Thursday, 25 August 2011

Siwak dalam Pandangan Agama dan Ilmiah


Siwak dalam Pandangan Agama dan Ilmiah
Oleh Ubay KPI
Sahabat semua. Mungkin banyak orang saat ini membicarakan soal Nazaruddin dan Partai Demokrat, yang tengah hot-hotnya tersandung masalah korupsi pengadaan wisma atlet Sea Games. Begitu juga nyanyian Nazarudin yang menyebut-nyebut Anas Urbaningrum.
Hal itu tak penting bagi kita, wong kita aja sepeser pun tak kebagian. Mungkin kita hanya prihatin dengan dengan kondisi Indonesia saat ini. wah, terlalu panjang kayaknya ne mukaddimahnya. Langsung saos alias langsung saja.
Tulisan yang akan saya sampaikan saat ini mengenai siwak. Ya siwak. Mungkin ada yang belum tahu tentang siwak. Sedikit saya paparkan apa sih itu siwak? Sepengetahuan saya, kalau tidak salah siwak itu adalah kayu yang hanya ada di tanah arab, dan biasanya digunakan jamaah sebelum melaksanakan salat. Contoh yang lebih mudah, anda yang biasa nonton film Islam KTP yang tayang di staisun SCTV, sorry bukan film, tapi sinetron. Di film itu, ada salah satu pemeran yang selalu menggunakan siwak. Bang Ali, sang wali di sinetron itu yang biasa disapa Bang Ali, nama aslinya Idrus Madani.
Nah, Bang Ali itu selalu membawa siwak. Kayu kecil yang selalu digosokkan ke giginya. Sudah ingat kan?
Di Indonesia, mudah sekali mendapatkan kayu siwak tersebut. Meskipun barang tersebut meng-impor dari Arab. Sekedar berbagi cerita, waktu saya di penjara suci. Setiap saat saya selalu menggunakan kayu itu sebelum salat. Dan bahkan menjadi barang berharga. Sebab, tak semua orang memiliki kayu itu. Meskipun punya, kadang hilang, maklum saja, barang itu kecil dan memang susah untuk menjaganya, terlebih lagi kawan-kawan yang tidak disiplin dengan barangnya sendiri sehingga kurang rajin untuk menyelipkan barang itu ke saku baju.
Khas dari kayu itu, meski kerapkali digunakan untuk menggodok gigi, sekinclong (kuning karena jarang gosok gigi) apapun gigi kita, kayu itu tidak akan mudah bau seperti mulut kita. Kayu itu senantiasa dengan bau khasnya, yang tak harum dan tak pula busuk.
Menggunakan siwak yang saya ingat ketika mengaji kitab Fathul Qarib (sebuah kitab klasik) dulu, hukumnya sunnah. Itu yang saya ketahui karena menurut penjelasan dalam kitab itu, Rasulullah (Muhammad) juga menggunakan siwak untuk membersihkan giginya. Saya terinspirasi menulis masalah ini ketika saya membuka sebuah judul di tampilan awal pada situs yahoo.com. maklum, saya orang yang termasuk rajin membuka yahoo sebelum masuk ke email pribadi.dalam sehari bisa sepuluh kali atau lebih keluar masuk email. Di situs tersebut menampilkan sebuah artikel yang di tulis oleh DR. Abdul Basith Jamal & DR Daliya Shadiq Jamal yang mungkin telah diterbitkan oleh harian Republika. Karena di belakang dua nama tersebut bertuliskan Republika.
Dalam artikel yang berjudul Siwak Antara Sunah Sains tersebut, Abdul Basith Jamal & DR Daliya Shadiq Jamal menyebutkan sebuah hadis tentang siwak. Berarti, siwak memang disunahkan oleh Nabi Muhammad. Sebagaimana dalam artikel tersebut, ada sebuah hadis dari Abu Hurairah RA, bahwasannya Rasulullah SAW bersabda, "Kalaulah aku tidak memberatkan terhadap umatku—atau manusia seluruhnya-maka aku perintahkan mereka untuk memakai siwak setiap salat." (HR Bukhari-Muslim).
Dikuatkan pula dengan hadis yang dari Aisyah RA, yang mengatakan bahwasanya Rasulullah SAW bersabda, "Siwak adalah pembersih mulut dan membuat ridha Tuhan." (HR Nasa`i dan Ibnu Khuzaimah).
Perkataan Nabi sejak 14 abad yang silam. Nah, bagaimana hubungan siwak yang berlatar belakang hanya melalui sabda Nabi SAW dengan ilmu pengetahuan abad 20 saat ini?
Abdul Basith Jamal & DR Daliya Shadiq Jamal mengemukakan, dalam sebuah penelitian yang dilakukan ilmuwan, siwak mengandung unsur-unsur pencegah penyakit kanker. Wah, mantap kan? Tapi bukan Kanker dalam kurung kantong kering lho!
Dan khusus siwak jenis India, hah, yang ini saya tidak tahu, kenapa langsung muncul jenis India, padahal di atas saya sebutkan kayu dari Arab. Maaf sahabat, saya kurang mengerti masalah ini, apa di India juga ada kayu siwak? Wallahu a’lam.
Untuk jenis India, secara ilmiah mengandung minyak yang dapat menjaga gusi dari radang, bahkan menjadi penawar gusi yang terserang radang. Ajiib dan ampuh kaaannn? Radang itu apa ya? Wah saya juga kurang tahu definisi itu, sebab itu ilmu waktu SMP, saya sudah lupa. Tanya ke ahli gizi atau Om Google ya?
Nah, karena manfaat dan kelebihan itu, banyak perusahaan pasta gigi yang mencampurkan olahan siwak (entah itu ditumbuk atau dimesin, saya kurang faham) ke dalam produknya untuk mencegah atau pengobatan radang gusi.
Selain itu, siwak juga bisa mencegah dari pembusukan gigi. Ayoooo, yang giginya busuk cepat pakai siwak. Biar kinclong dan cewek pada naksir, hehehehe. Inter mezzo aja kawan. Di Barat Afrika dan kawasan Asia Tenggara, termasuk kita di Indonesia banyak masyarakat yang menggunakan siwak. Makanya jarang atau bahkan tidak pernah terserang penyakit pembusukan gigi atau radang gusi. Termasuk punya saya ini, tetap kinclong lho. Bahkan ada salahsatu dosen di kampus saya yang mengatakan, gigi saya ini bagus melebihi bagusnya gigi kakak saya. padahal gigi kakak saya itu bagus lho. Hehehe narsis aaahhh.
Apalagi dibandingkan dengan kulit saya yang hitam manis ne, so pasti lebih  bagus gigi saya. hehehehe.
Oya kawan. Di atas itu ada kata pembusukan gigi atau radang gusi, mungkin radang gusi itu maksudnya pembusukan ya kawan. Ah, tapi lebih jelansya tanya Om Google aja ya.
Kembali ke pembahasan. Hehehe, kayak Bukan Empat Mata aja. Nah sekarang, apa yang kita katakan setelah ini? Apakah Muhammad SAW seorang dokter spesialis ramuan, gigi, mulut, atau farmasi? Padahal Muhammad itu seorang yang “ummi” tidak bisa membaca dan menulis. Tapi telah berkata demikian sejak 14 abad yang silam? Rasul dan panutan kita hebat bukan? Mengetahui sebuah ilmu sebelum ilmiah menjawabnya.
Berbanggalah jadi umat Islam meskipun banyak orang memusuhi Islam. Jayalah pemuda Islam, Jayalah Islam!!!

Di Warkop Real In Simpang Siantan,
25 Agustus 2011

No comments:

Post a Comment