Ilalang Berbulu Jarum
Oleh A’may Dewi Zentoel
Ilalang… oh ilalang
Kau begitu indah di mataku
Terpaku aku pada tenang perangaimu
Kau membanjiriku dengan bulu-bulu putihmu
Indah jelas indah
Bersih mungkin bersih
Apakah suci?
Aku terpesona..
Walau bukan pada pandangan pertama
Aku menari…
Tarian goyang gemulaimu
Aku mabuk…
Mabuk oleh arak tarianmu
Aku ingin menyentuh, menggenggam, dan memelukmu.
Mungkin akan aku bawa pulang
Dan aku akan katakan bahwa aku memetikmu di pinggir jalan tadi
Tapi saat aku ulurkan tanganku, kau malah menusuk
Kau menatap benci padaku
Aku berlari, kau mengejar
Aku berhenti, kau semakin cepat
Matamu menyiratkan dendam
Apa aku menyakitimu?
Kau ingin mencabik-cabik otakku?
Ketika kau dan aku lelah
Kita duduk merapat
Saat itu, kau melontarkan sesuatu yang masuk,
menerobos dan mengaliri hatiku dengan kehangatan
“Aku adalah ilalang.
Aku hidup di ruang terbuka.
Ilalang Berbulu Jarum
Rumahku yang tak akan tergantikan
Oleh hotel berbintang sekalipun.
Aku ilalang pada kasih.
Dan jarum pada pengusik.”
Dia benar.
Dia hidup dan aku hampir saja menjamah nyawanya
Dia tak butuh hotel mewah untuk tinggal.
Dia juga tak butuh spring bad untuk alas tidur.
Dia hanya butuh rumahnya
Alam lestari yang membawa angin kering
dan menerbangkannya dengan penuh keindahan.
Aku, “si makhluk yang paling mulia”
Telah menggusur rumah mereka perlahan dan kejam.
Tanpa pandang bulu.
No comments:
Post a Comment