Monitoring Evaluasi dan Pengawasan Perlindungan AnakOleh Ubay KPI (Jurnalis Borneo Tribune)
Usai melakukan tinjauan langsung ke lapangan, seperti ke Border Entikong, Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menggelar workshop Monitoring Evaluasi dan Pengawasan Perlindungan Anak di Hotel Orchadz Pontianak, 28-29 Juli 2011.
Workshop diikuti oleh beberapa lembaga yang fokus memperhatikan perlindungan anak dalam upaya membangun kekuatan jejaring antar lembaga dalam hal trafficking dan eksploitasi anak.
Komisioner KPAI Bidang Trafficking dan Eksploitasi, Arnisah Vonna saat rehat workshop siang kemarin menyampaikan workshop dilaksanakan setelah melakukan identifikasi masalah, monitoring, dan penalaahan terhadap kasus yang ada. Selain menjadi tugas pokok dalam program kerja. Workshop juga menjadi wadah menyikapi setiap kasus dan menerima masukan yang kemudian akan ditindaklanjuti.
Selain melibatkan lembaga perlindungan anak, workshop juga melibatkan unsur provinsi, tiga kabupaten/kota (Pontianak, Singkawang, dan Kubu Raya), ormas, dan akademisi serta praktisi.
Diakui Arnisah Vonna, secara spesifik, di Kalbar banyak terjadi trafficking karena Kalbar bukan hanya menjadi jalur trafficiking, namun juga bisa menjadi penerima. Sebab Kalbar memiliki akses yang mudah di banding daerah lainnya.
Meski beberapa lembaga dan pemerintah berusaha serba ekstra dalam melakukan pencegahan terjadinya trafficking. Namun usaha tersebut masih sangat relatif kecil dalam pencapaiannya. “Sekarang pelakunya lebih maju dari yang menghindari. Umpama, kita mencegah masih menggunakan sepeda, tapi pelaku atau oknum telah menggunakan motor. Nah, ini akan kita cari bagaimana bisa menyaingi dan mengurangi kasus ini,” ujarnya.
Workshop diikuti oleh beberapa lembaga yang fokus memperhatikan perlindungan anak dalam upaya membangun kekuatan jejaring antar lembaga dalam hal trafficking dan eksploitasi anak.
Komisioner KPAI Bidang Trafficking dan Eksploitasi, Arnisah Vonna saat rehat workshop siang kemarin menyampaikan workshop dilaksanakan setelah melakukan identifikasi masalah, monitoring, dan penalaahan terhadap kasus yang ada. Selain menjadi tugas pokok dalam program kerja. Workshop juga menjadi wadah menyikapi setiap kasus dan menerima masukan yang kemudian akan ditindaklanjuti.
Selain melibatkan lembaga perlindungan anak, workshop juga melibatkan unsur provinsi, tiga kabupaten/kota (Pontianak, Singkawang, dan Kubu Raya), ormas, dan akademisi serta praktisi.
Diakui Arnisah Vonna, secara spesifik, di Kalbar banyak terjadi trafficking karena Kalbar bukan hanya menjadi jalur trafficiking, namun juga bisa menjadi penerima. Sebab Kalbar memiliki akses yang mudah di banding daerah lainnya.
Meski beberapa lembaga dan pemerintah berusaha serba ekstra dalam melakukan pencegahan terjadinya trafficking. Namun usaha tersebut masih sangat relatif kecil dalam pencapaiannya. “Sekarang pelakunya lebih maju dari yang menghindari. Umpama, kita mencegah masih menggunakan sepeda, tapi pelaku atau oknum telah menggunakan motor. Nah, ini akan kita cari bagaimana bisa menyaingi dan mengurangi kasus ini,” ujarnya.