Imam Besar Mujahidin Tutup Usia
Oleh Ubay KPI dan Nur Iskandar
Minggu (30/10) siang yang cerah membawa angin duka. Usai azan berkumandang dari mesjid ke mesjid menunaikan ibadah salat Zuhur. Imam Besar Mesjid Raya Mujahidin Pontianak, H Abdul Rahim Ja’far (93) tutup usia.
Rumah duka di Jalan Seram, Kota Baru langsung dipadati pelayat dan petakziah. Doa dan iringan duka cita yang dalam mengembang dari handai-taulan, karib kerabat hingga para pejabat.
Hal ini tidak heran karena ketokohan almarhum sebagai guru agama sekaligus pimpinan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kalimantan Barat. Beliau juga tokoh pergerakan Muhammadiyah di Kalbar. Jasad almarhum disemayamkan di rumah duka yang kemudian disalat Fardhu Kifayahkan di Mesjid Raya Mujahidin Pontianak seiring dengan waktu salat Asar.
Tampak hadir sejumlah tokoh seperti Buchary A Rachman, Prof Dr H Chairil Effendy, Ir H Fathan A Rasyid, dan keluarga besar HA Rahim Ja’far. Putra-putri HA Rahim tercatat sebagai tokoh penting di Kalbar. Ir Muhammad Abduh adalah Rektor di Polnep. Ir Ikhwani A Rahim adalah politisi di DPRD Kalbar, dan sembilan putra-putri lainnya memiliki tempat penting juga di bidang masing-masing.
Almarhum dimakamkan di Yayasan Pemakaman Muslim Sungai Bangkong, Jalan Danau Sentrum. Ratusan umat Islam di Kota Pontianak. Turut mengantar ke tempat terakhir Almarhum, Wakil Walikota Pontianak, Paryadi dan sejumlah anggota DPRD Kota Pontianak dan Kalimantan Barat.
Putera almarhum, M. Abduh usai pemakaman mengatakan, semasa hidup almarhum belum pernah meninggalkan salat. Salat terakhir yang didirikan almarhum ialah salat Dzuhur kemarin sebelum ia dipanggil sang khalik sekitar pukul 12.30.
Almarhum meninggalkan seorang istri dan sebelas anak. Dua anak dari sebelas putera, termasuk Ikhwani A Rahim tidak bertemu dengan tokoh muslim Kalimantan Barat yang kharismatik ini.
Pada saat itu Ikhwani berada di Jakarta. “Kedua saudara yang ada di luar kota sudah mengikhlaskan dimakamkan tanpa menunggu kedatangan keduanya,” ujar M. Abduh.
Suatu pesan yang sangat M. Abduh ingat dari almarhum, ialah tentang salat. Sebelum wafat, almarhum pernah mengatakan kepada putra-putrinya menggambarkan dirinya yang tidak pernah meninggalkan salat, namun masih diberi ujian oleh Allah dengan sakit kurang lebih dua tahun.
Keponakan almarhum, Heni Syahriani saat diwawancarai di sela-sela pemakaman kemarin mengatakan sangat merasa kehilangan. HA Rahman Jafar bagi Heni bukan hanya sekedar paman, namun juga orang tua.
“Udah banyak yang diberikan almarhum kepada saya. Saya pernah disekolahkan hingga saya berhasil. Namun, sekarang saya hanya bisa mengikhlaskan karena Allah lebih mencintai almarhum,” ujar keponakan almarhum.
Sekjen Forum Umat Islam, Haitami Salim mengatakan, almarhum ulama yang istiqomah serta dekat dengan jamaah, dikenal sangat bijak dalam menetapkan dan karakter orang tua muncul kala dibutuhkan.
Ketua MPW Muhammadiyah Kalimantan Barat, Ahmad Jais menuturkan, sosok almarhum penuh kharismatik dan sabar dalam melakukan sesuatu. Serta sikap ikhlas dalam dirinya menjadi teladan bagi kaum muslimin. “Ia seorang ulama yang selalu berdakwah memikirkan umat Islam,” ujarnya.
Wakil Walikota Pontianak, Paryadi di pemakaman kemarin turut menyampaikan duka cita atas berpulangnya ulama Kota Pontianak yang banyak menelurkan generasi penerus. Ia menyebutkan, almarhum merupakan sosok yang beda dibandingkan dengan lainnya. Baik dari sisi kealiman, sikap sabar dan kharismatik.
Bukhori A Rahman juga berkata demikian, almarhum adalah sosok yang memiliki sifat sabar dan kehati-hatian dalam bertindak. Ia juga menceritakan, kehidupan dia bersama almarhum ketika masih dalam usia. Menurut Bukhori, keluarga almarhum dan keluarganya sangat dekat.
“Kebetulan kediaman almarhum sangat dekat dengan kediaman ayah saya. Sehingga ketika ayah saya wafat, almarhum lah yang datang pertama,” kata Bukhori.
Bahkan semasa hidup almarhum, selain pernah menjadi Imam Besar Masjid Raya Mujahidin Pontianak, juga pernah menjabat Ketua MUI dan Ketua MPW Muhammadiyah Kalimantan Barat selama tiga periode. Almarhum juga merupakan salah satu tokoh dibalik berdirinya Universitas Muhammadiyah Pontianak yang sekarang terus berkembang.
No comments:
Post a Comment