Zakat dan Sedekah Membawa Berkah
Oleh: Dr. H. Hamka Siregar, M.Ag
Oleh: Dr. H. Hamka Siregar, M.Ag
Setiap hari kita berdoa untuk kebahagiaan dunia dan akhirat: “Rabbanaa aatina fi addun yaa hasanah wa fl al-akhirat hasanah waqinaa ‘adzaab an-nar. Ya Allah berikanlah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka”. Tak sedikit orang menganggap bahwa banyaknya harta membuat hidup jadi bahagia. Padahal, harta bukanlah satu-satunya yang dapat membuat orang bahagia. Karena banyak orang yang kaya raya tetapi justru membuat hidupnya tidak tenang. Banyak tapi tidak berkah akan menjadi beban.
Islam tidak melarang umatnya untuk memiliki harta. Oleh karena itu, jangan selalu melihat sisi negatif dari harta. Dalam Alquran ditegaskan kita mesti mendapatkan harta itu dengan cara yang suci: benar, baik dan indah. Dibelanjakan tidak dengan berlebih-lebihan dan tidak pula kikir dalam penggunaannya (Al-Furqon: 67).
Harta yang kita miliki merupakan salah satu amanah yang diberikan Allah SWT. kepada manusia. Kata amanah, memiliki akar kata yang sama dengan iman dan aman. Orang yang amanah merupakan refleksi dari keimanannya dan akan memberikan rasa aman kepada sesama manusia. Karena itu, orang yang beriman bila memiliki harta mesti membagi rizkinya melalui zakat, infaq, dan sedekah.
Dipandang dari segi pengertiannya, zakat berarti kebersihan dan pertumbuhan, sesuai dengan yang tersebut dalam Alquran (QS. Al-Taubah: 103). Zakat dimaksudkan untuk membersihkan harta benda orang lain yang dengan sengaja atau tak sengaja telah termasuk ke dalam harta benda kita. Zakat berarti juga pertumbuhan, karena dengan memberikan hak fakir miskin dan lain-lain yang terdapat dalam harta benda kita, maka terjadilah suatu sirkulasi uang dalam masyarakat yang mengakibatkan bertambah berkembangnya fungsi uang itu dalam masyarakat. Zakat itu adalah salah satu rukun Islam, yang dalam delapan puluh dua ayat Alquran disebutkan bersama-sama dengan salat.
Zakat fitrah sebenarnya lebih banyak merupakan peringatan simbolik tentang kewajiban atas anggota masyarakat untuk berbagi kebahagiaan dengan kaum yang kurang beruntung (kaum dhu’afa). Dari segi jumlah dan jenis materialnya sendiri, zakat fitrah mungkin tidaklah seberapa. Esensi dalam zakat fitrah ialah maknanya sebagai lambang solidaritas sosial dan rasa perikemanusiaan. Dengan perkataan lain, zakat fitrah adalah lambang tanggung-jawab kemasyarakatan kita yang merupakan salah satu hasil pendidikan ibadah puasa.
Sedangkan sedekah bermakna benar, sejati, tulus: atau tindakan membahagiakan orang lain. Orang yang suka bersedekah adalah tanda terimakasih pada Allah. Terimakasih bukan hanya menerima saja rizki yang dititipkan Allah SWT tetapi mesti berbagi kasih dengan sesama. Allah SWT memberikan ganjaran yang banyak bagi para dermawan: “Perumpamaan orang yang menginfakkan hartanya di jalan Allah seperti sebutir biji yang menumbuhkan tujuh tangkai, pada setiap tangkai ada seratus biji. Allah melipatgandakan bagi siapa yang Dia kehendaki, dan Allah Maha Luas, Maha Mengetahui” (QS. Al-Baqarah: 261). Satu investasi kebaikan akan mendapatkan bonus tujuh ratus kebaikan. Luar biasa!
(Penulis adalah Ketua STAIN Pontianak)
No comments:
Post a Comment