Berlebih di sana..
Menangis di sini
Tertawa di sana..

Di gang-gang sempit…
Nyamuk demam berdarah bertahta
Dalam got-got hitam sarangnya..

Di real estit, rumah-rumah gedongan
Perut-perut buncit, sama kekenyangan.
Melahap semua hidangan..

Duh…

Jum’at 20 Mei, hari ini, Kebangkitan Nasional
Syukur atas masih hadirnya kita di bumi pertiwi..
Di atas nafas terhembus yang masih dipertanyakan..
Bangkitkah .. atau… bangkrutkah…

Pola pilih dilakukan..
Kesempatan waktu diberikan..
Terbentang ruang di hadapan

Kemana akan melangkah…
Di atas pijak menapak
Atau berjalan di tempat..

Moral tertinggal
Akal terpenggal
Diri terjagal..
Dalam segala kesengsaraannya..
Meninggal...

Dirimu penentu atas iman dan ilmu
Dalam keyakinan kesadaran pada-Nya..

Di antara harum wanginya..bunga
Bau busuk buruknya..
Tinggal pilih menentukannya..
Di situlah letak bahagia…

Bangkit.. atau malah… bangkrut!

Di tanganmulah adanya…

Meski temaram gelap menyelimuti
Dirimu tegak berdiri..
Wangi harum-Nya tetap memberi…

Abah, Kembalikan Tangan Ita

Abah, Kembalikan Tangan Ita 

Oleh Ita


Ini Kisah Nyata untuk dijadikan pedoman dan pengajaran... Sepasang suami isteri - seperti pasangan lain di kota-kota besar meninggalkan anak-anak diasuh pembantu rumah semasa keluar bekerja. Anak tunggal pasangan ini, perempuan berusia tiga setengah tahun....  Bersendirian di rumah dia kerap dibiarkan pembantunya yang sibuk bekerja bermain diluar, tetapi pintu pagar tetap dikunci. Bermainlah dia sama ada berayun-ayun di atas buaian yang dibeli bapanya ataupun memetik bunga raya, bunga kertas dan lain-lain di halaman rumahnya.    Suatu hari dia melihat sebatang paku karat. Dia pun mencoret semen tempat mobil ayahnya diparkirkan tetapi kerana lantainya terbuat dari marmer, coretan tidak kelihatan. Dicobanya pada mobil baru ayahnya.  Ya...kerana mobil itu bewarna gelap, coretannya tampak jelas. Apa lagi kanak-kanak ini pun membuat coretan sesuai dengan kreativitasnya. Hari itu bapak dan ibunya bermotor ke tempat kerja kerana macet ada perayaan Thaipusam.    Setelah penuh coretan yg sebelah kanan dia beralih ke sebelah kiri mobil. Dibuatnya gambar ibu dan ayahnya, gambarnya sendiri, lukisan ayam, kucing dan lain sebagainya mengikut imaginasinya. Kejadian itu berlangsung tanpa disadari si pembantu rumah. Pulang petang itu, terkejut pasangan itu melihat mobil yang baru setahun dibeli dengan bayaran angsuran.    Si bapak yang belum lagi masuk ke rumah ini pun terus menjerit, "Kerjaan siapa ini?"  Pembantu rumah yang tersentak dengan jeritan itu berlari keluar. Dia juga beristighfar. Mukanya merah padam ketakutan lebih2 melihat wajah bengis tuannya.  Sekali lagi diajukan pertanyaan keras kepadanya, dia terus mengatakan 'Tak tahu...!"  "kamu dirumah sepanjang hari, apa saja yg kau lakukan?" hardik si isteri agi.    Si anak yang mendengar suara ayahnya, tiba-tiba berlari keluar dari kamarnya. Dengan penuh manja dia berkata "Ita yg membuat itu abahhh...cantik kan!" katanya sambil memeluk abahnya ingin bermanja seperti biasa.  Si ayah yang hilang kesabaran mengambil sebatang ranting kecil dari pohon bunga raya di depannya, terus dipukulkannya berkali2 ke telapak tangan anaknya. Si anak yang tak mengerti apa-apa terlolong-lolong kesakitan sekaligus ketakutan. Puas memukul telapak tangan, si ayah  memukul pula belakang tangan anaknya.Si ibu cuma mendiamkan saja, seolah merestui dan merasa puas dengan hukuman yang dikenakan.    Pembantu rumah terbengong, tdk tahu hrs berbuat apa ???  Si bapak cukup rakus memukul-mukul tangan kanan dan kemudian tangan kiri anaknya.    Setelah si bapak masuk ke rumah dituruti si ibu, pembantu rumah menggendong anak kecil itu, membawanya ke kamar. Dilihatnya telapak tangan dan belakang tangan si anak kecil luka2 dan berdarah. Pembantu rumah lalu memandikan anak kecil itu. Sambil menyiram air sambil ikut menangis. Anak kecil itu juga terjerit-jerit menahan kepedihan saat luka2nya itu terkena air.  Si pembantu rumah kemudian menidurkan anak kecil itu.    Si bapak sengaja membiarkan anak itu tidur bersama pembantu rumah. Keesokkan harinya, kedua-dua belah tangan si anak bengkak. Pembantu rumah mengadu. "Oleskan obat saja!" jawab tuannya, bapak si anak.    Pulang dari kerja, dia tidak memperhatikan anak kecil itu yang menghabiskan waktu di kamar pembantu. Si bapak konon mau mengajar anaknya.  Tiga hari berlalu, si ayah tidak pernah menjenguk anaknya sementara si ibu juga begitu tetapi setiap hari bertanya kepada pembantu rumah. .."Ita demam..." jawab pembantunya ringkas. ..."Kasih minum panadol," jawab si ibu.    Sebelum si ibu masuk kamar tidur dia menjenguk kamar pembantunya. Saat dilihat anaknya Ita dalam pelukan pembantu rumah, dia menutup lagi pintu kamar pembantunya.    Masuk hari keempat, pembantu rumah memberitahukan tuannya bahwa suhu badan Ita terlalu panas.... "Sore nanti kita bawa ke klinik. Pukul 5.00 siap" kata majikannya itu.  Sampai saatnya si anak yang sudah lemah dibawa ke klinik. Dokter mengarahkan ia dirujuk ke hospital kerana keadaannya serius. Setelah seminggu di rawat inap doktor memanggil bapak dan ibu anak itu......"Tidak ada pilihan.." katanya yang mengusulkan agar kedua tangan anak itu dipotong kerana gangren yang terjadi sedah terlalu parah..... "Ia sudah bernanah, demi menyelamatkan nyawanya kedua tangannya perlu dipotong dari siku ke bawah" kata doktor.    Si bapak dan ibu bagaikan terkena halilintar mendengar kata-kata itu. Terasa dunia berhenti berputar, tapi apa yg dapat dikatakan. Si ibu meraung merangkul si anak.    Dengan berat hati dan lelehan air mata isterinya, si bapak terketar-ketir mananda tangani surat persetujuan pembedahan. Keluar dari bilik pembedahan, selepas obat bius yang suntikkan habis, si anak menangis kesakitan. Dia juga heran2 melihat kedua tangannya berbalut  kasa putih. Ditatapnya muka ayah dan ibunya. Kemudian ke wajah pembantu rumah. Dia mengerutkan dahi melihat mereka semua menangis.    Dalam siksaan menahan sakit, si anak bersuara dalam linangan air mata..... "Abah...Mama...Ita tidak akan melakukannya lagi. Ita tak mau ayah pukul, Ita tak mau jahat. Ita sayang abah...sayang mama." katanya berulang kali membuatkan si ibu gagal menahan rasa sedihnya....."Ita juga sayang Kak Narti..." katanya memandang wajah pembantu rumah,  sekaligus membuatkan gadis dari Surabaya itu meraung histeris.    "Abah...kembalikan tangan Ita. Untuk apa ambil...Ita janji tdk akan mengulanginya lagi! Bagaimana caranya Ita mau makan nanti? Bagaimana Ita mau bermain nanti? Ita janji tdk akan mencoret2 mobil lagi," katanya berulang-ulang.Serasa copot jantung si ibu mendengar kata-kata anaknya. Meraung2 dia sekuat hati namun takdir yang sudah terjadi, tiada manusia  dapat menahannya.

Kisah Menyentuh tanpa Judul

Kisah Menyentuh tanpa Judul 
 
Oleh Sejernih Air
 
‎''Kenapa kak Nisa selalu ikut campur pribadi Nana!Braaak....'' Suara pintu kamarku menghentikan pertengkaran kami. Ku rebahkan badan dan merenungi apa yang telah terjadi. Ini bukan pertengkaran pertama semenjak aku dan Alex berpacaran. Bukan hanya kak Ni...sa, Mama dan Mia sahabatku pun tak menyukai Alex. Pernah waktu aku sakit dan kebetulan ada janji mau ketemuan sama Alex,hpnya ku call nggak aktif. Tidak ingin ngecewain pujaan hati, ku suruh Mia menemuinya mengatakan tentang keadaanku. Semenjak ku sakit hingga aku sembuh tak ada telepon dari Alek untuk sekedar menanyakan keadaanku atau datang kerumah. Yg ada omelan dari Mia. ''Na...lo emang bego, pacaran sama cowok kayak gitu! Mendingan gue pacaran sama penjaga rumah gue yg jujur, setia dan menghormati wanita.'' Kata Mia dengan aura kebencian, Mia bilang Alex ngajak m***** **** . Hancur hatiku mendengar luahan hati sahabatku. ''Oklah kalau gitu, gue bilang bonyok lo. Secepatnya lo register ke KUA he he he....'' Ledekku tuk menutupi kegundahan hati. Waktu ku tanya ke Alex, semua itu hanya kebohongan Mia kata Alex. Di mataku, Alek seorang yg penyayang, sabar dan pengertian. ''threeet...threeet...threee.. .'' Getaran hp disaku membuyarkan lamunanku. Jam 11:45 pm, Alex menelponku. ''Assalamu'alaikum....'' Sapaku lembut walaupun sebenarnya ku sudah mengantuk. ''I miss you honey...'' Rayunya tanpa menjawab salamku. ''Jangan ngegombal!'' Jawabku kesal. '' Sìapa yg ngegombal?ini suara hatiku sayang....Untuk Nana apa sich yg enggak'' Entahlah tiba2 aku begitu muak ngobrol sama Alex. Apa karena terpengaruh kata2, mereka atau karena ku semakin tahu kebenaran. ''Kenapa yank?'' Tanya Alex ingin tau. ''Nggak apa, mungkin capek ja.'' Jawabku ketus. Berbagai rayuan dia ucapkan tapi tak mengubah sikapku. Obrolan terputus karena suara wanita memanggilnya. Ku coba call dia, hp sudah nggak aktif. Selalu seperti ini buat aku tambah kesal. Akhir2 ini,hpnya nggak aktif. Kalau di tanya alasan sibuk kerja. Aku rasa alex banyak berubah. Seminggu lagi ultah Alex, dia janji mahu bawa aku ke rumah ortunya. Seperti penyemangat baru untukku, akan ku buktikan bahwa kamu nggak seburuk yg mereka fikir. Walau lelah, sepulang kuliah ku sempatkan cari hadiah buat pujaan hati. Lapar juga mondar mandir di mall, lalu ku masuk ke KFC. Setelah memesan menu kesukaan, ku cari tempat yg agak nyantai. Mataku tertuju meja di pojok dekat jendela. Ada sepasang muda-mudi, si cowok duduk membelakangi mejaku, sedangkan si cewek duduk menghadap mejaku. Sepertinya aku pernah lihat cewek itu, di mana ya? ''Masa lalu seperti tapak kaki yg membekas di debu buatku. Akan hilang tersiram hujan atau terbang terbawa angin.'' Suara cowok itu membuyarkan lamunanku. Ku lihat cewek itu menahan tangis, untung aku pakai kaca mata hitam jadi leluasa memandang di sekelilingku.  '' Alex....devi adalah putrimu, buah hati kita.'' Keselek ku mendengar nama Alex disebut si cewek yg bersimba air mata. Karena nggak enak di kira nguping pembicaraan orang, ku tinggal makanan yg belum sempat ku makan. Sejuta tanya di benakku. Benarkah itu Alex? Semakin curiga aku, karena hp Alex nggak aktif.  Ku bangun kesiangan karena semalaman nggak bisa tidur. Mama dan kak Nisa sengaja nggak bangunin aku untuk berjamaah sholat shubuh. Semenjak sering terjadi pertengkaran setiap mereka membangunkanku. Ku call Mia, aku bilang nggak kuliah hari ini. Ku gunakan waktu kuliah, untuk cari hadiah untuk Alex. Kenapa dari tadi ku bolak balik di kid's store, aneh pikirku dalam hati padahal yg ku cari bukan mainan anak2. Baru selangkah hendak meninggalkan kid's store, ku lihat Alex masuk membawa balon. '' Alex...'' Panggilku, raut muka yg tadinya ceria berubah jadi merah seperti orang ketakutan.  '' Dewa...sini sayang, Papa bawa balon tuch.'' Jantungku seperti berhenti mendengar wanita di belakangku memanggil papa ke Alex. Ku kuatkan hatiku ku lihat anak kecil kira2 umur 3 thn berlari mendekati Alex. '' Nana...kamu adiknya Nisa?'' Sapa wanita itu mengagetkanku. '' I...iya mbak eh tante eh Bu.'' jawabku gagap. '' Aku Tina teman kakakmu SMU. Ini suamiku, si sulung dewa dan bentar lagi...'' Wanita itu tak meneruskan ucapanya, ia hanya mengelus perutnya yg besar. Berbagai pertanyaan ia lontarkan padaku, tapi tak ku jawab. Seperti kaki ini tak berpijak di bumi, tau2 kak Nisa sudah di sampingku lalu memelukku. Tak ku lihat Alex dan istrinya. Kak Nisa memapahku keluar dari kid's store. Mengajakku duduk di taman dekat mall. Ku peluk Kakakku dan menangis meluahkan rasa. Kak Nisa dengan lembut membelai rambutku, dengan sabar menghapus air mataku. Entah berapa lama ku menangis, ku lihat baju kakakku basah air mata dan ingusku. Hanya senyum di bibirnya dan menatapku penuh sayang.  '' Ma'afin Nana kak.'' Ucapku sesegukan. Dia hanya tersenyum dan memelukku. Kini ku mengerti kenapa mereka nggak suka Alex, karena sudah beristri. Wanita kemarin Fia sahabat kakakku yg dihamili Alex. Aku harus tegar seperti kakakku, yg kehilangan sahabat juga cinta. Ternyata Tina yg call kakakku, mereka panic melihat aku mematung di kid's store. Ku luahkan semua perasaanku, lalu kak Nisa mengajakku pulang karena bentar lagi waktu dzuhur. ''Na...serigala tidak kenal setia, kita bak domba setelah habis dagingnya. Ianya akan mencari mangsa lainnya. Cukup Allah tempatmu berharap dan pelabuhan cinta. Kelak akan datang cinta yg telah hallal untuk kita.''

Pesan Seorang Kakak untuk Adik Tercinta

Riki, Aal, dan Auli
Pesan Seorang Kakak untuk Adik Tercinta 
Oleh Sejernih Air
 
Kecil, dimanja. Muda, foya-foya. Tua, kaya raya. Mati, masuk surga. Inilah bahan candaan anak muda saat ini. Mungkin ini cuma bercanda. Namun, kadang juga ada yang punya prinsip hidup seperti ini. Begitu pula dengan seorang adik. Seorang adik dinasehati, ... “Dek, kamu di dunia ini hanya hidup sementara, jagalah ibadahmu.” Entah mengejek atau sekedar guyonan, dia menjawab, “Justru itu kak, kita manfaatkan hidup di dunia sekarang dengan foya-foya.” Sungguh adik yang satu ini jauh dari agama. Hidayah memang di tangan Allah. Namun nasehat haruslah terus disampaikan karena dialah adik satu-satunya yang setiap kakak pasti menginginkan kebaikan bagi saudaranya sebagaimana dia pun telah mendapatkan kebaikan.   Dek … Nabi kita shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah memberi wejangan pada seorang pemuda, yaitu Ibnu ‘Umar. Berikut sabdanya, “Hiduplah engkau di dunia seakan-akan engkau adalah orang asing atau bahkan seorang pengembara.” (HR. Bukhari no. 6416)   Adikku, negeri asing dan tempat pengembaraan yang dimaksudkan di sini adalah dunia, sedangkan negeri tujuannya adalah akhirat.   Adikku, yang namanya orang asing adalah orang yang tidak memiliki tempat tinggal dan tempat berbaring, namun dia dapat mampir sementara di negeri asing tersebut. Lalu dalam hadits di atas dimisalkan lagi dengan pengembara.   Wahai adikku, semoga engkau selalu mendapat taufik-Nya. Seorang pengembara tidaklah mampir untuk istirahat di suatu tempat kecuali hanya sekejap mata. Di kanan kirinya juga akan dijumpai banyak rintangan, akan melewati lembah, akan melewati tempat yang membahayakan, akan melewati teriknya padang pasir dan mungkin akan bertemu dengan banyak perampok. Itulah adikku, permisalan yang dibuat oleh nabi kita shallallahu ‘alaihi wa sallam. Hidup di dunia itu hanya sementara sekali, bahkan akan terasa hanya sekejap mata.   Renungkan juga hadits ini Adikku, permisalan yang bagus pula dapat engkau renungkan dalam hadits berikut. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Aku tidaklah mencintai dunia dan tidak pula mengharap-harap darinya. Adapun aku tinggal di dunia hanyalah seperti pengendara yang berteduh di bawah pohon dan beristirahat, lalu meninggalkannya.” (HR. Tirmidzi no. 2551. Dikatakan shohih oleh Syaikh Al Albani dalam Shohih wa Dho’if Sunan Abi Daud) Lihatlah adikku, permisalan yang sangat bagus dari suri tauladan kita. Hidup di dunia sungguh sangat singkat. Semoga kita bisa merenungkan hal ini.   Adikku … Segera kembalilah ke jalan Allah, ingatlah akhirat di hadapanmu Semoga hatimu terenyuh dengan nasehat Ali bin Abi Tholib berikut.   Ali berkata, “(Ketahuilah) dunia itu akan ditinggalkan di belakang. Sedangkan akhirat akan ditemui di depan. Dunia dan akhirat tersebut memiliki bawahan. Jadilah budak akhirat dan janganlah jadi budak dunia. Hari ini (di dunia) adalah hari beramal dan bukanlah hari perhitungan. Sedangkan besok (di akhirat) adalah hari perhitungan dan bukanlah hari beramal lagi.”   Adikku, ingatlah akhiratmu. Ingatlah kematian dapat menghampirimu setiap saat dan engkau tidak dapat menghindarinya. Janganlah terlalu panjang angan-angan.   Siapkanlah bekalmu dengan amal sholeh di dunia sebagai bekalmu nanti di negeri akhirat. Perbaikilah aqidahmu, jauhilah syirik, jagalah shalatmu janganlah sampai bolong, tutuplah auratmu dengan sempurna janganlah sampai mengumbarnya, dan berbaktilah pada ortumu dengan baik.   Semoga Allah memberi taufik padamu. Semoga kita dapat dikumpulkan bersama para nabi, shidiqin, syuhada, dan sholihin. Disusun di saat sore hari ketika Allah menganugerahi berkah hujan dari langit.   Rujukan : Fathul Bari, Ibnu Hajar Ma’arijul Qobul, Al Hafizh Al Hakami Fathul Qowil Matin, Syaikh Abdul Muhsin.

Persiapan sebelum Persalinan


Persiapan sebelum Persalinan

Oleh Sejernih Air

Kelahiran anak merupakan suatu yang selalu diimpikan oleh pasangan hidup rumah tangga, ketahuilah, anak adalah karunia Allah dan merupakan titipan dari-Nya. Tapi, pada umumnya bagi calon ibu, atau sang akhwat ya...ng melahirkan untuk pertama kali, biasanya merasa ngeri dan bingung, gimana sih cara melahirkan????.   Tapi jangan khawatir ukhti,…   Sebenarnya tidak perlu ada yang dicemaskan, bertawakallah kepada Allah, Yang Maha Kuasa. Kemudian artikel bawah ini mudah-mudahan bisa membantu ukhti dalam mengurangi ketegangan menghadapi persalinan, setelah pertolongan dari Allah ta’ala. Artikel ini berisikan pengetahuan umum tentang reaksi, kejadian, serta tindakkan yang harus kita lakukan, selamat membaca   Kejadian-kejadian pada kala I sebelum kelahiran.   Kala I : Permulaan kontraksi yang teratur sampai pembukaan lengkap leher rahim.   I : a. Pembukaan leher rahim sampai 3 cm.   b.Kejadian :   - His (kontraksi ) teratur tiap 10-15 menit. - Keluar sedikitdarah campur lendir - Pembukaan leher rahim. - Ibu merasa nyeri di pinggang.   c Tindakan : - Jika ketuban belum pecah bolehberjalan-jalan. - Mengosongkan kandung seni.   II. a. Pembukaan leher rahim 3-9 cm.   b. Kejadian: - His (kontraksi) makin kuat tiap 3-5 menit. - Ketuban menonjol/pecah. - Ibu merasa nyeri perut yang kuat sehingga berbaring.   c.Untuk mengurangi nyeri : - Tekan dengan tangan pada tulang kelangkang dan menggosok punggung. - Banyak minum. - Sering kencing - Tidak boleh mengejan, tarik napas dalam-dalam jika ingin pengejan   .III a. Pembukaan 9-10 cm.   b. Kejadian : - His makin kuat tiap 2-3 menit. - Timbul nyeri yang keras. - Keluar darah saat his. - Ketuban pecah.   c Tindakan : - Tidak boleh mengejan sebelum pembukaan lengkap. - Tarik nafas secara cepat saat his.   Kejadian-kejadian dalam kala II persalinan. a.Kejadian : - Kepala belum sampai dasar panggul. - His mengejan, kehendak mengejan sukar di kendalikan. - Keluar darah, lendir makin banyak. -Pembukaan lengkap. - Ketuban pecah. - Ibu tanpa sadar ingin menarik tungkai ke atas.   b. Tindakan : - Pada waktu kesakitan itu dipersilahkan menarik nafas dalam-dalam, kemudian dengan menahan nafas, menutup mulut, mengangkat kepala mengejan selama ada his dan istirahat bila kontraksi berhenti.   Gejala Bersalin. - Lebih mudah bernafas. - Sering BAK. - Perut kendang,tegang.   Segera ke RS / Bidan, jika : - Kontraksi rahin teratus, 10-15menit sekali, perut keras, jika tidur dinding perut naik - Nyeri pada pinggang menuju perut. - Dengan majunya waktu his makin kuat. - Keluar lendir bercampur darah. - Terjadi pendarahan leher rahim.   Persiapan fisik : - Tenang, minum susu +telur. - Mandi air hangat. - Memotong rambut aurat.   Pelepasan uri (tali pusat). - 5-80 menit, uri harus keluar. - Reaksi dari rahim. - Pelepasan uri rahim berkontraksi,darah mengalir, tali pusat memanjang, rahim naik ke atas menjadi keras dan bulat. - Ibu merasa mules di perut.   Masa dua jam setelah persalinan. - Rahim berkontraksi. - Ibu gembira, merasa gemetar, ingin istirahat. - Usahakan kencing dengan cara :   i. Cepat bangkit dari berbaring. ii. Menaruh botol air hangat di atas perut bagian bawah. iii. Dengar suara air kran. iv.Usahakan 3 hari sebelum melahirkan sudah buang air basar, agar saat melahirkan tidak menumpuk, kalau susah BAB makan pepaya, obat dulcolax.   Posisi melahirkan   - Hemat tenaga pada awal kontraksi perut terasa. Usahakan mandi air hangat, minum susu + telur, bersikap santai, jalan-jalan, sampai darah, lendir keluar sedikit. - Jika kontraksi semakin hebat. Berbaring, ubah-ubahlah posisi berbaring, duduk dengan mengganjal punggung dengan beberapa bantal. - Posisi persalinan : berbaring terlentang dengan kedua kaki di tekuk, kepala ibu diluruskan / mengubah posisinya miring, saat tidak ada kontraksi.

Kutangkap Angin


Kutangkap Angin

Oleh Fatma Elly

Kutangkap angin
Beku dingin yang terasa
Di antara kehampaan
Buatku linglung...
Terpasung bingung
Tujuh keliling..
Kepalaku pusing..
Terhuyung-huyung
Tak kuperoleh ingin..
Dalam mau hendaknya...
Nihil yang kuperdapat...
Kosong melompong..
Jadinya..
Ya Allah...
Kutahu Engkau tahu
Di atas kepemilikan ilmu
Tak berbatas..
Kau Maha Mengetahui...
Betapa hati menggebu
Dalam rindu damba
Atas pinta melanda
Dendam bayang...
Cengkeram mencengkeram
Menenggelam khayal berenangnya
Pahit menghimpit
Jiwa terjepit
Di tengah buruk tabiatnya
Duh...
Kemana akal larinya
Masihkah jua ia terkapar
Terbakar hangus nafsunya..
Realitas itu menganga..
Pengenalan tak jua hadir
Atas diri sejatinya..
Kesenyapan melenyapkan
Membawa rugi ... 
Dirinya..

DIRIMU DULU, DIRIMU KINI


Dirimu Dulu, Dirimu Kini 

Oleh Sejernih Air
Mungkin dulu ada masa-masa  indah hadir mengisi kehidupan mu, Ketika masa  itu  berlalu, mengapa  harus bersedih?   Mungkin dulu ada kisah-kisah indah yang terajut mesra di jiwamu , Ketika kisah itu harus  berakhir mengapa harus disesali?   Mungkin dulu  ...ada hari-hari indah penuh senyuman mewarnai  hari-harimu  , Ketika semua  meninggalkanmu ,mengapa harus  terhanyut  didalamnya?   Bukankah hidup itu bagaikan sebuah roda putaran, ? ada masa datang dan ada masa pergi Senang dan susah, sedih dan gembira adalah sebuah ritme kehidupan Yang datang silih berganti, serta tak mungkin dihindari, Bersenang-senanglah dikala susah, bergembiralah manakala sedih, Mungkin esok lusa  engkau  akan bertemu dengan Kesenangan dan kegembiraan   Bila dirimu tidak mampu melupakan saat-saat sedih dan duka Maka cobalah bersahabat dengannya, Dikala  engkau  mampu mengambil makna darinya Saat itu kau akan bersyukur Betapa indahnya hari-harimu  yang telah lalu ,betapapun  pahitnya Ia  adalah obat bagimu, sebuah penawar  kehidupanmu,  Yang dengannya engkau menikmati manisnya iman... Sesuatu yang awalnya pahit yang akhirnya berbuah manis   Dari air kita belajar ketenangan. Dari batu kita belajar ketegaran. Dari lebah kita belajar memberikan   banyak manfaat bagi sesama. Dari kupu-kupu kita belajar merubah diri. Dari padi kita belajar rendah hati' Dari ALLAH kita belajar tentang kasih sayang  yang sempurna.   Melihat keatas memperoleh semangat untuk maju. Melihat ke bawah,bersyukur atas semua nikmat yg kita dapat. Melihat ke samping memperoleh semangat ukuwah dan kebersamaan. Melihat ke belakang sebagai pengalaman yang berharga. Melihat ke dalam untuk interospeksi diri.   Bila kau berduka cita mengacalah pada lubuk hati, disana kau bakal menemui bahwa engkau sedang menangisi sesuatu yang pernah engkau syukuri...   dibalik tangis itu ada kebahagiaan Dibalik tangis itu ada senyuman.. Dibalik tangis itu ada anugerah...   Alangkah bahagianya hati yang duka yang bisa menyanyikan lagu kebahagiaan dengan hati yang gembira...   *** Apakah engkau sepertiku  putra kegelapan hatiku? Apakah engkau juga merenung seperti pikiran-pikiran  liarku? Dan berucap dengan bahasa yang luas karena engkau telah membentangkan cakrawala dan aku membentangkan jiwaku   dan saat kebahagiaanku tiba aku merengkuhnya dalam pelukan dan berdiri tegak di ketinggian sambil berteriak kemarilah-kemarilah ! karena kebahagian telah datang padaku hari ini datanglah dan saksikanlah sesuatu yang membahagiakan itu tersenyum di mentari lalu kubisikkan kata "selamat tinggal kegelapan"

ALLAH AKAN MEMBERIMU SAYAP

Allah akan Memberimu Sayap
Oleh Sejernih Air
 
Adzan maghrib sudah berkumandang. kurang dua jam lebih.Perempuan yang sudah tua tetapi masih kelihatan sehat itu buru2 mengambil air wudhu dan shalat maghrib. Sesudah shalat ditambahi dzikir dan doa seadanya dia pun kembali bergegas ke tempat duduknya lag...i. Tidak lama kemudian diujung lorong dilihatnya tempat tidur yang didorong oleh 2 perawat. Nenek inipun segera bangkit dan dengan sedikit berlari dia berjalan disamping tempat tidur beroda itu.   Diatas tempat tidur yang berjalan itu tergeletak laki2 yang sudah menemani hidupnya 20 tahun lebih. Laki2 20 tahunan itu tersenyum melihat sang nenek berada disampingnya. Didepan pintu ruangan yang keliatan begitu terang si nenek meminta perawat itu berhenti. Lalu sang nenek mendekatkan bibirnya ke telinga laki2 itu, "you tidak punya apa di dunia ini, your body its not yours, ingat itu!" bisiknya. Laki2 muda itu menganguk dan tersenyum lagi diantara air matanya yang mulai keluar.   Setelah kedua perawat itu hilang dibalik ruangan yang terang benderang, nenek itu lalu membalikkan badan dan berjalan pelan sambil menunduk. DIa pergi ke salah satu ruangan dimana laki2 tadi selama 2 hari ini berada. Pelan2 dia masuk ke kamar mandi dan mengambil air wudhu lagi. Lalu dipakainya mukena putih, di gelarnya sajadah kecil dan dia duduk diatasnya. Perempuan tua yang tadi keliatan tegar melihat cucunya sekarang mulai meneteskan air mata.   Setelah shalat isyak sepertinya si nenek masih ingin berlama lama dalam kesendiriannya. Tasbih ditangan kanannya berputar perlahan. Wjahnya menunduk.Tampak beberapa tetes airmata jatuh memhasahi mukenanya. Pikirannya melayang jauh beberapa waktu yang lalu. Seorang anak kecil yang selalu dia gendong kemana mana. Terbayang seorang anak kecil dengan seragam TK berlarian ke sana kemari bersama teman-temannya. Terbayang anak SD yang bersepeda didalam rumah, di halaman belakang, di jalan raya. Terbayang seorang anak SMP yang masih suka mandi di sungai bersama teman2 kampungnya. Terbayang anak SMA yang mulai mengenal cantiknya seorang gadis. Terbayang seorang laki2 muda dengan Yamaha Majesti, laki2 yang berjalannya seperti setengah berlari, laki2 setiap sore selalu memakai sarung dan baju shalat menyambut maghrib.   Terbayang laki2 yang selama ini menemani kesendiriannya. Laki2 yang tidak pernah malu mebawa dirinya yang sudah tua kepesta ulang tahun temennya. Dialah Ratu dari seorang anak laki2 yang selama ini memanggilnya oma. Laki2 yang sejak usia 2 tahun dia minta dari anak perempuannya. Laki2 yang selalu mencium tangannya lalu di letakkan di dahinya."ini jimat saya!" begitu laki2 itu bilang saat melakukan itu.   Tiba2 kenangan indah itu seperti dibalik dalam sekejap.dilihatnya kan dinding yang menunjukkan angka 10 malam. 1 jam lagi tidak akan ada lagi laki2 yang bejalan setengah berlari. Tidak akan ada laki2 dengan Yamaha Majesti. Tidak akan ada laki2 yang berlari naik turun tanggak di belakang rumahnya sehabis shalat subuh. Tidak akan ada laki- yang berlarian sambil bercanda dengan keponakan kecilnya. Yang ada adalah laki2 dengan kruk ditangan kirinya sebagai pengganti kakinya yang diamputasi sekarang.   Jam berdentang sebelas kali. Perempuan itu bergegas melipat mukenanya dan kembali dimana tadi dia menunggu. Tak lama kemudian dua perawat tadi keluar mendorong tempat tidur. Jantung nenek itu seperti terhenti. Dia melihat cucu laki2nya tertidur tenang di atas tempat tidur. Matanya langsung tertuju pada bagaian tubuh bawah cucunya. air matanyapun tak kuasa dia bendung. Dengan air mata yang seperti bah dia membisikkan sesuatu ditelinga lakii2 yang tertidur dengan senyum itu.   "Allah akan gantikan yang diambil itu dengan 2 sayap supaya kamu bisa lebih cepat dari hanya sekedar berlari ".

Tidak Bu, Barang Itu bukan Milik Saya

Tidak Bu, Barang Itu bukan Milik Saya
 
Oleh Helvy Tiana Rosa
  
Meli tak menyangka akan begini jadinya. Ia terus berlari dan berlari, menghindari kerumunan dan amukan massa di sekitar Jakarta Barat. Dari kejauhan terlihat jilatan api dari beberapa gedung dan sisa asap pembakaran mobil. Massa yang beringas - yang entah... datang dari mana - bersorak sorai. Kemudian terdengar suara-suara sumbang penuh hasutan:"Cari Cina! Cari Cina!"    Beberapa mata mulai memandangnya. Meli bergidik. Beberapa mulai merasa menemukan sasaran. Meli menatap ke depan. Lengang, tak ada satu kendaraan pun yang bisa membawanya pergi dari tempat itu. Cemasnya menjadi-jadi. Apa yang harus dilakukannya sekarang? Berlari sekuat-kuatnya? Masuk ke rumah penduduk? Mereka telah menutup pintu rapat-rapat tampa berani membukanya, setidaknya saat ini. Lalu? Matanya mulai nanar.    Tiba-tiba di antara bayangan kepulan asap, tampak seorang lelaki tua lusuh dengan sebuah sepeda kusam tua, menghampirinya.    "Ibu Cina, ya! Ibu mau kemana? Cepat naik ke sepeda saya, Bu! Cepat!!"    "Ojek sepeda ya.... Pak?"    Bapak dengan baju tambalan di sana sini itu mengangguk pelan. Tanpa berpikir panjang, Meli segera naik ke atas sepeda tersebut. Si lelaki tua mengayuh sepedanya kuat-kuat disertai peluh bercucuran yang membasahi bagian punggung bajunya, meninggalkan massa yang berpesta dalam amukan dan beberapa pasang mata liar yang urung mengejar mereka.    Sampai di belakang Glodok Plaza, Meli melihat banyak orang mengambil barang dari dalam toko-toko di sekitar sana. Dengan wajah puas orang-orang itu mengangkuti televisi, radio, komputer, kulkas sampai mesin cuci dan lain sebagainya. Meli tak mengerti. Mungkinkah barang-barang itu diberikan oleh pemiliknya agar toko tersebut tak dibakar? Atau massa yang menjarahnya? Beberapa tentara tampak berjaga-jaga, namun tak melarang siapa pun yang ingin mengambil barang.    Di sudut yang sepi, Meli menyuruh bapak tua itu berhenti.    "Ada apa, Bu?"    "Pak, mendingan Bapak ikut ambil barang-barang itu dulu. Biar sepedanya saya yang jagain. Itu orang-orang pada ngambil. Ambil dulu, Pak!" ujar Meli. Hatinya tergetar melihat kemiskinan dan perjuangan lelaki tua ini untuk menghidupi keluarganya. Ya, apa salahnya ia menunggu sebentar dan menjaga sepeda ini sementara bapak itu mengangkuti barang yang bisa dia bawa pulang.    Di luar dugaan, bapak tua itu menggeleng dan tersenyum getir. "Tidak, Bu. Barang itu bukan milik saya. Bukan barang halal. Saya muslim, Bu."    Meli tercengang beberapa saat. Benar-benar trenyuh. Orang tak mampu seperti ini, ternyata punya prinsip hidup yang sangat mulia. Saat sampai di tujuan, bapak itu hanya meminta ongkos tiga ribu rupiah, jumlah yang tak berbeda dengan bila tak ada kerusuhan. Meli memberinya empat ribu, dan bapak tua itu meninggalkannya dengan riang. "Terimakasih, Bu."    Meli menatap lelaki tua itu hingga menjadi titik di kejauhan. Ia telah mendapat satu pelajaran yang luar biasa. Bukan dari siapa-siapa. Hanya dari seorang miskin, seorang muslim, seorang yang berbeda keyakinan dengan dirinya. Dan dengan bangga, Meli menceritakannya pada saya.   

Tertidur

Tertidur

Oleh M. Edi S. Kurniawan

Malam telah larut saat saya meninggalkan kantor. Telah lewat pukul 11 malam.  Pekerjaan yang menumpuk, membuat saya harus pulang selarut ini. Ah, hari yang menjemukan saat itu. Terlebih, setelah beberapa saat berjalan, warna langit tampak memerah. Rintik ...hujan mulai turun. Lengkap sudah, badan yang lelah ditambah dengan "acara" kehujanan.Setengah berlari saya mencari tempat berlindung.    Untunglah, penjual nasi goreng yang mangkal di pojok jalan, mempunyai tenda sederhana. Lumayan, pikir saya. Segera saya berteduh,menjumpai bapak penjual yang sendirian, ditemani rokok dan lampu petromak yang masih menyala. Dia menyilahkan saya duduk. "Disini saja dik, daripada kehujanan…," begitu katanya saat saya meminta ijin berteduh. Benar saja, hujan mulai deras, dan kami makin terlihat dalam kesunyian yang pekat. Karena merasa tak nyaman atas kebaikan bapak penjual dan tendanya, saya berkata, "tolong bikin mie goreng pak, di makan disini saja.    Sang Bapak tersenyum, dan mulai menyiapkan tungku apinya. Dia tampak sibuk.  Bumbu dan penggorengan pun telah siap untuk di racik. Tampaklah pertunjukkan sebuah pengalaman yang tak dapat diraih dalam waktu sebentar. Tangannya cekatan sekali meraih botol kecap dan segenap bumbu. Segera saja, mie goreng yang mengepul telah terhidang. Keadaan yang semula canggung mulai hilang. Basa-basi saya bertanya, "Wah hujannya tambah deras nih, orang-orang makin jarang yang keluar ya Pak?" Bapak itu menoleh kearah saya, dan berkata, "Iya dik, jadi sepi nih dagangan saya.." katanya sambil menghisap rokok dalam-dalam. "Kalau hujan begini, jadi sedikit yang beli ya Pak?" kata saya, "Wah, rezekinya jadi berkurang dong ya?"    Duh. Pertanyaan yang bodoh. Tentu saja, tak banyak yang membeli kalau hujan begini. Tentu, pertanyaan itu hanya akan membuat Bapak itu tambah sedih. Namun, agaknya saya keliru… "Gusti Allah, ora sare dik, (Allah itu tidak pernah istirahat), begitu katanya. "Rezeki saya ada dimana-mana. Saya malah senang kalau hujan begini. Istri sama anak saya di kampung pasti dapat air buat sawah.  Yah, walaupun nggak lebar, tapi lumayan lah tanahnya." Bapak itu melanjutkan, "Anak saya yang disini pasti bisa ngojek payung kalau besok masih hujan…"    Degh. Dduh, hati saya tergetar. Bapak itu benar, "Gusti Allah ora sare". (Tuhan itu tidak pernah istirahat) Allah Memang Maha Kuasa, yang tak pernah istirahat buat hamba-hamba-Nya. Saya rupanya telah keliru memaknai hidup. Filsafat hidup yang saya punya, tampak tak ada artinya di depan perkataan sederhana itu.  Maknanya terlampau dalam, membuat saya banyak berpikir dan menyadari kekerdilan saya di hadapan Tuhan.    Saya selalu berpikiran, bahwa hujan adalah bencana, adalah petaka bagi banyak hal. Saya selalu berpendapat, bahwa rezeki itu selalu berupa materi, dan hal nyata yang bisa digenggam dan dirasakan. Dan saya juga berpendapat, bahwa saat ada ujian yang menimpa, maka itu artinya saya cuma harus bersabar.    Namun saya keliru. Hujan, memang bisa menjadi bencana, namun rintiknya bisa menjadi anugerah bagi setiap petani. Derasnya juga adalah berkah bagi sawah-sawah yang perlu diairi. Derai hujan mungkin bisa menjadi petaka, namun derai itu pula yang menjadi harapan bagi sebagian orang yang mengojek payung, atau mendorong mobil yang mogok.    Hmm…saya makin bergegas untuk menyelesaikan mie goreng itu. Beribu pikiran tampak seperti lintasan-lintasan cahaya yang bergerak di benak saya. "Ya Allah, Engkau Memang Maha yang Tak Pernah Beristirahat" Untunglah,hujan telah reda, dan sayapun telah selesai makan. Dalam perjalanan pulang, hanya kata itu yang teringat, Gusti Allah Ora Sare ….. Gusti Allah Ora Sare…..    Begitulah, saya sering takjub pada hal-hal kecil yang ada di depan saya. Allah memang selalu punya banyak rahasia, dan mengingatkan kita dengan cara yang tak terduga. Selalu saja, Dia memberikan Cinta kepada saya lewat hal-hal yang sederhana. Dan hal-hal itu, kerap membuat saya menjadi semakin banyak belajar.    Dulu, saya berharap, bisa melewati tahun ini dengan hal-hal besar, dengan sesuatu yang istimewa. Saya sering berharap, saat saya bertambah usia, harus ada hal besar yang saya lampaui. Seperti tahun sebelumnya, saya ingin ada hal yang menakjubkan saya lakukan. Namun, rupanya tahun ini Allah punya rencana lain buat saya. Dalam setiap doa saya, sering terucap agar saya selalu dapat belajar dan memaknai hikmah kehidupan. Dan kali ini Allah pun tetap memberikan saya yang terbaik. Saya tetap belajar, dan terus belajar, walaupun bukan dengan hal-hal besar dan istimewa.    Insya Allah, Bermanfaat dan dapat dipetik Hikmahnya.    Wassalam,   

Pendaki

Pendaki
Suatu ketika, ada seorang pendaki gunung yang sedang bersiap-siap melakukan perjalanan. Di punggungnya, ada ransel carrier dan beragam carabiner(pengait) yang tampak bergelantungan. Tak lupa tali-temali yang disusun melingkar di sela-sela bahunya. Pendaki...an kali ini cukup berat,persiapan yang dilakukan pun lebih lengkap.    Kini, di hadapannya menjulang sebuah gunung yang tinggi. Puncaknya tak terlihat, tertutup salju yang putih. Ada awan berarak-arak di sekitarnya, membuat tak seorangpun tahu apa yang tersembunyi didalamnya. Mulailah pendaki muda ini melangkah, menapaki jalan-jalan bersalju yang terbentang di hadapannya. Tongkat berkait yang di sandangnya, tampak menancap setiap kali ia mengayunkan langkah.    Setelah beberapa berjam-jam berjalan, mulailah ia menghadapi dinding yang terjal. Tak mungkin baginya untuk terus melangkah. Dipersiapkannya tali temali dan pengait di punggungnya. Tebing itu terlalu curam, ia harus mendaki dengan tali temali itu. Setelah beberapa kait ditancapkan,tiba-tiba terdengar gemuruh yang datang dari atas. Astaga, ada badai salju yang datang tanpa disangka. Longsoran salju tampak deras menimpa tubuh sang pendaki. Bongkah-bongkah salju yang mengeras, terus berjatuhan disertai deru angin yang  membuat tubuhnya terhempas-hempas ke arah dinding.    Badai itu terus berlangsung selama beberapa menit. Namun, untunglah,tali-temali dan pengait telah menyelamatkan tubuhnya dari dinding yang curam itu. Semua perlengkapannya telah lenyap, hanya ada sebilah pisau yang ada di pinggangnya.  Kini ia tampak tergantung terbalik di dinding yang terjal itu. Pandangannya kabur, karena semuanya tampak memutih. ia tak tahu dimana ia berada. Sang pendaki begitu cemas, lalu ia berkomat-kamit, memohon doa kepada Tuhan agar diselamatkan dari bencana ini. Mulutnya terus bergumam, berharap ada pertolongan Tuhan datang padanya.    Suasana hening setelah badai. Di tengah kepanikan itu, tampak terdengar suara dari hati kecilnya yang menyuruhnya melakukan sesuatu. "Potong tali itu.... potong tali itu. Terdengar senyap melintasi telinganya. Sang pendaki bingung, apakah ini perintah dari Tuhan? Apakah suara ini adalah pertolongan dari Tuhan? Tapi bagaimana mungkin, memotong tali yang telah menyelamatkannya, sementara dinding ini begitu terjal? Pandanganku terhalang oleh salju ini, bagaimana aku bisa tahu? Banyak sekali pertanyaan dalam dirinya. Lama ia merenungi keputusan ini, dan ia tak mengambil keputusan apa-apa...    Beberapa minggu kemudian, seorang pendaki menemukan ada tubuh yang tergantung terbalik di sebuah dinding terjal. Tubuh itu tampak membeku,dan tampak telah meninggal karena kedinginan. Sementara itu, batas tubuh itu dengan tanah, hanya berjarak 1 meter saja....    ***    Teman, kita mungkin kita akan berkata, betapa bodohnya pendaki itu, yang tak mau menuruti kata hatinya. Kita mungkin akan menyesalkan tindakan pendaki itu yang tak mau memotong saja tali pengaitnya. Pendaki itu tentu akan bisa selamat dengan membiarkannya terjatuh ke tanah yang hanya berjarak 1 meter. Ia tentu tak harus mati kedinginan karena tali itulah yang justru membuatnya terhalang.  Begitulah, kadang kita berpikir, mengapa Sang Pencipta tampak tak melindungi hamba-Nya? Kita mungkin sering merasa, mengapa ada banyak sekali beban,masalah, hambatan yang kita hadapi dalam mendaki jalan kehidupan ini.  Kita sering mendapati ada banyak sekali badai-badai salju yang terus menghantam tubuh kita. Mengapa tak disediakan saja, jalan yang lurus,tanpa perlu menanjak, agar kita terbebas dari semua halangan itu?    Namun teman, cobaan yang diberikan Sang Pencipta buat kita, adalah latihan,adalah ujian, adalah layaknya besi-besi yang ditempa, adalah seperti pisau-pisau yang terus diasah. Sesungguhnya, di dalam semua ujian, dan latihan itu,ada tersimpan petunjuk-petunjuk, ada tersembunyi tanda-tanda, asal KITA PERCAYA.    Ya, asal kita percaya.  Seberapa besar rasa percaya kita kepada Sang Pencipta, sehingga mampu membuat kita "memotong tali pengait" saat kita tergantung terbalik? Seberapa besar rasa percaya kita kepada Sang Pencipta, hingga kita mau menyerahkan semua yang ada dalam diri kita kepada-Nya?    Karena percaya adanya di dalam hati, maka tanamkan terus hal itu dalam kalbumu. Karena rasa percaya tersimpan dalam hati,maka penuhilah nuranimu dengan kekuatan itu.Teman, percayalah, akan ada petunjuk-petunjuk Sang Pencipta dalam setiap langkah kita menapaki jalan kehidupan ini. Carilah, gali, dan temukan rasa percaya itu dalam hatimu. Sebab, saat kita telah percaya, maka petunjuk itu akan datang dengan tanpa disangka.

By. KA

Saturday, 28 May 2011

Selasa, 11 Desember 2007

Selasa, 11 Desember 2007
Aku bangun tidut jam 06.25, lalu cuci muka dan minum the hangat lalu santai di depan rumah sambil nunggu motor mau dicuci soalnya di bawa Wiwi’ ke BPTP ngantar barang ke kakak. Ditunggu lama aku mandi dan setelah ganti baju rencana mau ambil kayu, e motor datang dan aku masih santai naik motor. E tak lama aku disuruh jemput Hadami (keponakan dari sepupu) ke rumah Pak Zaldi soalnya bapaknya mau ke Jawa entar malam ada acara wisuda Halili (abag Hadami) Minggu depan. Lalu aku ganti pakaian nyuci motor lalu mandi lagi dan berangkat. Sampai di rumah pak Zaldi jam 10 gituan, aku lama nunggu di luar pagar. Aku pencet bel e tak bunyi. Akhirnya sekitar 10 menit Pak Zaldi buka pagar dan aku masuk. Di sana lagi ngumpul ibu Pak Zaldi dan emba mertuanya alnya istri Pak Zaldi baru keluar dari rumah sakit, baru ngelahirkan anak ke dua malam Minggu kemarin. Lalu aku ngomong-ngomong dengan uminya dan aku makan di dapur biasa aku kan sela’ jarang makan di rumah orang kaya. Dengan menu yang macam-macam aku makan aja sendiri abis ikan manyung, telur, sayur, dan ikan laut. Lalu abis itu aku santai di teras sambil rokok dan masuk sebentar dan pulang. Sampai di wartel (H. Darwis) mampir nonton Sea Games dan ngobrol. Abis tu cari toples Hadami dan pulang sampai di rumah pukul 11.30 dan salat. Abis tu belah kayu dapat sikit karena aku malas dan jalan sampai jam 15.00 di pekarangan rumah dan ketemu Adi Mun mau nonton bola dan aku ikut. Hari ini BPK lawan punya pak Hasib, PTB lawan Parwasal Laut. Aku diam di barat dan lihat anak BPK di gawang lalu saya samberin. Tapi aku malu, dia hanya gurau dengan anak. Akhirnya sansot, ada yang mau kelahi, sampai ada salah satu pemain pak Hasib yang mau ambil pisau tapi diatasi. Akhirnya duanya dikasi kartu merah wasit Jamiat biasa manji’. Akhirnya permainan harus dengan irama adu pinalti karena seri dan hasilnya 3-0. Lalu aku cepat pulang, e Adi pulang duluan dan aku tak dapat tumpangan. Aku lari tak lama Juri kosong dan aku ikut sampai di rumah Deri dan lanjut dengan Hanafi sampai di rumah santai dan ambil wudu’ salat dan masih mandi dulu karena keringat habis belah kayu mandi. Lalu ngajar anak ngaji dan jam 18.30 lampu padam. Sampai isya’ aku salat dan ke Parit Na’im takut ada latihan dan tak hadir Rahmadi lalu aku evaluasi aja. Anak-anak sampai jam 20.30 lalu pulang. Dan Kakak minta antar samper ke STAIN lalu aku berangkat, sampai di masjid aku ngomong dengan Beh dan Anis sampai agak malam. Lalu berlanjut sampai di Gajah Mada ada razia. Aku putar balik ke Jalan Veteran lewat Sukur V tembus ke Soeprapto. Sampai di masjid lalu aku santai. Kaka pakai motor ke tempat kawan, lalu aku nunggu di masjid lama aku ketiduran. Oh banyak nyamuk sampai tas aku buat pelindung kaki, kebetulan aku pakai sweter dan kepala aku tutup. Jam 12 malam dibangunkan dan aku langsung pulang, e ternyata gerimisnya tadi agak besar. Sampai di rumah aku, ya puter radio dan tidur.

Friday, 27 May 2011

Kisah Mat Kribo

Kisah Mat Kribo

Oleh Mat Kribo

Alkisah 3 (tiga) orang perempuan (orang Jawa, Menado dan Papua) naik pesawat terbang dari Jayapura ke Jakarta.

Tiba-tiba ditengah perjalanan pesawat oleng dan rasanya mau jatuh.

Seketika perempuan Jawa tadi ambil bedak dan gincu berdandan cantik sekali, temannya disebelah bingung dan bertanya, “Kenapa koq dandan?”

Dia bilang, “Biasa kalau pesawat mau jatuh yang ditolong pertama kan yang paling cantik.”

Aehhh..perempuan Menado disebelahnya ga bisa terima, lalu dia angkat roknya sampai tinggi.

Teman disebelahnya tanya, “Kenapa kau angkat rok sampai tinggi begitu?”

Dia jawab, “Biasa kalau pesawat jatuh yang pertama ditolong kan yang pahanya putih-putih. “

Hehhh.. perempuan Papua sudah emosi sekali mendengar ocehan kedua teman disebelahnya.

Dia lalu membuka baju dan telanjang bulattt…….. semuanya tampak hitam.

Kedua temannya kaget dan bertanya, “Kenapa telanjang bulat gitu?”

Dengan enteng dia jawab, “Biasa kalau pesawat jatuh yang paling pertama dicari kan KOTAK HITAM.”

_____Jangan lupakan sholat ya!!!!!______

Bersyukurlah, Jangan Seperti Gadis Jelita yang Buta

Bersyukurlah, Jangan Seperti Gadis Jelita yang Buta 

Oleh Mat Kribo

Pagi itu cerah dan indah sekali. Tapi tidak bagi si gadis cantik yang buta, dunia terasa gelap dan membosankan. Karena kebutaannya, gadis cantik ini sangat membenci semua orang; lingkungan, orang tua, paman, adik tetangga dsb. Semuanya dibenci.

Tapi ada seseorang yang yang amat dia cintai dan sayangi yaitu kekasihnya, KARENA kekasihnya ini selalu... setia dimanapun gadis belia buta ini berada dan kekasihnya selalu berjanji bahwa akan menikahinya setelah gadis buta ini bisa melihat dunia. "Sayangku, saya akan setia dan menikahimu begitu kamu bisa melihat dunia..."

Hari titik balik itu segera terjadi, suatu hari seseorang telah rela memberikan 2 matanya untuk didonorkan ke gadis belia ini, dan akhirnya sempurnalah kecantikannya. Luar biasa. Indah dilihatnya dunia ini. Indah sekali. Segera gadis buta yang sudah berubah cantik jelita ini menemui kekasihnya untuk menikahinya.

Saudaraku, tapi apa yang terjadi? Si gadis buta itu melihat bahwa kekasihnya adalah pemuda yang buta matanya juga. Pemuda itu berkata, "sayangggg sesuai janjiku ... mari kita menikah!!" Serta merta kecantikan gadis itu berubah menjadi keangkuhan raksasa hutan... Dia menolak ajakan menikah kekasihnya itu.

Dan akhirnya pemuda tampan yang buta itupun pergi dengan menitikkan air mata dan meninggalkan sepucuk surat kepada gadis itu - memberitahukan dalam suratnya bahwa - walaupun ditolak untuk menikahinya, dia tidak menyesal memberikan kedua matanya untuk kekasihnya.

SAUDARAKU,

1. Manusia memang lebih banyak lupa jika status sosial telah berubah. Sombong, angkuh, merasa lebih pinter dan merasa lebih penting. Padahal tidak ubahnya kita seperti gadis buta itu, orang lainlah sebetulnya yang menyokong kesuksesan kita - namun kita lupa untuk menyapanya kembali.

2. Manusia lebih banyak mengeluh - dan tidak ingat bahwa masih banyak orang2 yang tidak seberuntung kita semua.

3. Manusia terus mengeluhkan betapa kecil penghasilannya - sementara Anda belum melihat orang-orang yang mengais sampah untuk menghidupi dapurnya.

4. Terkadang juga kita masih mencaci lembaga sekolah-sekolah anak kita, tidak mensyukuri bagaimana Anda melihat banyak anak-anak yang tidak mengecap pendidikan yang layak.

5. Lebih parahnya, kita sering merasa kurang cukup - LUPA AKAN betapa banyak berkah yang telah diberikan Tuhan YME kepada kita, keluarga, anak, pasangan, orang tua, pendidikan kita dsb.

6. Manusia sering lupa - dan jarang mensyukuri. Rabun dekat rumput tetangga lebih subur dari halaman kita - Padahal - JIKA ANDA BERSYUKUR 1x SAJA TUHAN AKAN MENAMBAH LEBIH BANYAK BERKAH YANG ADA DI ANDA....amin,


_____Salam keluargaku idolaku_____

Wanita Lagi

Wanita Lagi 
 
Wanita Jangan pernah sesekali berkata..Diriku adalah mawar berduri.. Tapi katakanlah..diriku seorang wanita yang berusaha untuk menjadi sekuntum mawar berduri..   Wanita Jangan pernah sesekali berkata..Diriku adalah wanita sholehah.. Tapi katakanlah..diri...ku seorang yang berusaha menjadi wanita solehah..   Wanita Jangan pernah sesekali berkata..Diriku adalah mujahidah sejati.. Tapi katakanlah..Diriku adalah seorang wanita yang berusaha menjadi mujahidah sejati..   Wanita Jangan pernah sesekali berkata..Diriku adalah wanita berakhlak mulia.. tapi katakanlah..Diriku adalah seorang wanita yang berusaha untuk berakhlak mulia..   Kenapa duhai wanita.. Karena kutakut dirimu akan berhenti berusaha dan berdoa.. serta merasa puas dengan pujian manusia..   Walau seribu insan mengatakan dirimu Sekuntum mawar berduri.. wanita sholehah..Mujahidah sejati maupun wanita berakhlak mulia.. Bukankah penilaian Allah terhadapmu paling utama..   Janganlah dirimu mengharapkan pujian insan.. harapkanlah pujian di sisi Allah dan penduduk langit.. Bukankah jika Allah mencintai hambaNya..Maka dia juga dicintai seluruh penduduk langit dan bumi..   Carilah ridha Ilahi..jangan dicari ridha manusia.. karena jika ridha ilahi yang dicari..Pasti manusia turut ridha padamu..   bagaimanapun duhai dirimu wanita...gunakan dan mainkanlah peranmu dengan baik untuk dunia...karena dirimu memang begitu sangat mulia dan berharga.. hendaklah bertaqwa kepada Allah dengan menjaga dirimu dan menjaga kaum lelaki dari fitnah yang ditimbulkan karenamu..   Rasulullah memberikan peringatan dari fitnahnya yang diriwayatkan dalam Sahih Muslim dari sahabat Abu Said Al Khudri beliau bersabda:   “Hati-hatilah terhadap dunia dan hati-hatilah terhadap wanita,.karena sesungguhnya fitnah yang pertama kali menimpa Bani Israel adalah wanita”.
By. Sejernih Air

Tangan Mama

Tangan Mama
 
 
Dalam kehidupan kita, tangan-tangan mamalah yang paling berjasa membesarkan, mendidik dan memberikan kebahagiaan bagi anak-anaknya. Betapa luas cinta mama, menembus langit dan mengetarkan bumi.   Dalam suka, mama selalu menemani anak-anaknya, tangan-tanga...nnya membimbing dan mengajarkan kita banyak hal tentang kehidupan, senyuman dan kesabarannya, menyanyikan lagu indah kehidupan.   Dalam duka, tangan-tangan mama yang membelai dan memeluk diri ini, membuat hati yang beku kembali mencair, membuat kita semua tersentuh sampai terlelap dalam pelukan dan kehangatan tangannya.   Tangan-tangan yang terampil, membuat anak-anaknya tak pernah kelaparan, sehingga dapat melewati indahnya hari-hari dengan segala hal yang berbeda.   Perasaan yang ceria, dan hati yang damai pun kenangan indah bersama mama.   Walau terkadang mama pun bisa menangis juga, mungkin karena anak-anaknya yang kurang tahu diri, kurang bersyukur dan kurang dapat membalas seluruh cinta kasihnya.   Maka di kakinya mari kita bersujud, semoga mama bahagia dan sehat sejahtera. Walau tangan-tangannya mulai berubah, tanda-tanda penuaan telah dapat dirasakan, tetapi kehangatannya tetap sama tidak pernah berubah pada anak-anaknya.   Cintailah Mama dengan sepenuh hati.
 
By. Sejernih Air

Siapa Anak Termiskin di Dunia?

Siapa Anak Termiskin di Dunia? 
 
Ini kisah nyata. Ada seorang anak yang kakaknya sudah berhenti bekerja, ibunya sakit-sakitan dan ayahnya sudah lama meninggal dunia karena sakit batu ginjal yang parah, namun anak itu masih punya nenek yang masih sangat kuat membantu kebutuhan rumah tangg...a mereka. Selain karena cinta yang dalam, juga karena nenek punya keahlian membuat kue brownies kukus yang lezat diseluruh desa sehingga nenek masih mampu membantu mencari makan untuk membantu keluarga kecil itu.   Lihatlah surat yang disampaikan oleh anak laki-laki berusia 8 tahun, Emir namanya, yang menuturkan kisah hidupnya pada sebuah acara baksos di desa Megamendung, yang diselenggarakan untuk rakyat miskin.   Tadinya kakak dengan pekerjaannya sebagai kasir di restoran Sunda, masih mampu membantu membiayai rekening listrik dan membeli beras, namun setelah restoran Sunda tempat kakak bekerja kena gusur Pemda yang katanya untuk membuat kantor kelurahan di kampong itu, kakak betul-betul menganggur dan setiap harinya kerjanya hanya membantu nenek mengocok telur untuk membuat brownies kukus.   Perlu diketahui, brownies kukus bukanlah makanan utama penduduk desa atau penduduk kota kecil seperti Megamendung. Butuh tiga jam perjalanan dari desa Emir ke tempat ia menawarkan brownies kukus nenek, sehingga ia merasakan kehidupan keluarganya yang susah sekali. Apalagi setelah tiga bulan ini listrik diputus, mereka tidak lagi memiliki baju yang licin disetrika, dan semua pekerjaan rumah, seperti mencuci, membuat kue, maupun pekerjaan sekolah, harus mereka lakukan di siang hari.   Penderitaan dan kemiskinan terus melanda keluarga Emir, sampai kakak akhirnya nekat mendaftarkan diri ke agent TKI untuk menjadi pembantu di Arab Saudi, Hongkong atau Malaysia. Kakak pun sudah mulai belajar bahas Arab, ”Ma hadza? Ana …” dan sedikit sedikit bahasa Malaysia, “ Iye ke? Sikit saja, tahu? Awak nak ke?”, dan sesekali kami tertawa gembira mendengar logat kakak bicara bahasa Melayu yang sungguh lucu, dalam keadaan perut keroncongan di tengah malam yang gelap tanpa penerangan sedikit pun, kecuali secercah cahaya rembulan dari balik jendela yang kami buka lebar, untuk sedikit melepas kesumpekan di dalam rumah.   Sedikit harapan kakak akhirnya sirna, ketika muncul isu “Ganyang Malaysia” membuat imigrasi Malaysia dan Indonesia menutup saluran tenaga kerja dari Indonesia ke Malaysia dan kakak harus menunggu lagi dalam waktu yang tidak bisa ditentukan. Hal ini membuat kami menjadi semakin sedih, karena bayangan kelaparan dan kemiskinan selalu terbayang di depan mata, ditambah lagi brownies kukus nenek manjadi semakin sukar terjual, karena sudah banyak pesaing, juga harga telur dan terigu yang meroket tinggi. Maka, terkadang berhari-hari kami makan brownies kukus nenek yang tidak laku. Pada saat tidak punya apa-apa itulah, kami sekeluarga berpelukan dan merasakan bahwa kami adalah orang termiskin di indonesia, sampai akhirnya …   “ Kak … kakak … aku disuruh guruku membawa barang apa saja untuk diberikan pada orang miskin, pada acara baksos besok,” kata Emir dengan wajah berbinar-binar. Ia mendatangi kakaknya yang sedang membersih kutu beras raskin yang dibelinya tadi pagi setelah menjual sepatu olahraga Emir.   “Dik, dik, kamu ini lucu, apa kamu enggak merasa bahwa kita ini juga orang miskin? Apa yang mau kita sumbangkan untuk acara baksos orang miskin, malah seharusnya kita yang diberi baksos,” jawab si kakak dengen tenang tapi dengan sedikit linangan airmata ditepi pipinya.   Tiba-tiba, nenek dengan gayanya yang lembut berkata, “Dik, kamu ambillah ini yang kita punya, satu buah payung, dua buah gelas plastik, satu brownies nenek dan lima sachet kopi. Janganlah kita merasa terlalu miskin, sehingga kita tidak mau bersedekah kepada orang miskin di sekitar kita. Sampai saat ini, kita pun tak tahu siapa yang lebih miksin dari kita. Namun selama kita masih punya sesuatu yang dapat kita berikan, jangan ragu untuk bersedekah”.
 
By. Sejernih Air

Tembus Ruang

Tembus Ruang
Oleh: Fatma Elly

Hangatkan putih sinar cahaya
Tembus ruang derangkan terang
Penghuni kamar rumah pedamba
Gemerincing bunyi deringan cinta
Sunggingkan senyum merekah bunga
Kerlingkan mata penjejuk resah
Di hati suami , di jiwa istri
Di benak anak…piranaknya…

Hadirkan kasih...
Belaikan sayang ..
Di bait-bait narasi kehidupan..
Bentuk harmoni simphoni lagu
Menyatu padu dalam berlagu
Bukan berpecah dan berseteru...

Lahirkan penerus generasi rabbani
Penjunjung tinggi nilai sempurna
Atas Hak nan terpatri ...
Ajaran Dien.. mutlak benar-Nya
Membawa wangi kuntum melati
Menebar harum semayapada...
Di seantero langit dan bumi..
Apa yang ada di keduanya..


Wallahu a'lam

Allah akan Memberi Sayap

Allah akan Memberi Sayap 
 
Adzan maghrib sudah berkumandang. kurang dua jam lebih.Perempuan yang sudah tua tetapi masih kelihatan sehat itu buru2 mengambil air wudhu dan shalat maghrib. Sesudah shalat ditambahi dzikir dan doa seadanya dia pun kembali bergegas ke tempat duduknya lag...i. Tidak lama kemudian diujung lorong dilihatnya tempat tidur yang didorong oleh 2 perawat. Nenek inipun segera bangkit dan dengan sedikit berlari dia berjalan disamping tempat tidur beroda itu.   Diatas tempat tidur yang berjalan itu tergeletak laki2 yang sudah menemani hidupnya 20 tahun lebih. Laki2 20 tahunan itu tersenyum melihat sang nenek berada disampingnya. Didepan pintu ruangan yang keliatan begitu terang si nenek meminta perawat itu berhenti. Lalu sang nenek mendekatkan bibirnya ke telinga laki2 itu, "you tidak punya apa di dunia ini, your body its not yours, ingat itu!" bisiknya. Laki2 muda itu menganguk dan tersenyum lagi diantara air matanya yang mulai keluar.   Setelah kedua perawat itu hilang dibalik ruangan yang terang benderang, nenek itu lalu membalikkan badan dan berjalan pelan sambil menunduk. DIa pergi ke salah satu ruangan dimana laki2 tadi selama 2 hari ini berada. Pelan2 dia masuk ke kamar mandi dan mengambil air wudhu lagi. Lalu dipakainya mukena putih, di gelarnya sajadah kecil dan dia duduk diatasnya. Perempuan tua yang tadi keliatan tegar melihat cucunya sekarang mulai meneteskan air mata.   Setelah shalat isyak sepertinya si nenek masih ingin berlama lama dalam kesendiriannya. Tasbih ditangan kanannya berputar perlahan. Wjahnya menunduk.Tampak beberapa tetes airmata jatuh memhasahi mukenanya. Pikirannya melayang jauh beberapa waktu yang lalu. Seorang anak kecil yang selalu dia gendong kemana mana. Terbayang seorang anak kecil dengan seragam TK berlarian ke sana kemari bersama teman-temannya. Terbayang anak SD yang bersepeda didalam rumah, di halaman belakang, di jalan raya. Terbayang seorang anak SMP yang masih suka mandi di sungai bersama teman2 kampungnya. Terbayang anak SMA yang mulai mengenal cantiknya seorang gadis. Terbayang seorang laki2 muda dengan Yamaha Majesti, laki2 yang berjalannya seperti setengah berlari, laki2 setiap sore selalu memakai sarung dan baju shalat menyambut maghrib.   Terbayang laki2 yang selama ini menemani kesendiriannya. Laki2 yang tidak pernah malu mebawa dirinya yang sudah tua kepesta ulang tahun temennya. Dialah Ratu dari seorang anak laki2 yang selama ini memanggilnya oma. Laki2 yang sejak usia 2 tahun dia minta dari anak perempuannya. Laki2 yang selalu mencium tangannya lalu di letakkan di dahinya."ini jimat saya!" begitu laki2 itu bilang saat melakukan itu.   Tiba2 kenangan indah itu seperti dibalik dalam sekejap.dilihatnya kan dinding yang menunjukkan angka 10 malam. 1 jam lagi tidak akan ada lagi laki2 yang bejalan setengah berlari. Tidak akan ada laki2 dengan Yamaha Majesti. Tidak akan ada laki2 yang berlari naik turun tanggak di belakang rumahnya sehabis shalat subuh. Tidak akan ada laki- yang berlarian sambil bercanda dengan keponakan kecilnya. Yang ada adalah laki2 dengan kruk ditangan kirinya sebagai pengganti kakinya yang diamputasi sekarang.   Jam berdentang sebelas kali. Perempuan itu bergegas melipat mukenanya dan kembali dimana tadi dia menunggu. Tak lama kemudian dua perawat tadi keluar mendorong tempat tidur. Jantung nenek itu seperti terhenti. Dia melihat cucu laki2nya tertidur tenang di atas tempat tidur. Matanya langsung tertuju pada bagaian tubuh bawah cucunya. air matanyapun tak kuasa dia bendung. Dengan air mata yang seperti bah dia membisikkan sesuatu ditelinga lakii2 yang tertidur dengan senyum itu.   "Allah akan gantikan yang diambil itu dengan 2 sayap supaya kamu bisa lebih cepat dari hanya sekedar berlari"   ALHAMDULILLAH.
 
By. Sejernih Air

Bila Tiba Saatnya

Bila Tiba Saatnya 
 
Sketsa 1 "Janji ada motor cukuplah." Permintaan yang sangat naif. Seorang anak remaja yang menginginkan sebuah motor demi memudahkan perjalanannya di kampus. Ibu bapa mana yang tidak tersentuh dengan permintaan seorang anak yang baik akhlaknya dan lembut ...tutur bicaranya. Selang beberapa hari sebuah motor HONDA berada di depan mata Ariff. "Alhamdulillah. Mak abah. Terima kasih." Maka bermulalah permulaan hidup Ariff bersama motornya di kampus. "Wah! Ariff. Motor baru nampak!" "Biasa je Harith. Memudahkan gerak kerja aku. Senang nak ke kelas. " "Senang nak ke masjid." Harith menyambung kata-kata Ariff dengan nada sinis sekali. "Yup. Senang aku nak ke masjid. Boleh bawa ko sekali. Tak gitu Harith? Takkan ko nak biarkan aku keseorangan pergi masjid. Ada peneman baru best. Sama-sama dapat pahala." Harith batuk-batuk kecil. "Amboi Ariff. Pandai dah bermain kata dengan aku." Ariff hanya menghulurkan senyuman kepada Harith. Kalau Harith dilayan bercakap sampai esok pun tak habis. .......................................................................................... Lima bulan berlalu. Ariff memerhatikan motornya. Memang segala gerak kerjanya menjadi mudah. Syukur dengan kemudahan yang ada. "Ariff. Jom!" Harith menjerit dari tingkat tiga. Ariff memandang ke atas. "Pergi mana?" "Masjid la...." "Apa dia Harith?" "Masjid..." Alhamdulillah. Lafaz yang tidak henti-henti terucap di bibir Ariff. Allah telah membuka hati Harith. Bila tiba masanya, hidayah itu pasti tiba. Sketsa 2 "Fesyen apa yang kau pakai ini? Baju warna lain. Tudung warna lain. Tak masuk langsung." "Ergh.. Cik Kak Melati. Janji saya pakai apa yang patut dipakai. Bukan orang tengok pun. Tak sempat dah nak padan memadan baju" "Memang betul. Tapi kena jaga juga penampilan diri. Biar nampak kemas. Kita rasa selesa. Tudung letak elok-elok sikit" "Whatever! Dah! Jom pergi makan sekarang! Kita nak pergi kafe dekat bawah ini je! Tak payah fikir lama-lama sangat. Janji pakai tudung." Melati akur. Mengejar Zarith yang bergerak macam lipas kudung. ........................................................................................ "Zarith! Tak siap lagi! Cepat sikit! Saya dah lapar sangat ni." "Melati ada tak tudung warna purple?" "Nak buat apa. Tudung saya besar. Dulu kau kata tudung saya macam selimut..." "Nak pakai. Sedondon dengan baju yang saya tengah pakai sekarang. Cepat la..." Melati memberikan tudungnya kepada Zarith. "Sejak bila pulak fikir fasal warna-warna baju ni?" "Bila tiba masanya. Saat untuk difikirkan akan tiba." Zarith tersenyum penuh makna... ............................................................................................................ Itu sketsa kehidupan. Mungkin dekat dengan kita. Isinya mudah. Perkara yang pada mulanya kita fikirkan tidak penting/ perlu akan menjadi penting/ perlu apabila tiba masanya. Dengan izin Allah segala-galanya menjadi PASTI. Pada hari ini mungkin kita merasakan membaca buku sejarah itu tidak penting. Membosankan. Memeningkan. Terlalu banyak fakta. Tetapi apabila tiba pada suatu peringkat, kita akan merasakan sejarah itu sangat penting. Orang yang tidak mengenal sejarah adalah orang yang buta akan hal persekitaran. Orang yang akan mudah untuk ditipu, dan akhirnya kita mula mengkaji sejarah. Pada hari ini mungkin kita merasakan mengawal diri dari terjebak dengan soal hati dan perasaan itu tidak perlu. Ikut arus moden. Bercinta sakan. Alam kampus yang memberikan kebebasan untuk meluahkan rasa cinta yang terpendam lama. Tetapi apabila sampai masanya, diri anda akan mula terfikir betapa perlunya mengawal diri dari terjebak dengan cinta yang melampaui batas. Baru tersedar betapa Allah melarang sesuatu itu demi kebaikan hidup kita dunia dan akhirat. Apabila hatimu diketuk dengan hidayah Allah, sambutlah. Jangan lepaskannya lagi. Kawal jangan layan. Amalkan cinta halal. Bina hidup dengan redha Ilahi. Jelajah lagi. Ambil sebagai contoh mengenai kelas agama/ kelas fardu ain. Pada zaman persekolahan dahulu, kita tidak mengambil berat mengenai kelas seperti ini. Ponteng itu selalu. Latihan yang diberi, pasti tidak dibuat. Segala-galanya diambil mudah sehingga mak ayah pun tak kuasa untuk memaksa lagi. Nah. Apabila sampai masanya, tiba-tiba tersedar diri betapa ruginya diri ini tidak menuntut ilmu agama itu sebaik mungkin. Rugi. Sangat rugi. Tetapi sebenarnya rugi itu akan melahirkan perasaan untuk menghargai. Menghargai Islam itu sebagai panduan hidup bukan sekadar agama keturunan. Mula untuk mendalami dan tidak membuta tuli. Apabila tiba saatnya kita memang harus memilih. Dalam perjalanan hidup ini kita sentiasa harus memilih. Setiap masa. Setiap jam. Mungkin juga setiap saat. Pada ketika kita terjaga dari lena, kita harus memilih sama ada untuk bangun untuk solat Subuh atau terus menarik selimut untuk menyambung tidur. Pada masa ini kita diuji. Pilihan harus dibuat. Saat mujahadah sedang berlaku. Maka, selamat bermujahadah saya ucapkan untuk diri dan juga untuk anda. Pilihan itu akan sentiasa muncul dalam kehidupan ini. Bila sudah bangun subuh, kita mula terfikir, nak pakai baju warna apa hari ini, merah atau biru? Hitam atau putih? Nak makan apa hari ini, nasi lemak atau roti canai? Masak sendiri atau beli? Semua itu perlu difikirkan. Perlu dipilih. Belum lagi jika kita bicara hal hati dan perasaan. Apabila hati sudah tertaut pada seseorang, banyak lagi pilihan akan timbul. Nak meluahkan atau memendam? Nak kahwin atau belajar dulu? Nak kawal nafsu atau layan je? Nak jaga pandangan atau tengok je? Nak jaga hati atau mulakan zina hati? Wah. Semakin mencabar pilihan yang perlu dibuat. Semua itu perlu dipilih. Yang pasti, bila memilih, ingat Allah selalu. InsyaAllah, pilihan anda itu diredhai. Hikmah itu tidak nampak dalam sekelip mata. Jika kita renung kembali setiap kejadian yang berlaku pasti punya hikmahnya. Hikmah yang tersembunyi dan tidak nampak dalam sekelip mata. Kehidupan itu membawa kita untuk lebih memahami. Perjalanan hidup ini menemukan kita dengan macam-macam perkara. Dan semua itu mengajar kita untuk berfikir. Berfikir dengan cara yang matang. Apabila masanya sudah tiba, bersiap sedialah. Apabila sampai satu tahap, perkara-perkara yang tidak pernah kita sangka untuk fikirkan kita akan terjebak untuk memikirkan mengenai hal itu. Semua perkara ini berlaku kerana tahap kematangan kita berbeza. Cara pemikiran mula bercambah dan mula untuk menjadi orang yang berfikir. Berzikir dan berfikir. Mungkin dulu kita menyatakan bahawa solat di rumah sudah cukup buat kita. Tetapi apabila sampai suatu masa, diri mula didedahkan dengan kepentingan solat jemaah, maka diri mula bergerak untuk memahami dan seterusnya melaksanakan. Alhamdulillah. Sesungguhnya, hadapi perjalanan hidup ini dengan tenang. Apa yang datang, apa yang perlu difikirkan dengan lebih serius, apa yang perlu dipilih, apa yang tidak pernah difikirkan lalu perlu difikirkan ...... Hadapi segala-galanya dengan tenang. Renungi juga firman Allah dalam surah Ar-Ra'd ayat 28: "Iaitu orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingati Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah sahajalah hati akan menjadi tenteram" Maka, apabila tiba saatnya, hadapilah dengan tenang.
 
By. Sejernih Air

Sedihnya Si Tukang Serabi

Sedihnya Si Tukang Serabi
 
Di sudut persimpangan jalan itu ia menjejerkan tiga tungku kecilnya. Satu tungku lainnya terbuat dari batu yang disusun hingga menyerupai tungku. Bara api dari kayu bakar yang memerah menyesakki bagian bawah tungku, kemudian satu persatu wajan kecil yang ...terbuat dari tanah liat di atas tungku itu dituangkan adonan kue serabi. Beberapa orang terlihat menunggu kue serabi itu masak, menikmati kue serabi dalam keadaan masih hangat pasti menjadi sebab mereka rela menunggu kue diangkat dari wajan.    Ibu Ikah, 32 tahun, penjual kue serabi itu selalu terlihat berjualan di sudut simpang jalan. Ia menjajakan serabi di simpang jalan itu hanya di dua pekan terakhir saja, semenjak tanah kosong di sisi kanan persimpangan jalan itu tengah ramai oleh "pasar malam". Rombongan kemedi putar dan aneka mainan rakyat lainnya yang ikut ambil bagian menambah semarak pasar rakyat yang dibuka setiap malam itu. Sudah tentu itu membuat para pedagang seperti Bu Ikah tersenyum senang lantaran jajakannya laris manis.    Tapi malam itu, satu malam sebelum memasuki bulan suci Ramadhan, Bu Ikah nampak sedih. Setumpuk kue serabi yang sudah dimasaknya belum terjual, dan bara api pun dipadamkannya sesaat sambil menunggu pembeli. "Berapa harga satu kuenya bu," sapaan saya membuyarkan lamunannya, entah apa yang sedang dilamunkannya, tapi sangat jelas wajahnya memancarkan kesedihan.    Rupanya, malam itu tak banyak uang yang diperoleh ibu tiga anak itu. "Baru cukup untuk kembali modal saja pak," lirihnya. Pesanan sepuluh kue serabi dari saya membuatnya sedikit tersenyum, kecil terdengar suaranya berucap syukur. Tapi tetap saja belum menghilangkan gurat muram di wajahnya. Lukisan di wajahnya itu yang memaksa saya untuk lebih lama lagi di tempat itu, namun bukan untuk menambah pembelian jumlah kue. "Sudah berapa kue terjual malam ini bu?" tanya saya mengagetkannya. Nampaknya ia tak menyangka mendapat pertanyaan itu.    Tak ada angka terbilang untuk pertanyaan itu, pun ketika pertanyaan tentang keuntungan yang diperolehnya malam ini. Kemudian ia tersenyum, dengan mata menerawang ia seperti sedang membaca langit. "Sejak hari pertama jualan di sini, saya dapat untung banyak. Tapi tiga hari terakhir ini, hanya uang kembali modal yang terbawa pulang. Ada sih sedikit lebihnya, tapi….; ia menghentikan kalimatnya dan tertunduk sesaat. Sadar saya menatap wajahnya, Bu Ikah buru-buru membenahi wajahnya dan memaksakan sebuah senyum.    "Kenapa bu? Kok sedih," saya bisa melihat dengan jelas ia sangat bersedih dan menduga kesedihan itu dikarenakan sedikitnya keuntungan yang diperolehnya tiga malam terakhir. Ternyata saya salah.    "Bukan itu pak, biar cuma jualan kue serabi saya merasa sebagai orang berpenghasilan. Saya nggak mau dianggap orang lemah, dan karenanya saya selalu menyisihkan sedikit dari keuntungan berjualan kue untuk zakat atau sedekah ke orang yang lemah    Nyaris tak ada kata lagi yang mampu terucap oleh saya mendengar alasan kesedihannya. Jika tak ia lanjutkan kalimatnya pun, saya mengerti maksudnya.    Jika tak ada keuntungan yang diperolehnya malam itu, bagaimana ia bisa berinfak?    Kalimat terakhirnya begitu menohok makna kedermawanan yang selama ini saya pahami.    Bu Ikah membuktikan, bukan hanya orang kaya yang mampu menyandang status dermawan.    "Entah berapa yang bisa saya sedekahkan dari sedikit keuntungan saya malam ini?" kalimat Bu Ikah itu terus membayangi sepanjang malam saya, hingga detik ini.   
 
By. Sejernih Air