Monday 15 August 2011

Dera-derai Air Mata Cinta

Dera-derai Air Mata Cinta
Oleh Nuzulisnaini
Di tengah keramaian kota Surabaya, aku mencoba untuk menenangkan diriku. Aku mencoba untuk melangkahkan kaki, menuju kedepan halaman kost ku, dinginnya malam kian menusuk ruas sendi-sendi tulangku. Aku menahan rasa yang terus bergejolak dalam hatiku dan aku terdiam sunyi, menyaingi keheningan malam. Pikiranku teringat pada seorang laki-laki yang kukenal saat mengabsen di ruang kelasku.
”Vina, cepat kesini. Ayo tidur sudah malam”, Suara Jeng Vina yang cempreng itu membuyarkan lamunanku.
Aku tidak bisa memejamkan mata walau kucoba tuk menutupinya dengan bantal. namun, sia-sia. Hatiku terasa rindu dengan seseorang, entah siapa itu, apakah dengan laki-laki itu?. Aku berusaha untuk menepis rasa itu, tapi malah hanyut dalam kerinduanku padanya. Ya Allah, perasaan apa ini?. Setiap kali aku memandang laki-laki itu, aku selalu ingin mengenalnya lebih dalam dari hanya sekedar sahabat. Apakah ini cinta?, aku menghela nafas dalam-dalam. Laki-laki itu biasa dipanggil Mr GhoGhon, dia satu fakultas dengan aku, dia tidak cakep, biasa-biasa saja, ndeso, banyak sekali kekurangan dalam dirinya tetapi kenapa aku merindukanya?, emang sich! dia baik sama aku. Entahlah, akhirnya akupun terlelap dalam mimpi malam itu.
Hari berganti hari, entah bagaimana caranya aku bisa akrab dengan dia. Kita seperti adik-kakak yang saling mengisi, melengkapi, dan memotivasi satu sama lain. Dia juga menghiburku dikala aku sedih.
”Kamu mahasiswa yang belum pernah pacaran disini, jadi berhati-hatilah! apa lagi kamu cewek yang lugu“.
Salah satu pesannya kepadaku. Tiba-tiba “kring-kring” ponsel HP ku berbunyi, ku lihat ternyata dari Mas GhoGhon. Dia mengajak aku malam ini pergi ke alon-alon Sidoarjo, ku harap malam ini adalah malam yang menyenangkan.
”Aku menyukaimu“. Ungkap dia dengan terbata-bata. Suasana alon-alon yang tampak ramai, sejenak hening, tanpa ada sepatah katapun yang keluar dari mulut kami berdua. Entah seperti apa suasana hatiku senang, gugup, susah, takut bergabung menjadi satu. Aku tidak mengeluarkan satu katapun pada dirinya.
Suasana pagi yang dingin membuatku tidur terlelap seolah-olah tidak menghiraukan kejadian semalam di alon-alon, tiba-tiba terdengar bunyi Hp, ternyata SMS dari dia.
“Aku minta maaf telah berani mencintaimu”, aku keadaan belum bisa memutuskan ini, ”sekali lagi aku minta maaf, aku minta maaf karena aku mencintaimu, sebenarnya perasaan ini bukan baru terlintas dalam hatiku, tapi sudah lama menyelinap dalam hatiku, namun selama ini aku menahan dan menyimpan dengan rapi. Dengan banyak pertimbangan aku beranikan diri untuk mengungkapkannya. Sekarang kamu tidak perlu menjawab atau menanggapi presentasiku ini.”
Air mataku menetes tanpa kusadari, kurasakan getar jantungku begitu kencang setelah membaca SMS tadi, apakah aku mencintainya?. Aku tidak bisa berkata apa-apa, mungkin di kamar sana dia juga mengalami hal yang sama, meskipun suasana hati agak berbeda.
“Ya Allah!, semoga ini menjadi jalan yang terbaik bagiku, aku cinta padanya. Ya Allah”. Ku usap air mataku dengan tisu dan berusaha menenangkan hatiku, pikiranku teringat lagi dengan dia, lalu mengalir lembut di hati bayang-bayangnya yang selalu bersembunyi dibilik hatiku. Aku rasakan bahagia dan begitu dingin hatiku ditengah suasana Surabaya yang panas ini.
“Kamu kenapa kok berubah gitu?, melamun terus ada masalah ya?”, tanya Jeng Vina dengan raut muka penasaran dan sedikit mengernyitkan dahi, memulai percakapanku di dalam kamar kos sesudah sholat isya’.
“Nggak ada apa-apa lagi, Cuma bingung aja”, tanya Jeng Vina yang sama-sama dari Lamongan yang paling akrab denganku, tahu betul semua tentangku. Hanya masalah di hatiku saja yang sedikit orang tahu. Kami saling support satu sama lain.
“Kamu ada masalah apa?”, tanya Jeng Vina padaku dengan gaya investigator ulung, pertanyaan yang mulai kurasakan sepertinya berusaha mengetahui apa yang sudang aku rasakan. Aku tidak bisa mengelak lagi, sebab dia adalah sahabat sekaligus orang yang aku jadikan tempat aku curhat selama ini. Dan apa yang aku predeksikan ternyata benar, Jeng Vina kemudian bertanya lagi yang langsung pada topik yang sebenarnya aku rasakan.
“Sebenarnya kamu ada rasa gak sih sama dia?, ah! Sudahlah ngaku aja, teman-teman pada ngomongin kamu sama dia. Sebenarnya kamu itu ada apa dengan dia. Tidak ada rasa atau malah ada apa-apa sama dia, Hayo!?”, gaya wawancara Jeng Vina.
“Ya, Oke Jeng!, aku cerita sekarang, tapi sebenarnya aku tidak ingin cerita pada siapapun. Ini adalah komitmen yang aku ikrarkan, namun berhubung yang bertanya adalah Jeng Vina, orang yang masih aku percayai, semoga aja ini menjadi yang terbaik”
Kenapa ya Jeng tiba-tiba rasa itu hadir tuk yang kedua kalinya dalam hidupku, padahal rasa itu telah kubuang jauh-jauh.
Aku trauma Jeng……… ????
Hehehehe,,,, gak usah trauma De’, aku janji gak akan mengecewakanmu. Benar atau tidak, yang jelas aku gak gitu tau. Tapi yang jelas ini adalah CERPENMU dalam perjalanan CINTAKU...
”SEMOGA KITA BAHAGIA..... BILANG JUGA MA JENG VINA, MOHON DO’ANYA”


No comments:

Post a Comment