Masjid Al Isra’ Pontianak Utara
Masjid Indah di Pontianak Utara
Masjid Indah di Pontianak Utara
Oleh Andika Lay
Kehadirannya menarik perhatian. Letaknya di pinggir Jalan Khatulistiwa, Pontianak, membuatnya mudah dilihat. Apatah lagi, desain bangunannya yang indah.
Itulah masjid Al Isra’. Masjid ini tergolong masjid tua di Pontianak Utara. Pada masa awal, di wilayah Pontianak Utara, ada tiga masjid. Di wilayah Batu Layang ada masjid milik Kesultanan Pontianak, lalu Masjid Al Isra’ dan Masjid di Jalan Parwasal.
Menurut Kasman pengurus masjid Al Isra’, masjid ini dibangun tahun 1941. Dibangun di atas tanah wakaf. Waktu itu masih berupa surau.
“Surau ini berdiri di tanah wakaf milik Syarif Thaha Alkadrie, yang dihibahkan secara cuma-Cuma,” kata Kasman Simin, saat ditemui usai salat Jumat (19/8) di masjid Al Isra’.
Bangunan awal masjid berusia 70 tahun itu sesungguhnya jauh beda dibandingkan bentuk yang sekarang ini. Bentuk sekarang sudah mengalami 4 kali perubahan.
Surau pertama dibangun dengan beratap daun. Begitu juga dindingnya, ditutupi dengan atap daun juga. Waktu itu, ukuran surau itu masih kecil. Selain itu, di sekitar surau juga masih hutan.
Dalam perjalanannya sekitar 10 tahun, surau ini berubah menjadi Masjid. Perubahan itu juga ditandai dengan perubahan fisik bangunan. Waktu itu, bangunan masjid sudah menggunakan papan.
Adapun bentuk masjid yang indah seperti yang terlihat sekarang ini, merupakan perubahan selanjutnya. Tahun 2000, Masjid ini dibangun baru setelah Ketua Pengurus Masjid ini dipimpin H Shodri, dibantu beberapa pengurus antara lain yaitu Wakil Ketua I, Alidin, Wakil Ketua II, Masrum, termasuk Kasman Simin di bagian Perlengkapan.
Masjid baru ini berdiri di lokasi yang sama dengan bangunan sebelumnya. Bedanya, bangunan baru ini ukurannya lebih luas serta bangunan kokoh, lantainya cor semen dan dilapisi porselin. Dinding juga semen dengan variasi jendela. Atap bangunan dari seng metal. Teras masjid ditinggikan dengan lantai porselin berwana coklat. Pilar masjid juga dibuat kokoh. Bangunan masjid menjadi lebih indah karena desain interior dan eksteriornya, berupa les ukiran dengan cat variasi warna coklat dan putih.
Menara di puncak masjid berbentuk bawang, berwarna hijau, dikombinasikan dengan kubah-kubah lain di empat sudut. Ada juga kubah hiasan di atas atap di pintu masuk. Tempat wudhu’ juga tersedia di kiri masjid, plus wc-nya.
Yang juga khas dari masjid ini adalah adanya kuburan di belakang masjid. Ada ratusan batu nisan terpacak di sana.
Masjid dan kuburan ternyata memiliki hubungannya. Setidaknya menurut Kasman, selalu ada kejadian aneh di masjid.
“Masjid ini ada keajaiban. Setiap ada jemaah yang meninggal, sehari sebelumnya barang-barang di dalam masjid selalu berbunyi,” ungkapnya.
No comments:
Post a Comment