Friday 12 August 2011

Masjid Al Jihad Pontianak

Masjid Al Jihad, Pontianak, salah satu landmark Pontianak

Masjid Al Jihad Pontianak
Landmark Selatan Kota
Oleh Yulan Mirza (Jurnalis Borneo Tribune)
Rasanya semua orang di Pontianak mengenal dengan Masjid Al Jihad, Pontianak. Masjid ini menjadi salah satu landmark bagian selatan Kota Pontianak.

Berawal dari surau sebelum tahun 1964. Bangunan yang tepat berada di persimpangan Jalan Gusti Johan Idrus (semula Jalan Sumatera) dan Jalan Sutan Abdurrachman dapat menampung jamaah yang berada di pemukiman di sekitarnya.
”Saat itu, surau ini berdiri di tengah-tengah pemukiman. Dan lokasinya tepat di fasilitas umum pemukiman itu. Ini berdasarkan cerita dari ayah saya,” kata Drs H Abdul Basith Buraidah, Wakil Ketua IV Pengurus Masjid Al Jihad, saat ditemui di Masjid Al- Jihad, belum lama ini.
Masjid ini didirikan pada tanggal 14 Maret 1964. Dan diresmikan pertama kali untuk salat Jumat pada tanggal 29 Oktober 1964.
Masjid yang menempati lahan seluas 700 meter persegi ini telah mengalami beberapa kali renovasi. Tanpa menghilangkan wujud asli bangunan, model bangunan masjid ini didesain yang lazim dipakai di daerah Kalimantan Barat.
Bangunan masjid ini berlantai satu dan atapnya berkubah dan dilengkapi dengan sebuah menara mungil. Sebagai upaya untuk menampung jumlah jemaah yang terus bertambah, maka pada tahun 1965, masjid ini diperluas dengan memanfaatkan tanah yang masih kosong.
Setelah usia masjid mencapai 20 tahun lebih, kondisinya banyak mengalami kerusakan. Sehingga tak layak lagi dipertahankan. Disamping pula daya tampungnya yang sudah tidak memadai lagi.
Atas dasar keadaan yang demikian, maka pengurus masjid Al Jihad memutuskan untuk merombak bangunan lama dan mendirikan bangunan baru dengan arsitektur yang sangat khas yang tidak dimiliki oleh masjid pada umumnya.
Arsitekturnya banyak mewakili arsitektur dari berbagai etnis yang ada di Kalbar. Seperti Melayu, Dayak, Cina, Jawa dan lain sebagainya. Sedang bahan bangunan hampir seluruhnya didominasi oleh bahan kayu. Terutama kayu besi (istilah kayu belian).
”Waktu itu, sebagai pemimpin proyek sekaligus penanggung jawab pembangunan itu adalah Ketua I pengurus masjid yang saat itu dijabat oleh H Tb Eddy Mangkuprawira, SH,” jelasnya.
Pembangunan kembali masjid ini selesai pada awal tahun 1988 dan peresmiannya dilakukan oleh Walikota Pontianak, H A Madjid Hasan pada tanggal 1 April 1988.
Pembangunan kembali masjid Al Jihad di bawah Ketua I pengurus masjid H Tb Eddy Mangkuprawira, SH menghasilkan bangunan seperti lantai dasar seluas 135,50 meter persegi, Serambi seluas 107,00 meter persegi, lantai satu seluas 143,00 meter persegi, Selasar seluas 76,50 meter persegi, tempat parkir seluas 224,00 meter persegi dan landscaping seluas 671,00 meter persegi.
Dalam perkembangan lebih lanjut kondisi bangunan tersebut sampai dengan tahun 2008 mengalami perubahan. Baik perubahan yang bersifat penambahan. Seperti terdapat tambahan bangunan di lantai atas yang sampai saat ini tidak diketahui dokumen pembangunannya. Sehingga peruntukan bangunan tersebut juga tidak dapat diketahui.
Selain penambahan, ada juga pengurangan. Seperti tempat parkir. Karena letak dan luasnya sudah sangat bias, penempatan meja-meja tempat jualan yang tidak jelas pemiliknya semakin mempersempit tempat/lahan yang memang sangat terbatas luasnya.
Tidak hanya itu, kini masjid itu sudah ada kerusakan. Kerusakan terjadi pada atap bangunan yang secara keseluruhan sudah rapuh dan bahkan di atas ruang sekretariat sudah sangat parah.
”Apabila hujan turun, air dari atap akan masuk sangat deras, sehingga ruangan sekretariat banjir,” terangnya.
Namun, kata Basith, pihaknya juga menampung segala keluhan dari jemaah. Khususnya mengenai belum ada pemisahan tempat wudhu pria dan wanita, sempitnya lorong antara dinding masjid dan kamar petugas masjid, terakhir keluhan mengenai sandal dan sepatu yang sering hilang.
Untuk membenahi hal tersebut itu, lanjut Basith, pengurus masjid Al Jihad, Pontianak membuat pengajuan proposal kepada pemerintah. Hal ini dimaksudkan agar kenyamaan para jamaah masjid dapat terjaga.
”Masjid ini mau tidak mau harus dilakukan perehaban secara total. Mengingat masih banyaknya kekurangan dan kerusakan akibat dimakan zaman,” tutur Basith.
Basith menjelaskan bahwa pengurus masjid Al Jihad, Pontianak mencoba melakukan perehaban sekaligus melakukan pelebaran di bagian samping masjid tersebut. Hal ini dimaksudkan agar mampu menampung para jemaah yang kini hampir mencapai 500 hingga 600 orang untuk melaksanakan ibadah salat di masjid salah satu kebanggaan di Kota Pontianak.

Basith juga menjelaskan bahwa bangunan masjid ini perlu mengalami perbaikan. Mengingat perbaikan masjid yang terakhir itu dilakukan pada tahun 1988. Tidak hanya itu, tempat wudhu dan kamar mandi juga akan dilakukan perehaban. Dimana, sebelumnya tepat wudhu serta kamar mandi pria dan wanita itu bergabung, nanti di dalam perehaban itu akan dilakukan pemisahan.
Untuk perehaban masjid ini, Basith menjelaskan bahwa akan menelan biaya cukup besar. Yaitu hampir mencapai Rp 670 juta.   
”Saat ini, kita baru menyelesaikan bagian canopy lalu berlanjut hingga ke atas yaitu penggantian atap. Dan kita tetap akan mempertahankan ciri khas atap yang terbuat dari atap sirap,” katanya.
Basith juga menguraikan bahwa dalam mencari penggantian atap sirap itu tidaklah mudah. Pengurus masjid harus mencari hingga ke daerah pelosok Sandai, Kabupaten Ketapang. Namun, lanjutnya, pihak masjid Al Jihad terbentur dengan permasalahan izin saat ingin dibawa ke Pontianak.
”Kita sudah memberikan panjar sebesar Rp 10 juta. Dan bahkan kita sudah meminta izin kepada pihak kepolisian. Dan ternyata, pihak kepolisian mengatakan bahwa untuk izin tersebut harus melalui Dinas Kehutanan. Hingga akhirnya kita pun membuat surat izin kepada Dinas Kehutanan dan Kepolisian,” ujarnya.
Selain itu, masjid ini juga ingin mencetak sumber daya manusia yang berkualitas. Yaitu memberikan pelatihan khatib dan fardhu kifayah. Disamping kegiatan-kegiatan rutin seperti Idul Fitri dan Idul Adha, kata Basith, masjid ini melakukan pengisian kegiatan lainnya. Seperti melakukan pemberian siswa yang tidak mampu khususnya siswa yang berada di perguruan atau sekolah Islam. Baik itu SD, SMP, dan SMA.
Pada tahun ini, pengurus masjid Al Jihad telah memberikan bea siswa, dengan rincian: untuk SD itu sebanyak 15 orang dengan jumlah bantuannya sebesar Rp 2,5 juta, SMP sebanyak 14 orang dengan jumlah bantuannya sebesar Rp 2,1 juta, Tsanawiyah atau Mts itu sebanyak 11 orang dengan jumlah bantuannya sebesar Rp 3,3 juta, Madrasah Aliyah sebanyak 9 orang dengan jumlah bantuannya Rp 4,05 juta, dan SMA sebanyak 8 orang dengan jumlah bantuan sebesar Rp 3,6 juta.
”Hingga jumlah keseluruhan bea siswa kepada siswa yang tidak mampu sebanyak 55 orang itu dari kita sebesar Rp 77 juta lebih,” terangnya.
Dalam menghadapi Ramadan, suasana masjid ini jadi nampak ramai. Masjid Al Jihad terlihat sangat ramai pada sore harinya. Maklumlah, warga muslim maupun warga Pontianak yang non muslim memadati kantin juadah untuk mencari menu makanan ringan kue berserta minuman yang disajikan para pedagang di komplek masjid tersebut.

”Seperti bisa, masyarakat terlihat ramai memadati kantin juadah ini sore hari. Dan pembeli bukan hanya warga muslim saja. Tetapi juga warga yang non muslim,” katanya.  

No comments:

Post a Comment