Friday, 29 July 2011

Indonesia Kekurangan Tenaga Rekam Medis

Elisa Garmelia
Indonesia Kekurangan Tenaga Rekam Medis 
Oleh Ubay KPI (Jurnalis Borneo Tribune)
Sampai dengan tahun 2011 ini, Indonesia masih kekurangan tenaga di unit rekam media pada sebuah rumah sakit.
Hal itu disampaikan Ketua Pimpinan Pusat, Perhimpunan Profesional Perekam Medis dan Informasi Kesehatan Indonesia (Pormiki), Elise Garmelia pada sebuah pelatihan tenaga rekam medis dalam rangka persiapan akreditasi rumah sakit yang dilaksanakan di Kalimantan Barat sejak 18-20 Juli 2011.
Elisa Garmelia menyampaikan, Indonesia membutuhkan lebih dari 10.000 tenaga rekam medis untuk rumah sakit. Saat ini, Indonesia hanya memiliki sekitar 4.000 tenaga rekam medis lulusan D3 Profesi Rekam Medis. “Sungguh sangat jauh untuk memenuhi kebutuhan di unit ini,” ujarnya.
Dijelaskan Elisa Garmelia, 4.000-an lulusan D3 Profesi Rekam Medis merupakan jumlah total sejak tahun 1994 dari berbagai perguruan tinggi yang menyelenggarakan program studi rekam medis. Di Indonesia, perguruan tinggi rekam media terbanyak di pulau Jawa. “Kalimantan hanya punya satu perguruan tinggi, yakni di Kalsel, Sulawesi juga satu, Papua tidak ada,” urainya.
Dengan adanya Pormiki sebagai wadah tenaga di unit rekam medis rumah sakit, Elisa Garmelia berharap DPD Pormiki setiap daerah bisa memperkenalkan dan menjelaskan pendidikan ini. Bahwa sangat dibutuhkan lulusan untuk mengisi tenaga di rekam medis.
Diakui oleh Elisa Garmelia, saat ini rumah sakit rata-rata menggunakan tenaga lulusan dari sekolah tingkat atas. “Termasuk juga Kalbar yang hanya memiliki lulusan D3 Profesi Rekam Medis sebanyak 21 orang,” ujarnya.
Indonesia membutuhkan sangat banyak untuk tenaga rekam medis. “Perhitungannya, kalau satu rumah sakit menggunakan tenaga sebanyak 10 orang, otomatis Indonesia membutuhkan 10 ribu lebih. Bahkan, kalau rumah sakitnya besar, lebih dari sepuluh tenaga yang ditempatkan di unit ini,” terang Elisa Garmelia.

No comments:

Post a Comment