Makna Idul Fitri Masih Disalahartikan
Oleh Rosalinda (Jurnalis Borneo Tribune)
Makna Idul fitri banyak salah diartikan, dimana setiap tahun Idul Fitri setiap orang merayakan Idul Fitri dengan cara-cara yang berlebihan, sementara dalam islam hanya dua hal yang diperbolehkan yakni bergembira dan membuat makanan seadainya.
“Sebaiknya merayakan Idul fitri sesuai dengan syariat islam jangan berlebih-lebihan, karena Allah SAW tidak suka dengan orang yang suka memaksakan diri, apalagi sampai berhutang untuk merayakan Idul Fitri,” kata Wasi’an Syafiunddin, belum lama ini di ruang kerjanya.
Ia menjelaskan makna Idul Fitri adalah kembali ke fitrah dan yang berhak merayakan Idul Fitri adalah orang-orang sukses melaksanakan puasa selama 30 hari. Barang siapa yang menjalankan ibadah puasa dengan baik maka akan diampuni dan akan kembali suci dalam pembentukan pribadi.
Kata Wasi’an sebaiknya lebaran dimaknai kembali pada kesucian, tapi ada faktor-faktor lain yang mendukung pensucian tersebut, yakni mensucikan jiwa dengan harta dengan membayar zakat fitrah. Karena, katanya banyak orang melampiaskan Idul Fitri dengan cara berlebihan dan tidak sesuai syariat. “Kita boleh belikan anak-anak baju baru, dan ini sunah dilakukan yang terpenting silaturahmi dalam rangka pembersihan jiwa kita,” jelasnya.
Selain itu, kata ia, tradisi mudik yang dilakukan banyak orang juga sangat baik karena menjalin silahturahmi dengan sanak keluarga, dan ini juga tidak boleh berlebih-lebihan dan jangan sampai berhutang.
“Sebaiknya merayakan Idul fitri sesuai dengan syariat islam jangan berlebih-lebihan, karena Allah SAW tidak suka dengan orang yang suka memaksakan diri, apalagi sampai berhutang untuk merayakan Idul Fitri,” kata Wasi’an Syafiunddin, belum lama ini di ruang kerjanya.
Ia menjelaskan makna Idul Fitri adalah kembali ke fitrah dan yang berhak merayakan Idul Fitri adalah orang-orang sukses melaksanakan puasa selama 30 hari. Barang siapa yang menjalankan ibadah puasa dengan baik maka akan diampuni dan akan kembali suci dalam pembentukan pribadi.
Kata Wasi’an sebaiknya lebaran dimaknai kembali pada kesucian, tapi ada faktor-faktor lain yang mendukung pensucian tersebut, yakni mensucikan jiwa dengan harta dengan membayar zakat fitrah. Karena, katanya banyak orang melampiaskan Idul Fitri dengan cara berlebihan dan tidak sesuai syariat. “Kita boleh belikan anak-anak baju baru, dan ini sunah dilakukan yang terpenting silaturahmi dalam rangka pembersihan jiwa kita,” jelasnya.
Selain itu, kata ia, tradisi mudik yang dilakukan banyak orang juga sangat baik karena menjalin silahturahmi dengan sanak keluarga, dan ini juga tidak boleh berlebih-lebihan dan jangan sampai berhutang.
No comments:
Post a Comment