Sempat Jadi Masjid Percontohan
Oleh Rosalinda
Masjid Sirajul Islam dulunya adalah langgar atau surau, yang kemudian berubah menjadi masjid yang kokoh. Sirajul Islam yang terletak di depan Gang Belibis, Jalan Merdeka Pontianak didirikan pada tahun 1936, yang silam.
Pada awalnya, bangunan fisiknya terbuat dari kayu. Kemudian pada tahun 1960 langgar atau surau Sirajul Islam dibangun menjadi Masjid dengan menggunakan semen biasa.
Lalu pada tahun 1980 Sirajul Islam akan direncanakan dibongkar lagi. Perencanaan pembangunan ini dirapatkan di rumah Alm. Usman Mahfud. Pada tahun 1985 Masjid Sirajul Islam dibongkar habis. Pada tahun itu masjid dibangun menggunakan beton dan masjid menjadi dua tingkat. Akhirnya pada tahun 1995 Masjid Sirajul Islam berubah sedikit karena masjid diberi porselen sampailah sekarang.
Salah satu Pengelola Masjid Sirajul Islam, H. Burhan Sattar mengatakan luas bangunan panjangnya kurang lebih 30 meter persegi, dan lebarnya 30 meter persegi.
“Penggunaan masjid adalah untuk salat Jumat, untuk pengajian ibu-ibu, Taman Pendidikan Al Quran (TPA),” kata Burhan yang ditemui di rumahnya. Selain itu masjid Sirajul Islam juga ada organisasinya yakni yayasan Masjid Sirajul Islam, kemudian berubah menjadi Badan Wakaf Sirajul Islam.
Burhan menjelaskan bangunan masjid ini kebanyakan dibiayai dari masyarakat yang tinggal mulai dari Jalan Merdeka sampai rumah sakit Antosius. Sedangkan ahli bangunannya asli dari warga Jalan Merdeka, yang bernama Alm. Abdul Bakar. Selain itu Burhan juga menjelaskan pengelola masjid yang pertama sudah meninggal semuanya, yakni Ustad Hamid, kemudian diganti Awang Bakar, dan selanjutnya diganti oleh H. Abdul Syukur Bandrie. Abdul Syukur kemudian diganti Ahmad Mutadar.
Menurut cerita Burhan, Masjid Sirajul Islam sempat sebagai percontohan, karena masjid ini mempunyai radio amatir yang menyampaikan syiar Islam, tapi disayangkan radio tidak aktif lagi diakibatkan Pemilu pada tahun 1955 sampai sekarang. Selain itu kata Burhan masjid ini sempat tersohor karena jumlah gurunya banyak, seperti ustad Mahfud, Junaidi Sattar, Ustad Hamid, Awang Ali Abdulah, Awang Bakar, Sy Yusuf Al Qadrie dan Ahmad Mutadar.
Burhan mengatakan ada yang paling berkesan tentang masjid itu.
“Yang paling berkesan bagi saya adalah nama Sirajul Islam yang tetap tidak berubah meskipun sejak awal surau hingga menjadi masjid. Nama Sirajul Islam terukir di atas kayu, tapi kayu itu sudah tidak ada lagi,” jelasnya.
Ukiran kayu itu dibuat oleh pendiri masjid yang pertama. Sekarang ini nama Sirajul Islam menggunakan tempel logam yang ditempel di depan masjid.
No comments:
Post a Comment