Air Mata Kekuatan Cinta
Oleh A'may Dewi Zentoel
Cinta itu datang secara tiba-tiba dan menerobos masuk tanpa logika. Dia muncul dari mana, sejak kapan, dengan cara yang bagaimana pun Ayu tidak paham. Tepatnya, dia tidak tahu. Yang Ayu tahu cinta telah ada dan membara di hati. Logikanya takut masa lalu akan terulang. Namun di sisi lain, hatinya telah terperangkap pada sosok baru yang timbul tiba-tiba. Gadis berkacamata ini berselimut kebingungan, bahkan hingga saat ini, banyak tanya yang tidak berpangkal pada dirinya.
Begitu banyak ketidaksengajaan yang terjadi saat dirinya bertemu dengan satu sosok lelaki lucu. Sebut saja namanya Putu. Kesan jenaka di dalam diri Putu telah membuat ayu begitu gampang terpedaya. Caranya dalam menghibur Ayu yang memang sedang membutuhkan tongkat penopang, telah membuat Ayu tergantung padanya. Dia begitu memahami keadaan Ayu yang sedang terombang-ambing oleh cinta. Putu mencoba masuk ke celah-celah terkecil yang tersisa di hati Ayu. Secara perlahan tetapi pasti.
Saat dia memiliki Ayu, bunga-bunga cinta menampakkan warna terang, seterang-terangnya. Membutakan mata saat cinta menyelubungi kepalsuan. Cinta ada saat dia datang dan pergi. Cinta tetap bertahta saat perduli tidak nampak pada Putu. Rasa percaya pada diri Ayu melindungi kebohongannya dari prasangka. Ayu seorang buta dan tuli. Buta yang melihat dan tuli yang mendengar. Ayu membutakan hati walau merasakan kebohongan Putu. Ayu menulikan telinga saat orang berkata kebenaran. Kebenaran yang menyakitkan, membuatnya terperosok ke dalam kebodohan yang berkepanjangan.
Pernah suatu hari Putu datang dalam keadaan sakit. Ayu merawatnya dengan sabar dan kasih sayang tanpa batas. Ayu terus terjaga tiga hari tiga malam untuknya. Ayu membeli bubur yang Putu minta dengan menerobos hujan deras walaupun akhrinya tidak dimakannya, dan memberikan waktu seutuhnya untuk merawat tubuhnya yang lemah. Saat itu Putu sempat berkata bahwa ayu adalah satu-satunya orang yang memberikan perhatian begitu besar terhadapnya. Namun saat kekuatan ada dalam dirinya, saat tubuhnya telah pulih dari sakitnya, dia pergi dan tidak berkabar kecuali membutuhkan bantuan. Sungguh Ayu menguatkan hati dan cintanya dalam air mata yang tumpah setiap malam, tanpa ada seorang pun yang tahu.
Detik demi detik berlalu, hari demi hari berganti, bulan pun telah beranjak. Begitu banyak waktu, air mata, pengorbanan dan logika yang Ayu curahkan untuk Putu. Dengan alasan cinta Ayu bertahan. Berlindungkan kekuatan cinta Ayu menepis segala nyata yang coba untuk dia ingkari. Dalam kesendirian dia berharap kedatangan Putu tapi tidak terealisasikan. Ayu menunggu Putu mengerti, tapi malah semakin menyakiti. Masa yang dia harap indah ternyata hanya tipu muslihat.
Saat Ayu mulai membuka mata dan telinga, ia mendapati kenyataan pahit yang tidak pernah dibayangkan terjadi, Ayu menemukan dirinya sebagai salah satu boneka Putu. Yaa… sebuah boneka yang dengan setia menemani Putu sebagai perhiasan keegoisannya sebagai laki-laki. Selain Ayu ternyata ada nama Rina dan Reni di dalam hidup Putu. Kenyataan menyakitkan yang harus Ayu terima sebagai tanda “cinta” Putu.
Ayu mencoba menahan segala pedih seorang diri, tidak ingin ada seorang pun yang tahu. Ia terus menunggu kedatangan Putu untuk melepas rindu yang menggunung. Tapi Putu tak pernah datang! Berlarut dalam kesendirian Ayu tak kuasa melindungi diri dari sakit. Saat dikabarkan pada Putu, tak ada kata manis yang terucap dari mulutnya. Tidak ada perhatian tanda kasih sayang. Yang terlontar dari mulutnya hanya amarah. Amarah yang semakin menusuk hati Ayu. Namun Ayu tidak bisa mengucapkan sepatah kata pun. Hanya diam, diam, diam, dan diam yang menemani luka hatinya. Tapi kenapa Ayu bisa bertahan? Kenapa tidak ada sedikit pun amarah yang terasa padanya? Inikah kekuatan cinta? Ternyata cinta tidak hanya membahagiakan tetapi juga menyiksa batin seseorang yang menggenggamnya.
Lambat laun akhirnya Ayu memutuskan untuk berhenti berharap. Menghentikan langkah yang sia-sia. Berhenti menggelayutkan diri pada sebuah pohon harapan. Menyakitkan memang. Tapi ini lebih baik untuknya. Pengalaman ini tidak akan terlupa olehnya. Karena ini adalah pengalaman yang menyakitkan sekaligus menguatkan dirinya. Terdampar di pantai kepalsuan yang berlindung di bawah awan cinta. Tapi dari ini Ayu tersadar bahwa air mata bukan tanda rapuh melainkan arti dari kekuatan cinta itu. Cinta yang tulus adalah tanpa pamrih. Mencintai tanpa harus dicintai. Menyayangi tanpa harus disayangi. Air mata cinta memiliki kekuatan yang tak ternilai harganya. Semakin banyak air mata cinta tertumpah, semakin besar cinta itu membawa arti di dalam kehidupan. Harapan ayu saat ini hanyalah kebahagian Putu, keseriusannya dalam menghadapi cinta. Cinta yang utuh dan tulus laksana mawar putih yang memancarkan pesona kesucian arti cinta. Cinta itu agung jika kita mengenal dan memahami artinya.
Setelah lama Ayu berpisah dari Putu dan tidak mendengar kabarnya, tiba-tiba datang sebuah kabar yang mengatakan bahwa Putu telah mempunyai seorang pacar yang tinggal tidak jauh dari rumahnya. Kabar itu terdengar biasa, yang membuatnya terkejut adalah kabar yang menyatakan bahwa Putu telah dipermainkan oleh wanita itu. Kabar ini membuat Ayu bimbang. Apakah karma sudah berjalan? Dulu saat teman-temannya menyatakan kebencian mereka terhadap Putu, Ayu selalu menjawab, “Biarkan saja dia berbuat apapun yang ingin dia lakukan. Ingatlah bahwa karma phala itu ada. Nanti, entah itu kapan, dia akan menerima balasan yang setimpal dengan perbuatannya itu. Tuhan tidak buta.” Inikah realisasi dari pernyataan itu? Sebuah pernyataan yang sulit ditebak isinya. Apakah sebuah dendam, peringatan, doa, ataukah memang sebuah sikap dharma dari orang yang telah tersakiti? Dan bisa saja itu hanya seonggok ucapan dari seseorang yang frustasi.
Setelah lama Ayu berpisah dari Putu dan tidak mendengar kabarnya, tiba-tiba datang sebuah kabar yang mengatakan bahwa Putu telah mempunyai seorang pacar yang tinggal tidak jauh dari rumahnya. Kabar itu terdengar biasa, yang membuatnya terkejut adalah kabar yang menyatakan bahwa Putu telah dipermainkan oleh wanita itu. Kabar ini membuat Ayu bimbang. Apakah karma sudah berjalan? Dulu saat teman-temannya menyatakan kebencian mereka terhadap Putu, Ayu selalu menjawab, “Biarkan saja dia berbuat apapun yang ingin dia lakukan. Ingatlah bahwa karma phala itu ada. Nanti, entah itu kapan, dia akan menerima balasan yang setimpal dengan perbuatannya itu. Tuhan tidak buta.” Inikah realisasi dari pernyataan itu? Sebuah pernyataan yang sulit ditebak isinya. Apakah sebuah dendam, peringatan, doa, ataukah memang sebuah sikap dharma dari orang yang telah tersakiti? Dan bisa saja itu hanya seonggok ucapan dari seseorang yang frustasi.
Saat mendengar kabar itu Ayu merasa bingung, bagaimana cara memandang hal itu. Di satu sisi dia merasa itu pastas terjadi ,tetapi di sisi yang lain dia merasa sedih atas apa yang dialami oleh Putu. Bagaimana pun Putu adalah orang yang pernah dia cintai. Dan itu sangat sulit untuk dia lupakan. Walau sekejam apapun Putu menyakitinya, tetap saja rasa cinta itu bertahta di relung hatinya. Cinta telah benar-benar membunuh hama kebencian di hatinya. Cinta juga telah membuatnya menjadi “orang aneh” di mata orang lain. Apa tidak orang aneh namanya. Jika perlakuan yang begitu menyakitkan bagi dirinya dan dibenci oleh orang-orang yang mengetahui ceritanya ini, justru kebencian itu tidak ada pada dirinya yang notabene adalah objek penderita. Bahkan pohon-pohon kebencian dan dendam yang ditanamkan oleh teman-temannya, malah mati dimakan rayap-rayap yang disebut cinta. Mungkinkah kekuatan cinta demikian cinta sebegitu besarnya? Jika iya, pastinya kita akan dapat mendamaikan dunia hanya dengan cinta. Karena cinta bisa melenyapkan segala keangkuhan, benci, dan dendam. Sayangnya, tidak semua orang di dunia ini yang memiliki cinta yang memang benar-benar cinta. Cinta pada zaman ini telah banyak dibalut oleh kepalsuan, cinta juga telah banyak diplesetkan dengan obsesi semata. Memang susah membedakan cinta dan obsesi, karena letak perbedaannya ada pada ketulusan. Kenyataannya sangat sulit untuk melihat ketulusan itu, karena ketulusan ada di dalam hati seseorang dan itu tidak dapat dilihat dengan mata telanjang.
No comments:
Post a Comment