Wednesday, 20 April 2011

Garuda di Dadaku, Mandiri Sepak Bolaku

Garuda di Dadaku, Mandiri Sepak Bolaku
Oleh Anas Urbaningrum

Ada perasaan yang sama ketika saya pulang dari Stadion Bukit Jalil, Kuala Lumpur, dan Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta, untuk menonton final AFF 2010, dengan ketika pulang dari Stadion Manahan, Solo, menonton pertandingan perdana Liga Primer Indonesia: perasaan optimistis dan penuh harapan akan masa depan persepakbolaan Indonesia yang cerah dan membanggakan.

Pertandingan antara Persema Malang dan Solo FC berlangsung meriah, tertib, menarik, dan cukup menjanjikan. Pertandingan perdana itu pula yang bisa satu tonggak berkembangnya kompetisi nasional sepak bola demi prestasi Indonesia di kancah mancanegara. Peluit sudah dibunyikan, kick-off sudah ditendang, saatnya melihat ke depan.

Setelah diwarnai perbedaan pendapat mengenai kompetisi yang baru lahir ini, sekarang waktunya untuk mencurahkan segala pikiran dan tenaga untuk memajukan sepak bola kita. Perhatian utama kita, seluruh pencinta sepak bola nasional, bukan mendukung siapa, tapi apa yang terbaik.

Pertama, tentu kita semua sepakat bahwa kita membutuhkan perbaikan manajemen persepakbolaan nasional secara serius dan menyeluruh. Perbaikan pada area ini mencakup peningkatan mutu kompetisi, kesinambungan yang terjaga antara kompetisi junior dan senior, antara kompetisi amatir dan profesional, serta keterkaitan dengan industri, seperti media dan iklan, untuk meningkatkan nilai bisnis olahraga ini dan kesejahteraan orang-orang yang terlibat di dalamnya.

Kedua, tentu kita sepakat bahwa semakin banyak kompetisi berkontribusi pada meningkatnya prestasi sepak bola nasional. Kita semua tengah merasakan geliat prestasi tim nasional.

Salah satu faktor penting dari prestasi timnas Merah Putih tersebut adalah bergabungnya pemain dan pelatih dengan pengalaman kompetisi yang beragam, tidak hanya di dalam negeri, tapi di berbagai negara dan liga yang berbeda. Kita memiliki momentum untuk menjalankan dua ”agenda reformasi” di atas dengan adanya dukungan publik Indonesia yang membanggakan.

Sekarang kita bisa menyaksikan masyarakat dengan bangga memakai kostum tim nasional dalam kegiatan sehari-hari, bukan hanya kaus tim kelas dunia dari luar negeri. Dalam konfigurasi ini, PSSI dapat mengambil peran untuk memayungi, mengayomi, bahkan memfasilitasi berbagai inisiatif untuk memajukan kompetisi sepak bola nasional.

Tanpa perlu studi banding ke Inggris, PSSI dapat belajar dari Football Association (FA) di Inggris, yang memayungi berbagai kompetisi dan liga di negara tersebut. Sebagai contoh, menurut data FA, kini di Inggris terdapat 37.500 klub, termasuk 9.000 klub junior, dengan 2.000 kali pertandingan dalam setahun pada berbagai tingkatan di seantero negeri. Di Indonesia, paling tidak kita bisa menonton tiga kompetisi dari di Inggris lewat layar kaca. PSSI harus bersikap layaknya asosiasi olahraga profesional yang gesit dan adaptif terhadap perubahan jaman.

Format pengelolaan sepak bola harus berubah dari birokratis dan “government-minded” menjadi partisipatoris dan profesional. Saya menyambut baik semangat kemandirian yang diusung oleh Liga Primer Indonesia.

Klub sepak bola profesional tidak perlu menggunakan dana APBD. Anggaran pemerintah daerah tersebut dapat difokuskan untuk membangun infrastruktur, pengembangan klub amatir dan memajukan pendidikan persepakbolaan di daerah masing-masing. Olahraga, khususnya sepak bola, adalah industri yang sangat besar, tapi selama ini belum dimanfaatkan secara optimal.

Tugas dari pengelola liga dan klub profesional untuk mencari sponsor, mengemas pertandingan yang menarik, bekerja sama dengan media, khususnya televisi, serta memanfaatkan meledaknya sosial media seperti Facebook dan Twitter untuk menggali sisi bisnis dari olahraga favorit ini. Liga Primer Indonesia dapat menjadi aset dan peluang untuk memajukan prestasi sepak bola nasional dan tidak perlu dilihat sebagai ancaman bagi siapa pun.

Kita juga masih ingat dua kompetisi Perserikatan dan Galatama yang berjalan dengan baik dan menumbuhkan kecintaan masyarakat terhadap persepakbolaan nasional. Saatnya kita meniup peluit dimulainya reformasi sepak bola Indonesia!

Catatan Sepak Bola
ANAS URBANINGRUM
Pencinta Sepak Bola Indonesia

No comments:

Post a Comment